"Eh, Aruna, apa kabar?" sapa Bu Ika menyambut Aruna yang baru memasuki perpustakaan. "Hehe, baik bu baik," jawab Aruna duduk di hadapan Bu Ika lalu mengambil jurnal pengembalian buku. Aruna memang telah diberi kepercayaan dari bu Ika, pengurus perpustakaan untuk mengatur peminjaman dan pengembalian buku, mengingat Aruna menjadi satu-satunya murid kelas satu yang sering menyambangi perpustakaan.Setelah Aruna selesai mencatat data-data buku yang akan dikembalikan, ia beranjak untuk pergi rak buku. Namun saat ia akan berdiri, sebuah suara yang sangat dikenalnya muncul di belakangnya.
"Eh, maaf. Ini mau balikin buku."
Aruna terdiam sesaat. Dunianya seakan beku, tersihir oleh 6 kata yang diucapkan orang yang ia suka Ya, orang itu adalah Atala yang tengah berdiri dengan tangan yang memegang buku fisika. Aruna pun segera menarik kembali kesadarannya dan menerima buku dari tangan Atala.
"Kartu," ucap Aruna dengan tenggorakan yang sedikit tercekat.
"Kartu?" Atala memberikan mimik muka kebingungan. Beruntunglah Aruna tidak melihatnya, karena akan seperti apa reaksinya nanti.
"Kartu peminjaman. Kalau mau balikin buku, ambil dulu kartu peminjaman."
"Eh, oh maaf ya."
"Keliatan banget kamu gak pernah minjem buku tal," seorang siswi di sebelah Atala berkata. Atala tertawa menanggapinya. Mereka berdua ─Atala dan perempuan itu─ bersenda gurau sambil mencari deretan kartu peminjaman.
Sebuah tarikan tipis terlihat di bibir Aruna.
Ini memang bukanlah yang pertama kali Aruna mengetahui Atala memiliki sebuah hubungan.
Ia merasa lucu bahwa faktanya, rasa sakit itu tetap sama dengan yang sebelum-sebelumnya. Tak lama kemudian, Aruna selesai mengurus pengembalian buku Atala. Setelah Atala pergi, ia langsung menghela napas berat dan menangkupkan kepala pada kedua tangannya di atas meja.
"Sama gebetan teh jutek banget sih Run, keburu panas ya?" Ahahaha, Bu Ika tertawa kecil seraya menatap anak muridnya yang sedang terlihat sedih itu. Aruna hanya mengangguk berulang kali, ikat rumbutnya bergoyang mengikuti gerakan kepala pemiliknya.
Aruna kemudian mendongakkan kepalanya, pandangan lalu menjurus ke sekeliling perpustakaan kecil itu. Hanya ada dua murid ─selain Aruna─ di tempat itu. Satu murid di dekat jendela sedang bermain handphone, dan satu lagi duduk membaca buku tahunan di karpet. Aruna pun beranjak ke arah rak novel dan komik. Matanya menelusuri satu per satu judul buku yang ada. "Nyari buku apa Run?" tanya bu Ika setelah 15 menit Aruna mencari tanpa bersuara. Aruna pun pasrah dan berjalan ke arah meja peminjaman lalu kembali duduk di depan bu Ika.
"Biasa bu, Love for Show."
"Yaelah ibu kira apa. Perasaan demen banget kamu sama buku itu. Bentar ibu cek dulu takutnya ada yang minjem," jawab Bu Ika.
"Hehe, makasih bu."
Di saat Aruna duduk dengan patuh menunggu Bu Ika, datang Fini, teman sebangku Aruna.
"Run, ih enak banget lu malah ngadem di sini. Hayu itu ada guru," ajak Fini.
"Nanti ibu cariin dulu Run, kamu nanti istirahat lagi aja ke sini," ujar Bu Ika. Aruna pun hanya bisa mengangguk pasrah sebelum mengucapkan terima kasih.
"Adah." Sebuah kata meluncur dari mulut Aruna saat kakinya terinjak seseorang ketika hendak keluar dari perpustakaan. "Eh, maaf ya," jawab siswa yang menginjak kakinya. Aruna pun hanya mengangguk lalu pergi.
"Udah beli ciloknya, Giri?" Bu Ika bertanya saat melihat sosok siswa yang dipanggil Giri tersebut memasuki perpustakaan.
Namun sayangnya Giri tak menyimak, karena pikiran dan pandangannya tengah terfokus kepada sosok Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA
JugendliteraturCinta tak selalu harus tersampaikan. Karena sebuah rasa berhak untuk tetap menjadi rahasia. Ini adalah sebuah kisah cinta. Dari sosok-sosok yang hanya mampu mencintai, tanpa bisa memiliki. Pada akhirnya, masihkah ada asa?