FALL IN LOVE

768 85 6
                                    

"Woi Daffa! Pagi-pagi jangan bengong. Kalo kesambet gue sama Reza ogah nolongin!" Gertak Galih melihat Daffa yang baru saja sampai kelas langsung melamun entah melamunkan apa.

"Tau, lo, Daff. Lo kenapa, sih? Kalo ada masalah cerita-cerita sama kita. Jangan di pendem aja. Kita kan sahabat lo dari orok." Timpal Reza.

"Kalo lo ada masalah, kira-kira masalah apaan ya? Perasaan kemarin lo baek-baek aja." Heran Reza.

"Menurut lo, kalo gue sayang sama cewe yang udah punya suami, salah atau enggak?" Tanya Daffa dengan raut wajah santainya.

Galih dan Reza melongo mendengar pertanyaan Daffa yang begitu abstrak.

"SALAH, LAH!" Jawab mereka berdua serentak.

"Gak usah nge-elpiji, goblok!" Sentak Daffa gantian.

"Elpiji?" Reza menoleh ke arah Galih meminta penjelasan.

Galih menoleh ke arah Reza, "Gas bego. Gitu aja mikir."

Reza hanya memutar bola matanya malas.

"Gue nanya woi!!" Teriak Daffa tepat di telinga Galih dan Reza.

"UDAH DI JAWAB BLOSO!!" Sahut Reza dan Galih tepat di wajah Daffa.

Daffa menutup hidungnya dengan jari telunjuk dan jempolnya.

"Sarapan apa kalian hari ini?" Tanya Daffa dengan suara sengaunya.

"Semur jengkol plus keripik pete Mpok Eni." Jawab Reza santai. Dibalas cengiran oleh Galih.

Daffa memutar bola matanya malas, mengibah-ngibaskan tangannya agar bau itu hilang.

"Emangnya, istri siapa yang lo taksir?" Tanya Galih beralih duduk di bangku depan Daffa.

"Mbak Ririn kali, Gal. Doi kan biar kata udah nikah tapi masih aduhai." Reza menarik kursi asal kemudian didudukinya.

"Gak napsu!" Celetuk Daffa sewot.

"Terus siapa dong, Daff? Kayanya gue sama Reza gak pernah liat lo galau cuma gara-gara cewe gini."

"Anak kelas sepuluh akuntansi satu." Jawab Daffa membuat Galih dan Reza tercengang.

"Stress lo. Masa anak kelas sepuluh udah punya suami. Bohong kan, lo?" Tuding Galih.

"Tapi gue gak tau juga, dia udah punya suami atau belum. Yang jelas tadi gue liat dia keluar dari mobil, dibukain pintu sama laki-laki yang umurnya gue rasa gak jauh beda sama gue. Terus dia nyium tangan laki-laki itu." Jelas Daffa.

"Siapa, sih emangnya? Orangnya yang mana?" Tanya Galih penasaran.

"Yang kemarin ninggal gue di depan laboraturium pemasaran." Jelas Daffa.

Galih dan Reza saling tatap dan berfikir.

"Oh!!! Yang itu!!" Seru Galih yang lebih dulu ingat.

"Yang suka pake jilbab lebar itu, kan?" Tanya Galih memastikan.

"Oh yang itu!!!" Seru Reza setelah ingat perempuan yang Daffa maksud.

Daffa hanya membalasa dengan anggukan.

"Dia, mah, adek kelas gue pas SMP, Daff." Ujar Galih.

Daffa tersontak kaget, "Kok bisa? Kenapa lo gak pernah ngasih tau gue?"

"Lo kan gak nanya."

"Berarti lo sama dia udah saling kenal?"

"Gue, sih tau nama dia. Pernah ngobrol sama dia sekali. Pas gue sama dia ikut lomba Tilawah Qur'an. Kayanya dia juga kenal gue. Cuma gak pernah nyapa. Doi anti sama cowo banget. Khususnya yang bukan mahromnya."

"Iya emang gitu, Gal. Kalo cewe yang berjilbab lebar gitu, anti banget sama yang namanya deket-deket cowo. Apa lagi pacaran. Jadi, kalo menurut gue, Daffa gak akan bisa ngerayu doi buat PDKT." Timpal Reza.

"Satu lagi, maaf, nih, ya, Daff. Biasanya, cewe yang berjilbab lebar itu, nyarinya laki-laki yang sholeh, baek, pokoknya yang lebih baik dari lo, Daff. Sorry, nih, bukan maksudnya gue bilang lo gak baik. Cuma kan, pasti dia mandang lo itu beda sama cowo yang masuk tipekal dia." Sambung Reza.

Daffa diam menyerapi kata-kata Reza yang seketika sebijak Mario Teguh.

"Yang lo tau tentang dia apa aja, Gal? Ceritain ke gue!" Titah Galih.

"Dia cewek. Beragama islam. Pake jilbab. Keluarganya agamis buanget!!!"

"Nah, kalo lo tau keluarganya, berarti lo pasti tau, dia punya abang atau enggak."

"Duh, kalo itu mah gue gak tau, Daff. Sorry, ye. Tentang keluarganya aja itu gue denger dari temen SMP gue dulu yang kebetulan satu komplek plus satu blok sama dia." Jelas Galih.

"Alamat rumahnya lo tau, gak?"

Galih menggelengkan kepala.

"Yaudah, Daff. Mending lo usaha dulu. Siapa tau doi itu jodoh lo."

"Aamiin, Ya Allah." Sahut Daffa penuh harap.

"Yaudah, lo kaga usah galau lagi, Daff. Gue sama Galih mau ke kantin, nih. Lo mau ikut kaga?" Tawar Reza.

Daffa menggeleng, "Enggak, gue titip air putih botolan aja. Yang dingin."

"Oke. Yaudah, gue sama Galih ke kantin dulu. Bye!"

Daffa hanya tersenyum melihat kepergian Reza dan Galih. Mereka berdua memang sahabat sejati.

Daffa merogoh sakunya, membuka handphone kemudian beralih ke Instagram. Mencari nama seseorang. Dan ketemu.

Daffa tersenyum kagum, followersnya memang banyak. Tapi tak ada satu pun di postingnnya adalah foto pemilik akun tersebut.

Satu persatu postingannya Daffa buka dan Daffa baca captionnya.

Postingan Afina selalu bercaption tentang agama. Apapun fotonya, captionnya pasti selalu islami. MasyaAllah!

Tapi ada satu postingan yang ngena di hati Daffa.

afinaair

❤ 🗨 📎5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤ 🗨 📎
5.000 suka
afinaair Jodoh itu cerminan diri kita. Kalo kita mau dapet jodoh yang sholeh/sholehah, berarti kitanya juga harus sholeh/sholehah. Karena jika ingin mendapat jodoh seperti itu, kita harus menjadi, bukan mencari. Inget ya kawan, laki-laki yang baik, untuk perempuan yang baik, dan laki-laki keji untuk perempuan keji pula. #selfreminder

Lihat 1.500 komentar lainnya

HADHIH MUBARA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang