Satu

11 2 0
                                    

  "Gue gak tau tujuan gue hidup buat apa, dan gue gak mau tau soal itu"
                                            - Audrey.

                              ***
Pagi yang cerah, namun disambut dengan suasana yang gelap, dan mencekam. Ya. Audrey mendengar teriakan seorang wanita yang tak lain adalah ibunya sendiri.

Audrey yang sudah mengenakan seragam sekolah itu pun segera turun menyusuri anak tangga dan bermaksud untuk berjalan menghampiri sumber suara.

"Aku udah bilang sama kamu, Audrey gak akan betah tinggal sama kamu! Dan sekarang kamu udah ngancurin hidup di--" belum selesai wanita tersebut berbicara, namun Audrey dengan lancangnya memotong perkataannya.

"Lebih tepatnya kalian berdua yang udah ngancurin hidup saya." Kedua Pria dan Wanita yang ada di depannya pun tertegun mendengar ucapan putri tunggalnya itu.

Ada rasa sesak yang teramat sesak bagi Audrey saat mengeluarkan kata - kata yang singkat namun mematikan itu.

Audrey melangkahkan kakinya keluar pintu sembari menenteng sebuah tas di pundaknya. Ia sama sekali tidak memperdulikan kedua orang yang masih saja tertegun saat mendengar perkataan Audrey tadi.

                              ***

06.30 a.m, tak biasanya Audrey berangkat sekolah dengan jam segini, biasanya dia adalah murid pertama yang memasuki gerbang. Sangat pagi kan? Ya, itu sudah biasa bagi Audrey, namun jangan salah sangka, Audrey datang sepagi itu bukan karena dia tergolong dalam kategori anak yang teladan, melainkan dia hanya ingin mengindari tatapan orang - orang yang memperhatikannya.

Damn it, dia sungguh tak menyukai hal itu.

"Woy!" Tiba - tiba Audrey di kejutkan oleh seseorang yang suaranya sama sekali tak Ia kenali, Ia membalikkan badannya kearah seseorang yang mengejutkannya itu.

Cowok. Ganteng, tinggi, dan ah! Dia wangi. Pikir Audrey, ah bodoh. Mengapa Audrey harus menatapnya, dan lagi, tatapan Audrey barusan terkesan kagum. Sungguh dia mengutuki dirinya sendiri karena hal itu.

"Woy!" Pria itu mengibaskan tangannya di depan wajah Audrey, dan diiringi dengan tatapan sinis yang sudah biasa dilakukan Audrey kepada orang - orang.

"Eh kok tatapannya jadi galak gitu? Tadinya gue baru aja mikir kalau gue lagi ketemu sama bidadari tanpa sayap." Pria itu menyunggingkan senyumannya, dan shit. Dia terlihat cool dengan senyuman itu.

"Lo siapa?"

"Jodoh lo mungkin." Pria itu tersenyum hangat dan dengan sigap mengacak - acak rambut Audrey, tanpa tau bahwa dia sedang membangunkan macan betina yang sedang tidur.

"Apaan sih lo!"

Yap. Audrey tidak tinggal diam dengan perlakuan Pria yang ada di depannya itu, Ia menahan tangan pria itu dan memutar lengan pria itu kebawah, sakit. hanya ekspresi itu yang ditunjukan oleh pria tersebut.

"Agh! Gila lo ya!"

"Lo yang gila!" Audrey melepaskan tangannya dan menginjak kaki Pria tersebut, kemudian Ia mencoba untuk melangkahkan kakinya untuk menjauh dari Pria itu.

Namun Audrey kalah cepat, karena Pria itu telah meraih pergelangan tangan Audrey dan menggenggamnya erat.

"Lo mau kemana? Urusan kita belum sele--"

"Selesai." Audrey menepis tangan Pria itu dan menatapnya dengan tatapan sedingin mungkin. Kemudian terlihat beberapa orang yang tengah memasuki gerbang, dan karena hal itu, Pria itu melepaskan Audrey.

"Awas nanti kalau ketemu!"

                           ***

Kelas XI IPA 2. semua siswa dan siswi duduk di bangkunya masing - masing. Begitu juga dengan Audrey. Ia memasang headset ditelinganya, dan memutar lagu favoritnya.

Sementara itu, tiba - tiba semua mata teralih kedepan, menatap seorang siswa yang bisa di perkirakan tingginya adalah 170cm. Cowok itu tersenyum manis ke semua siswa dan siswi yang menatapnya.

dan sungguh, senyumannya itu sangat manis sehingga semua siswi yang berada didalam sana berteriak tak karuan olehnya.

"Selamat pagi anak - anak, Ini kalian punya temen baru. Nak, tolong perkenalkan diri kamu." Ucap Mr.tarno, wali kelas XI IPA 2, mengajar pelajaran bahasa inggris, namun mahir berbahasa jawa.

Sean tersenyum hangat dan mulai memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan, Nama gue Sean Vernando. V bukan F." tegas Sean membuat anak seisi kelas tersenyum ramah.

"Gue pindahan dari SMA sebelah, gue di DO karena katanya gue terlalu tampan, jadi gue harap, gue gak bakal di DO lagi karena wajah gue yang kelewat tampan ini."

Semua murid yang ada di kelas itu pun akhirnya tertawa mendengar candaan receh yang dilontarkan oleh Sean, terkecuali Audrey. Ia merasa terganggu karena suara tawa anak - anak seisi kelas itu, Ia pun melepaskan headsetnya dan mengikuti arah tatapan semua murid.

Shit. Umpat Audrey dalam hatinya, apa tuhan mengutuknya? Ia merasa hari - harinya tidak pernah ada kebahagian, ditambah lagi, dia harus berurusan dengan cowok ini nantinya.

Sementara itu, Sean masih sibuk memperkenalkan dirinya, Ia memperhatikan semua murid. Dan boom! pucuk di cinta ulam pun tiba, Ia menemukan cewek sombong itu. Sean menyunggingkan bibirnya kearah Audrey, namun berbeda dengan Audrey, Ia hanya menatap Sean dengan tatapan dingin, dan kemudian Ia menutup matanya dengan tenang. Ia benci situasi ini.

Sean sedikit kesal menatap Audrey yang tengah memejamkan matanya, kemudian Ia menatap bangku disampingnya, kosong. Dan sekejap Ia melupakan kekesalannya, Ia mempunyai ide yang lain.

"Pak? Saya mau duduk disamping cewek yang lagi tidur itu boleh?" Mr.Tarno langsung melirik kearah Audrey, ya. tentunya Mr.Tarno sudah tau siapa yang dimaksud Sean, karena tidak ada lagi muridnya yang suka tidur selain Audrey.

"Silahkan, tapi awas nanti di gigit." Mr.Tarno mencengirkan giginya.

"Kalau dia gigit, nanti saya jinakan kok pak." jawab Sean terdengar logic. namun berhasil membuat para murid tertawa untuk yang kedua kalinya.

Sean berjalan kearah bangku Audrey, Ia meletakkan tasnya di bangku samping Audrey, Ia tersenyum sumringah. Audrey pun menyadari hal itu dan segera membuka matanya. Ia sedikit kaget melihat Sean yang berada di depannya, dan yang lebih mengesalkan lagi, Sean tersenyum dengan senyuman yang sulit di artikan.

"Kenapa? Gue ganteng ya?" Ucap Sean dengan pedenya hingga membuyarkan pikiran Audrey.

Ini Audrey. Cewek super hemat kata, dia lebih memilih diam daripada menjawab perkataan Sean yang baginya sangat kekanak - kanakan. Ia menekuk kembali kepalanya dan melanjutkan tidur cantiknya.

Mengesalkan. Lagi - lagi, bukannya Audrey yang kesal, tapi malah Sean yang dibuat kesal karena tingkah laku cewek yang ada di depannya itu. Ingin rasanya Ia mencium cewek itu sekarang juga, eh. Ia gemas sendiri dengan tingkah laku cewek itu.

***

Makasih buat yang udah baca, saya cuman bocah yang amatiran 😂 tolong votment nya ya guys, see you :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang