SABOTASE

4 1 1
                                    

Sekitar jam 15.00 tiba-tiba para pedagang berdatangan satu persatu, dengan muka penuh kemarahan. Sebagian yang ada sudah menggerutu penuh caci ngomong dengan sesama pedagang. Tak lama kemudian semakin penuh saja kantor tempat ku bekerja. Aku terbengong-bengong dan terus bertanya-tanya, ada apa hari ini sangat banyak pedagang pasar datang memadati kantor. Tumben.Tak seperti hari biasanya.

Saat itu adalah hari senin, hari pertama aku masuk kantor setelah libur 10 hari di Bandung. Libur sekolah anak-anak. Dan hari itu aku manfaatkan bersama keluarga untuk memanfaatkannya berlibur bersama. Maklum libur panjang sekolah sangat jarang sehingga waktu yang lumayan lama ini kami puas-puasin untuk keliling-keliling kota yang sangat menawan nan sejuk ini.

Ibunya anak-anak berasal dari Bandung. Kakak, adik, orang tua, semua ada di Bandung, berkumpul. Maka sekalian juga bersilaturahmi bersama keluarga besar dari pihak istri. Dan aku sebagai warga yang tinggal di daerah panas, Bekasi, tentu sangat betah berlama-lama di Bandung yang sangat sejuk udara paginya, hijau menghapar daun-daun tek di lembah-lembahnya dan itutuh, saya kira juga sangat penting. Kulinernya.

dKANTOR aSISTENKU

============

Tahun 2006, aku mendapat kepercayaan mengelola pasar Tradisional milik salah satu keluarga kaya, haji Rahman.

Sebelum aku, pasar itu tak terkelola dengan baik selama berdirinya. Becek dan tak teratur. Ada pengelola sebelum aku, tapi pendapatan nyaris tidak bisa dihitung secara pasti seberapa besar tiap bulannya.

Tidak ada pelaporan yang bisa dipertanggungjawabkan. Tidak ada curat-coret. Apalagi yang namanya laporan keuangan, nyaris tidak mereka kenal. Maklum kalau mantan preman diminta mengelola, ditambah tidak adanya pemahaman bagaimana melakukan sebuah pengelolaan dan tata buku, ya begitu jadinya.

Ia bertahan sampai akhirnya sakit-sakitan dan pengelolaan pun kebanyak di titipkan kepada anak buahnya. Termasuk penagihan uang sewa kios dan lapak. Nyaris tanpa catatan. Karena semakin kambuh sakitnya maka pasarpun semakin kacau saja.

Aku baru selesai mengajar di salah satu SDIT. Karena aku bisa merancang bangunan, dan sebelumnya, ada Pak Haji Abdurrahman meminta aku menggambarkan gedung Rukonya, maka ini menguatkan keyakinan Pak Gulam untuk memintaku membuat perencanaan bangunan dua lantai yang akan di bangun di atas RAWA yang saat itu sedang di urug.

Aku bukan kali pertama kenal, bukan kenal dadakan, melainkan karena satu daerah maka antara aku dan dia tidak asing dan akrab.

Kesepakatanpun terjadi. Saya diamanatkan merancang bangunan dua lantai sesuai permintaan Luasnya sekitar 30 x 50 m2. Total seluruhnya kira-kira 1.500 m2.

000000000000000000000000

Sekitar jam 15.00 tiba-tiba para pedagang berdatangan satu persatu, dengan muka penuh kemarahan. Sebagian yang ada sudah menggerutu penuh caci ngomong dengan sesama pedagang. Tak lama kemudian semakin penuh saja kantor tempat ku bekerja. Aku terbengong-bengong dan terus bertanya-tanya, ada apa hari ini sangat banyak pedagang pasar datang memadati kantor. Tumben.Tak seperti hari biasanya.

Saat itu adalah hari senin, hari pertama aku masuk kantor setelah libur 10 hari di Bandung. Libur sekolah anak-anak. Dan hari itu aku manfaatkan bersama keluarga untuk memanfaatkannya berlibur bersama. Maklum libur panjang sekolah sangat jarang sehingga waktu yang lumayan lama ini kami puas-puasin untuk keliling-keliling kota yang sangat menawan nan sejuk ini.

Ibunya anak-anak berasal dari Bandung. Kakak, adik, orang tua, semua ada di Bandung, berkumpul. Maka sekalian juga bersilaturahmi bersama keluarga besar dari pihak istri. Dan aku sebagai warga yang tinggal di daerah panas, Bekasi, tentu sangat betah berlama-lama di Bandung yang sangat sejuk udara paginya, hijau menghapar daun-daun tek di lembah-lembahnya dan itutuh, saya kira juga sangat penting. Kulinernya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perebutan Tahta IlegalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang