Krist pulang ke apartemennya dan menemukan Singto terlelap di kasur miliknya, huh memangnya dia tidak punya kasur sendiri kenapa datang kesini hanya untuk tidur, rutuk Krist dalam hati pasalnya dia masih ingin sendiri menikmati sakitnya rasa patah hati, kan jarang-jarang jadi harus dinikmati sepenuh hati.
Suara shower di kamar mandi membangunkan Singto, dia mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih mengatuk, ingin tidur lagi tapi juga ingin menyapa Krist dan bertanya kenapa dia tidak datang latihan tadi. Percayalah itu cuma alasan saja sejujurnya dia hanya ingin melihat wajah krist.
"Eh kau sudah bangun P'? Krist keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk melilit di pinggang dan tetes2 air mengalir dari rambutnya dan bergulir Indah di dada putihnya. Singto menelan ludah ingin mengalihkan matanya dari tubuh krist tapi juga ingin menikmatinya, "ehemm... Kenapa kau mandi malam-malam kit, kau bisa masuk angin." Krist hanya mengendikkan bahunya lalu berjalan menuju lemari dan memakai pakainya di bawah tatapan Singto yang nyalang.
"Kamarmu kebanjiran P'? Hingga kau butuh tumpangan?" Singto tersenyum mengingat adegan sotus saat krist terpaksa menumpang dikamarnya kerena pipa air dikamarnya bocor. Dan rasanya adegan selanjutnya pun sama dengan perasaannya kini.
"Kenapa tidak datang latihan? Acaranya sebentar lagi loh. "
"aku sudah menghapal gerakannya, P' saja yang perlu berlatih, butuh usaha keras untuk melenturkan kayu kan?"
"Sialan kau Krist aku tidak sekaku itu." Krist tertawa sedang Sing meraih handuk dan mulai mengeringkan rambut Krist.
"Jangan tidur dengan rambut basah, kau bisa demam nantinya." Krist memejamkan matanya menikmati sentuhan tangan Singto yang dilapisi handuk di kepalanya. Siapa yang akan menyangka pria pendiam dan kaku ini kadang begitu perhatian kepadanya. Tiba-tiba saja dia mengingat Praew dan mendadak menyadari sejak mengenal Sing dia lebih menikmati perhatian Sing daripada memanjakan kekasihnya sendiri, dia merasa menjadi kekasih yang buruk pantas saja jika Praew memutuskan mencari yang lebih baik darinya.
"Aku butuh mendinginkan kepalaku P'..... " Suara Krist terdengar gamang apakah dia perlu memberitahu kegelisahannya atau menyimpannya sendiri.
"Ada apa?" Pijatan singto semakin lembut dia menungu dengan sabar tapi tak juga terdengar Krist akan menjawab pertanyaanya, alih-alih mendengar suara dia justru menemukan bahu Krist bergetar pelan seolah menahan tangis.
"HEY KIT... Kau menangis?" mendadak Sing diserang rasa panik dia tidak suka melihat Krist muram apalagi sampai menagis.
Krist menggeleng dia tak ingin menjawab, sebab jika dia menjawab dia tidak akan bisa menyembunyikan suaranya yang sengau.
"Kau baik-baik saja kan?" Krist mengangguk.
"Kau tau kan aku ada di sini? Kau bisa menceritakan apapun padaku. " lagi-lagi krist mengangguk posisi mereka masih sama krist yang duduk dengan kaki menjuntai ke lantai dan sing yang berada tepat dibelakangnya degan handuk masih setia mengusap rambut krist meskipun sudah mulai mengering.
"Tidurlah, "bisik Singto tepat di telinga krist, hembusan napas Sing hangat menerpa lehernya yang dingin membuat Krist sedikit meremang buru-buru dia mengangguk dan merebahkann tubuhnya di kasur membelakangi Singto. Singto beranjak dan menggantungkan handuk di sandaran kursi menatap sebentar wajah krist yang tampak menyedihkan ingin rasanya dia mengusap wajah itu dan mengatakan semua akan baik-baik saja.
*****
"Tahukah kau, mengapa aku hanya menyimpan perasaan ini dalam diam? turut tersenyum ketika kau berbagi canda dengannya sedang aku nyata di depanmu? sebab aku ingin menikmati detik-detik mencintaimu, menikmati setiap senyum yang kau bagi meski itu bukan buatku. Walau tanpa sepengetahuanmu, biarkan aku mencintaimu dalam diam. "
~BERSAMBUNG~
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Caring
Fanfictionini partnya pendek-pendek masih seputar Singto dan Krist yang diam-diam mendam perasaan sendiri tapi perhatiaan ini hasil delusi yang tak terbatas halu yang udah kelewat batas jadi sorry kalo agak-agak tidak sesuai realita karena realita itu kadang...