"Duh, sial! Gue terlambat nih" dengan tergesa-gesa Carla berlari ke dalam bandara, sambil sesekali melihat jam tangannya. Kalau ia terlambat dan pesawatnya sudah terbang bagaimana? Ah, bisa-bisa ia mati di tempat karena peluangnya untuk pergi ke Paris hangus begitu saja.
GUBRAK
"Aw, kalo jalan pake mata dong! Engga punya mata ya?" Ucap Carla ketus. Ia terjatuh karena ada seorang laki-laki yang tidak sengaja berlawanan arah menabraknya.
"Maaf gak sengaja" jawab lelaki itu tak kalah ketus.
"Trus, lo cuma berdiri kaya patung gitu? Bukannya bantuin gue buat berdiri ngapa!"
"Maaf kita bukan muhrim, saya gak berhak megang kamu"
Carla dibuat kesal dengannya. Carlapun berdiri dan menatap laki-laki itu dengan tatapan tak bersahabat.
"Oke, karna gue hari ini lagi berbaik hati, gue maafin lo!"
"Syukron, saya duluan" ucap laki-laki itu datar. Dan meninggalkan Carla.
'Ish, ada aja ya cowok kayak gitu di dunia, ketus, dingin, datar, untung ganteng'
"Astagaaaa, mampus gue kan terlambat" Carla menepuk jidatnya. Dengan kecepatan tinggi Carla berlari menuju ruang tunggu.
"Maaf mbak, keberangkatan ke Paris masih 1 jam lagi, belum di panggil untuk memasuki ruang tunggu" ucap petugas bandara yang berjaga di depan ruang tunggu.
"APA???!!!" Carla terkejut. Ya, bagaimana tidak, di jam tangan berwana peach miliknya jelas-jelas ia sudah terlambat. "Lho, Pak, kan jam 2 siang, coba liat Pak, di jam tangan saya yang cute ini udah jam 2 lewat 10 menit"
Bukan jawaban yang pertama kali Carla dengar dari petugas itu, malahan tawa kecil yang diberikan petugas itu.
"Mbak, coba liat di sana" petugas itu menunjukkan ke arah jam di dinding. Betapa terkejutnya ternyata masih jam 1! "Jam tangan cute Mbak kali yang error" ucap petugas itu menekan kata 'cute'.
'Oh my god, malu gue, mau nyimpen nih muka di mana coba?'
"Oh iya, ya pak, ya udah makasih" jawab Carla cengar cengir menutupi rasa malunya.
Ia pun duduk tak jauh dari tempat ruang tunggu.
"Ah, mana rambut berantakan gini lagi gara-gara tadi lari buru-buru" Carla mengambil kaca kecil di dalam tasnya dan merapikan rambut panjang hitamnya.
"Ini" suara laki-laki yang sepertinya baru saja ia dengar. Dan tidak asing lagi baginya.
Carla melihat ke arah sumber suara itu. Ternyata dia adalah laki-laki yang baru saja menabraknya tadi.
"Ini kan buku gue, lo dapat dari mana? Oh gue tau, lo pasti nyuri ya pas nabrak gue tadi?!" Carla menatap sang lawan bicara dengan tajam.
Dengan santainya laki-laki itu menjawab "Kalo saya nyuri, buat apa saya kembalikan lagi?"
'Oh iya ya bener juga'
"Saya temuin ini di depan pintu masuk, dan ini foto kamu kan?" Laki-laki itu memperlihatkan foto palaroid yang tertempel di halaman pertama buku itu.
"Siniin" dengan kasar Carla mengambil alih bukunya dari tangan laki-laki itu. "Thank's" lanjutnya.
Laki-laki itu meangguk. Lalu ia duduk di kursi tepat berhadapan dengan Carla. Carla mengamati laki-laki itu kini sedang membaca buku.
'Tinggi, berwajah putih bersih, mancung, alis tebal kek Zayn Malik, rambut oke, tapi umurnya berapa ya? Keliatan tua enggak, remaja apalagi, mungkin gak jauh beda kayak gue kali ya'
TING NONG
Suara aplikasi Line menyadarkan Carla dari memperhatikan laki-laki itu. Ia merogoh saku jaketnya dan mengambil hpnya.
Moodboster💕 : Hay, sayang udah di mana?
Senyum merekah terpancar dari perempuan berparas cantik ini. Dengan semangat ia langsung membalas.
Carla : udah di bandara, gak sabar nih mau ketemu kamu, kita udah gak ketemu 1 taun lho :(
Moodboster💕 : sama sayang, aku juga udah kangen berat💘
Pipi Carla memerah. Senang sekali.
Dengan lincahnya jari-jari Carla membalas chat dari kekasihnya itu. Pandangannya kini menghadap ke depan. Laki-laki tadi sekarang sudah tak ada lagi di sana. Entah kapan laki-laki itu pergi dari kursi tu Carlapun tak tahu. Mungkin karena ia terlalu melayang-layang dengan chat dari moodbosternya sampai-sampai ia tak sadar laki-laki itu ternyata sudah tak ada lagi di hadapannya.
'Masa bodo' Carla menggedik bahu menandakan ia tak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta-Nya di Langit Paris
EspiritualBerawal dari keterlambatan Carla datang ke bandara, mempertemukannya dengan sosok laki-laki yang dingin, ketus, tapi tampan. Itulah yang pertama kali ia nilai dari laki-laki itu. Semenjak itulah ia selalu bertemu dengan laki-laki itu jika ia sedang...