[2]- Masuk Pesantren

1.5K 68 2
                                    

Perlahan-lahan Hafizah pun membuka kelopak matanya, ia berusaha menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Hafizah pun mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar yang bernuansa biru langit ini, ia teringat bahwa ini merupakan kamarnya

Kok gue ada dirumah sih? Setau gue, gue berada di ruang Bk deh sama Bu Astuti. Lah ngapa jadi kamar gue yang muncul? Apa gue mati mendadak yah setelah dengar ucapan Bu Astuti tadi? Batin Hafizah dengan konyol dan juga ngawur

Saat Hafizah tengah sibuk dengan pemikiran konyolnya, pintu kamar Hafizah pun terbuka menampakkan sosok Mama yang membawa nampan berisikan bubur dan juga air putih

Marissa pun berjalan ke arah Hafizah yang tengah sibuk dengan dunianya sendiri seraya menaruh nampan berisikan makanan itu ke atas nakas, tangan Marissa terulur untuk menyentuh rambut panjang milik putrinya ini dengan seulas senyum yang menenangkan bertengger di wajahnya

"Kamu udah sadar yah sayang,?"tanya Marissa dengan lembut seraya mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur Hafizah, Hafizah pun menyudahi acara melamunnya dan menatap seseorang yang sudah sedari dulu membesarkannya ini dengan sepenuh hati

"Iya Ma,"balas Hafizah

Marissa hanya tersenyum menanggapi ucapan Hafizah, tangannya pun terulur untuk mengambil nampan yang ia simpan di nakas samping tempat tidur Hafizah

"Kamu makan dulu yah sayang, Mama yang suapin,"ucap Marissa dengan lembut tanpa mengahlikan sedikit pun pandangannya terhadap Hafizah, tangannya dengan leluasa mengaduk-aduk bubur agar merata secara keseluruhan

Hafizah memperhatikan dengan seksama apa yang Mamanya lakukan, ia tampak tersenyum samar mengetahui kasih sayang Mamanya begitu besar terhadapnya, sampai Mamanya dengan suka rela menjaganya agar lekas sembuh

Tangan Marissa pun mengarahkan sesendok bubur yang ia buat ke depan bibir Hafizah,"Nih, buka mulutnya,"pinta Mama seperti memerintahkan anak Tk untuk makan, Hafizah yang diperlakukan seperti itupun nampak terharu melihat pengorbanan sang Mama. Tanpa sadar Hafizah menuruti perkataan sang Mama untuk membuka mulutnya, 1 sendok pertama sangat dinikmati oleh Hafizah begitupun dengan sendok ke 2 dan ke 3

Pada suapan ke 4, Hafizah nampak memberhentikan tangan Mamanya. Marissa yang melihat tingkah Hafizah pun nampak mengernyit dengan heran

"Kamu kenapa sa---,"ucapan Marissa terpotong sebab Hafizah tiba-tiba saja memeluknya dengan erat, membuatnya mau tak mau tersenyum bahagia melihat tingkah anaknya ini

"Maafin Hafizah Ma, Hafizah nggak bisa jadi anak yang baik buat kalian semua. Hafizah nggak janji untuk bisa berubah, tapi Hafizah akan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik lagi buat kalian,"ucap Hafizah disertai dengan isakan kecil yang keluar dari bibirnya

"Mama nggak paksa kamu untuk berubah kok sayang, tapi Mama mau kamu jadi lebih baik lagi nanti kedepannya. Oleh sebab itu, Mama... Papa... Bang Adam berinisiatif untuk masukin kamu kepesantren,"kata Mama,"Awalnya Mama khawatir dengan kamu, saat dengar dari mulut Bu Astuti kamu pingsan dengarnya. Tapi liat sikap kamu yang gini, membuat Mama yakin kamu pasti bisa kok dipesantren nantinya,"ucap Marissa yang membuat Hafizah tambah yakin untuk masuk kepesantren

"Yaudah kalau gitu, kamu lanjutin makan kamu yah,"pinta Mama kepada Hafizah, namun Hafizah menggeleng membuat Mama tak setuju melihatnya

"Hafizah udah kenyang Ma,"rengek Hafizah kepada Marissa

Dengan keibuan, Marissa kembali meletakkan nampan makanan itu, dan merangkak naik ke kasur Hafizah seraya memeluk erat tubuh sang anak

"Dengerin yah apa kata Mama,"ucap Marissa dengan tangan yang mengelus-elus rambut Hafizah dengan sayang ,"Diluar sana masih banyak orang yang nggak bisa makan, sedangkan kamu? Kamu masih bisa makan dengan enak. Mungkin mereka bisa makan, tetapi itu hanya dalam sekali sehari ajah, sedangkan kamu sayang? Tiga kali seharikan. Jangan pernah mubazir sayang, itu rezeki untuk kamu. Jangan pernah sia-siakan rezeki kamu, kamu itu masih beruntung daripada orang-orang yang ada diluar sana yang mungkin nggak bisa makan dalam sehari saja. Allah itu paling benci dengan umatnya yang suka menghambur-hamburkan apalagi mubazir makanan, dan allah paling benci dengan umatnya yang nggak pernah bisa bersyukur atas nikmat yang telah allah berikan kepada umatnya,"papar Marissa membuat hati kecil Hafizah menangis dan menjerit mendengar penuturan sang Mama

Pesantren [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang