Sekolah masih tampak ramai dengan banyaknya murid-murid yang menikmati pesta ulang tahun sekolah mereka meski sekarang waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam lewat, tetapi sebagian murid masih asik mengobrol dengan teman mereka atau menikmati musik yang terus berputar.
Di atas panggung, grup band Yovie and Nuno tengah menyanyikan sebuah lagu Tanpa Cinta. Ya, pihak sekolah mengundang mereka untuk memeriahkan acara ulang tahun SMA Nusantara.
Langkah kakinya berjalan menyusuri koridor sekolah yang lumayan sepi karena semua murid berada di aula sekolah menikmati pesta. Berkali-kali ia menghirup udara malam guna menenangkan perasaannya saat ini. Perasaan kesal atas kejadian di rooftop tadi.
Lankahnya terhenti tepat di saat belokan koridor yang akan membawanya ke aula. Gadis itu membalikkan badannya guna mencari tahu siapa yang memanggil namanya.
Seorang gadis dengan dress biru dan jepit rambut pink di kepalanya berjalan cepat menghampiri Ayra seraya menarik tangan gadis lainnya yang menggunakan dress hitam dengan rambut dikuncir kuda dengan mulut yang meniup permen karet.
Ayra tersenyum cerah, mereka berdua adalah sahabatnya, Nindy dan juga Alsha.
"Lo dari mana aja, sih? Cowok lo nyariin lo terus, tuh." Nindy langsung melontarkan pertanyaan yang mampu membuat Ayra memutar bola matanya malas.
Nggak Arkaan, nggak Bian semuanya sama aja, gue nggak bisa bebas pergi ke mana pun, gerutunya kesal dalam hati.
"Gue bosen di aula terus, pengen nyari angin segar. Sumpek tahu di dalam banyak orang."
"Namanya juga lagi pesta, Ra, ya pastinya banyak oranglah. Masa sepi, yakali kuburan." Alsha menimpali setelah meletuskan gelembung permen karet dalam mulutnya tepat di depan wajah Nindy membuat cewek itu melototkan matanya sebal.
"Ngomong-ngomong lo tahu nggak Ra-"
"Nggak!"
"Ishh ... dengerin gue ngomong dulu Ra jangan main potong-potong aja."
Ayra memekik tertahan kala Nindy sahabatnya yang girly dan cerewet itu mencubit pipinya gemas. "Iya, iya gue dengerin." Ayra menghembuskan napas lega kala Nindy tak lagi mencubit pipinya, tangannya mengusap-usap pipinya yang panas dan pasti memerah karena cubitan maut Nindy. Huft, sahabatnnya yang satu ini kalau nyubit emang nggak pernah main-main. Sementara Alsha yang berdiri di sebelahnya malah menertawakannya tanpa berniat membantunya sedikit pun untuk melepaskan cubitan Nindy di pipinya membuatnya mendelik kesal pada gadis tomboy itu.
Nindy dan Alsha memang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Nindy yang girly dan Alsha yang tomboy.
"Jadi ... lo mau ngomong apa, Nind?"
"Nggak jadi deh, gue sebel sama lo."
"Cieee ngambek nihhh?" ledek Alsha pada salah satu sahabatnya. Meledek Nindy memang merupakan hobinya sejak pertama kali mereka berkenalan saat MOS SMP, awal perkenalan yang sangat buruk bukan? Tetapi itu sudah menjadi hobinya sejak dulu, apalagi dengan sifat Nindy yang cengeng dan kekanakan.
"Au ah, gue males ngomong sama kalian."
Ayra dan Alsha bukannya mencegah Nindy untuk tidak pergi kedua gadis itu malah terkikik geli. Keduanya saling bertatapan seolah memberi kode dan kemudian mengangguk, mereka berdua mati-matian menahan tawa mereka yang siap ke luar dari mulut keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Love Is Not Yours
JugendliteraturArkaan Nuriel Ravindra cowok egois yang mengklaim bahwa Ayra Shirly Alnaira adalah miliknya meskipun sekarang status mereka hanyalah sebagai 'mantan pacar'. Arkaan yang selalu mengejar Ayra membuat gadis itu merasa hidupnya tak pernah tenang karena...