Surabaya hujan sore ini. Terpaksa aku harus duduk memangku dagu untuk menunggu hujan ini reda. Rasanya enggan menatap hujan yang jatuh keroyokkan. Aku benci hujan kala itu, semenjak melihat kejadian yan menguras hati. Brian membiarkan tubuhnya basah dan lebih memilih memberikan mantelnya pada Luna. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri saat itu. Bahkan medengar kalimat yang mendukung rasa cemburu yang membakar.
"Manisnya. Jelas aja Luna nggak nyerah buat dapetin Brian. Mereka emang cocok."
Yah, semenjak itu aku benci hujan. Dan rasa untuk Brian hanya bisa terus terpendam, sangat dalam.
Ting..
Satu notifikasi masuk, pesan dari obrolan grup calon teman-teman angkatan. Tahun ini aku masuk Universitas Surabaya, memilih jurusan yang kupikir akan lebih menyenangkan daripada jurusan di sekolah kejuruan ku. Beruntung sesuai dengan keinginanku aku masuk jurusan Ilmu Komunikasi, yang artinya teman-teman yang benar-benar baru. Jurusan yang aku ambil berbeda saat aku masih SMK dulu. Pesan itu berisi pengingat kegiatan pra-ospek esok. Kami diminta berkumpul untuk saling mengenal-katanya. Hujan berhenti, mengalihkan perhatianku. Buru-buru aku memasukkan hp dan menuju kendaraanku untuk kembali pulang ke rumah.
...
"Permisi, Ilkom ya?"
"iya, Lava kan?"
Aku lantas tersenyum dan mengangguk. Lalu aku duduk dan mengingat kembali siapa nama cewek yang tadi. Ah aku Baru ingat, namanya Faye, salah satu anggota obrolan grup yang aktif membalas pesan teman-teman. Anak juga sebelahku mengajak kenalan. Begitu terus hingga terlihat seperti antrian salam-menyalami pengantin diatas kuade. Setelahnya aku memilih diam. Hingga kami digiring ke suatu tempat didepan sebuah gedung yang teduh. Kami diberi kesempatan kembali oleh kakak-kakak angkatan untuk maju memperkenalkan diri. Ada satu hal yang menarik perhatianku kala itu.
...
Semenjak kegiatan kuliah aktif aku semakin dekat dengan Faye. Dan berkat Faye yang supel aku juga dekat dengan teman yang lain. Nathan, cowok kalem yang baik, saking baiknya seperti manusia yang tak punya emosi. Shota, cowok yang satu ini sangat supel bahkan lebih supel daripada Faye. Shota orang yang asyik, ceria dan jenaka. Dan satu lagi namanya Theo, sosok yang keren di mata anak-anak, misterius tapi murah hati. Kami berlima terlihat seperti sebuah grup, yah kami hanya menuruti hukum alam. Kami semakin dekat hingga semester-semester berikutnya. Tapi saat itu aku masih tetap saja terkenal sebagai anak yang pendiam dan polos.
Ting..
'Udah di kampus Lav?'
Aku menoleh ke arah bangku yang biasa dia tempati. Kosong, masih saja jadi kebiasaan.
'Udah'
'Dosen udah dateng?'
'Belum, masih dimana?'
'Ini mau otw hehe'
Yang benar saja, sepuluh menit lagi dosen pasti sudah akan datang. Aku langsung meletakkan ponselku dan kembali memandang ke jendela.
"Siapa Lav?" tanya Faye yang duduk disebelahku. Lantas aku menoleh.
"Ooh itu, si.."
"Fay! Liat tugas Pertekom dong." saut Shota, belum sempat menjawab perhatianku juga ikutan distrek. Shota dan Nathan datang menghampiri kami dan langsung menagih tugas-tepatnya ke Faye.
"Ah elah, kamu tuh kerjain duluu, baru lihat punyaku." Jawab Faye. Niatnya sih baik, bukannya tak ingin memberikan tugasnya, Faye Cuma ingin teman-temannya itu berusaha dahulu bukan secara langsung ambil tugas milik orang lain. Aku paham sifat Faye yang satu ini.
"Udah separuh malah aku, dapet 2.355 kata. Kurang 2.645 kata lagi, tapii buntu udah. Hehe" jawab Shota, diikuti dengan anggukan Nathan.
"Yaudah ntar aku kirim email deh."
"Makasih Faye cantiik!" ucap Shota dan Nathan bersamaan. Selepas itu benar dugaanku, sudah sepuluh menit berlalu dan dosen sudah masuk. Lantas aku memeriksa kembali tempat duduk sebelah Nathan, masih kosong. Yang benar saja, mau cari masalah ini anak?
"Theo mana? Kok belum dateng" ucap Faye yang ternyata juga melihat tempat duduk yang biasa ditempatiTheo kosong.
"Tuh!" jawabku reflek setelah aku mengalihkan pandangan ke arah pintu yang secara bersamaan datang sang empunya. Aku melihat gelagatnya seolah meminta izin sang dosen untuk mengikuti kelas. Untungnya dosen masih memberi toleransi. Beruntung kau. Aku tersenyum menggelengkan kepala.
Kelas dimulai, dosen kali ini benar-benar berhasil membuat kami mengantuk. Belum lagi jam kedua nantinya akan diisi dengan dosen yang killer. Bayangkan saja kami harus melewati seperempat hari dengan rasa kantuk dan tegang.
Usai kelas, teman-teman langsung berhamburan. Sebagian besar memilih untuk meninggalkan kelas, termasuk Faye. Faye yangg daritadi meruntuk kelaparan, mengajakku pergi ke foodcourt untuk mencari makan.
"Kemana?" tanya Nathan.
"Cari makan" jawab Faye.
"Ikut dong" akhirnya kami pergi meninggalkan kelas. Sebelum meninggalkan ruangan, kupikir ada yang kurang. Oh ya..
"Nggak ikut cari makan?" yang ditanya masih fokus sama ponselnya.
"Eh, enggak dulu. Aku ini mau langsung balik. Ada urusan UKM." Jawabnya. Aku Cuma manggut-manggut dan langsung memutar haluan.
"Yasudah, duluan ya". Dibalasnya dengan mengangguk.
Aku menghampiri yang lain. Hampir saja aku tertinggal, tapi akhirnya aku bisa menyusul ke parkiran. Karena jarak lumayan jauh Faye lebih memilih naik kendaraan dibanding jalan, dan itu juga karena lapar perutnya. Aku menghampiri Shota untuk nebeng ke foodcourt.
"Lho, Theo nggak ikut?" tanya Shota. Aku menggeleng. Faye dan Nathan menghampiri kami.
"Lho, Theo mana?" tanya Faye. Lagi. Aku menghela nafas kecil.
"Dia duluan, katanya ada urusan UKM." Jawabku.
Akhirnya kami pergi ke foodcourt Cuma berempat. Sampainya disana, buru-buru Shota dan Nathan mencari meja kosong. Sedangkan aku dan Faye langsung antri makanan. Usai membeli makanan, kini giliran Shota dan Nathan mengantri makanan. Sepuluh menit kemudian mereka kembali dan mulai melahap hidangan didepan mereka. Begitu juga aku dan Faye.
Ting..
'Lav, tugas Pertekom mu udah?'
'Hampir'
'Ntar lihat yaa'
'Okay'
'Makasih Lava'
Aku kembali melahap makananku setelah membalas pesan dari Theo. Kemudian kami sambung dengan bercengkrama usai makan. Tanpa Theo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hati Terhebat
RomanceSerial panjang dari salah satu kisah Kita Yang Patah Hati. Giliran Lava - Aku Patah Hati