Mulut dan Lara

50 6 0
                                    

Suasana semakin meruncing saat sahabatku menggebrak meja. Saut-sautan memprovokasi terdengar menyayat hati. Kenapa bisa, mereka yang katanya modern bersikap rendahan? Ada yang marah? Apa aku salah?

"Berhenti membela sahabatmu itu! Dia tak pantas kau bela. Hanya seorang anak tukang becak dan tertolong beasiswa tak membuatnya bisa menjadi bintang!"

Sahabatku mengepalkan tangannya. Ditunjukkannya jari telunjuknya menunjuk wajah gadis di depannya, "Sahabatku seorang pekerja keras! Dia mati-matian membahagiakan orang tuanya! Lalu kau,  seorang yang hanya berleha-leha, lebih baik jaga bibirmu agar aku tak melemparinya batu!"

Sahabatku berbalik, "Termasuk kalian! Yang katanya bermoral, tapi nyatanya nol besar!"

Semuanya menunduk, menatap ubin kelas yang mendingin.

...

Trenggalek, 14 November 2017 : 21.11

Sepatah Dua Patah KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang