Semua berawal ketika mama dan papa Bram memutuskan secara sepihak, untuk memasukan Bram ke pondok pesantren pilihan kedua orang tuanya. Alasannya simpel, papah dan mamahnya berharap Bram menjadi anak yang Sholeh. Impian setiap kedua orang tua bukan?.
Namun keputusan itu belum bisa diterima hati Bram dengan sepenuhnya. Bram mengajukan banding kepada kedua orang tuanya.
"Pah, Mah, Bram kan udah gede, Bram pengin sekolah bareng temen-temen SMP Bram, mereka pada masuk SMA favorit di Bandung, Bram nggak mau di Pondok!" tuntutnya mengajukan pembelaan.
Papa dan Mama Bram sudah mengira, anak semata wayang mereka tidak akan mau jika disekolahkan di pondok pesantren.
"Bram pilih sekolah di pondok, atau tidak sekolah sama sekali?" ancam Papa Bram. "Kalo kamu mondok, semuanya papa urus. Tapi kalo kamu pilih tidak sekolah, ya sudah, silakan cari kerja dan hidup sendiri."
Bram tidak berkutik dengan semua pilihan yang sama sekali tidak menguntungkannya. Ia melirik mama yang duduk di sebelah papa sembari menjahit kancing baju milik Bram berharap mama dapat memihaknya.
"Mana ada orang tua yang ingin menyesatkan anaknya Bram, tujuan papa dan mama suapaya kamu gak terpengaruh lingkungan. Tahu sendirikan pergaluan zaman sekarang. SMP aja mama udah sering dipanggil kepala sekolah gara-gara ulah kamu, yang Bolos lah, berantem lah. Jadi di pondok ini kamu harus bener bener berubah!" ujar mama dengan penuh kasih sayang.
Pupus sudah harapan Bram, keputusan kedua orang tuanya tidak bisa diganggu gugat, seperti keputusan wasit sepak bola saat berada di pertandingan.
"Kamu siapkan saja baju-baju dan semua yang ingin dibawa, besok pagi kita berangkat kepondok," ucap papa sembari menghirup kopi.
Bram masih terdiam seribu bahasa mendengar ucapan papa barusan. Sudah tidak ada lagi pembelaan yang harus ia ajukan.
"Kamu dengar Bram?" tanya papa.
"Be- besok, Pah?" ucap Bram kaget.
******
To be continued.
Waw..waw..waw..
Ini nih buat kalian para pembaca yang budiman.
Kuberikan secercah perjalanan cerita santri.
Dari hujung kepala, hingga hujung kaki kusebrangi.
Gak nyambungkan, krik... krik...Udahlah gak usah basi bosa.
Penasaran dengan kisah kasih Siswoyo Eko Bramantio di pondok pesantren?Apakah dirinya akan menjadi santri yang Sholeh sesuai yang diharapkan oleh kedua orangtuanya?
Baca terus kelanjutannya, Kawan.
Silakan, kasih komentar, kritik dan saran yang membangun. Jangan lupa kasih bintangnya di pojok kiri bawah. 😂
Tanpa kalian aku bukanlah apa-apa.😀😀
~Amin Muhamad~
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan pena Santri Liar
Fiksi RemajaNyantri itu nggak asik, nggak enak, kagak bisa pegang Hp. Kerjaannya ngapal mulu, dibangunin pagi-pagi, makan harus antri, aahhh.. puyeng kepala gua. Nggak mau masuk pesantren. NGGAK MAU! Semua diatur, salah dihukum, mandi harus antri, keluar komple...