BAD DAY

830 82 6
                                    

Setelah kejadian kemarin, Afina bersumpah gak akan mau ketemu sama kaka kelas laki-lakinya itu. Karena selalu sukses membuat Afina emosi. Untung Afina bisa menahannya.

"Afina, ayo sarapan, Nak!" Teriak Ahmad dari depan kamar Afina.

"Iya, Yah. Sebentar." Sahut Afina.

"Kok lama banget, Af? Kesiangan?" Tanya Aisyah sembari menyiapkan sarapan untuk Afina.

Afina menggeleng dan tersenyum kecil, "Enggak, Bun. Tadi Afina ngerjain tugas dulu. Semalem Afina ketiduran, jadi gak sempet ngerjain tugas." Jawab Afina menerima sodoran piring berisi nasi goreng dari Aisyah.

Setelah sarapannya habis, Afina segera berpamitan kepada Ayah dan Bundanya.

"Yaudah, Yah, Afina berangkat sekarang aja, yuk." Ajak Afina menaruh sendoknya dan mamkaikan tas ransel di pundaknya.

"Sarapannya abisin dulu, Af." Ucap Aisyah lembut.

"Afina udah kenyang, Bun. Afina pamit, ya. Assalamualaikum." Afina mencium punggung tangan Aisyah dan Ahmad baru setelah itu bergegas berangkat ke sekolah menggunakan motor matic berwarna birunya.

Hanya butuh waktu setengah jam Afina untuk sampai di sekolah. Kini Afina tengah berjalan di koridor menuju kelasnya. Banyak tatapan beberapa pasang mata tertuju pada Afina.

"Afina! Lo udah ngerjain PR sejarah indonesia, belum?" Tanya Hira setelah Afina menaruh tasnya di kursinya.

"Lho? Kan sekarang gak ada pelajarannya?"

"Ada, Afina. Kan semalem itu Bu Anna ngasih foto jadwal baru. Lewat group kelas." Jelas Hira.

Afina ternganga mendengar ucapan Hira.

"Serius, Ra?" Tanya Afina tidak percaya.

"Dua rius gue, Fin. Soalnya, kemarin pas mau di kasih ke ketua kelasnya, jadwal yang buat kelas kita keliru sama jadwal kelas lain, jadi di ubah lagi."

Afina semakin lemas mendengar penjelasan Hira.

"Ya Allah, astagfirullah. Berarti aku salah jadwal, dong?" Tanya Afina dengan ekspresi ingin menangisnya.

"Lah? Emang semalem lo gak buka grup?"

Afina menggelang, "Enggak, paketan aku abis." Jawab Afina lemah.

"Duh, terus gimana, dong. Nanti aku di omelin, gimana?"

"Gak, Fin, santai aja. Lo jawab jujur aja."

Afina menghembuskan nafasnya gusar.

Bel masuk berbunyi. Sebelum memasuki jam pertama, sekolah Islamiyah Dua ini mengadakan tadarus rutin setiap awal sebelum pelajaran di mulai.

Setelah tadarus selesai, kini Bu Sabrina mulai membuka pelajarannya, yaitu pelajaran Sejarah Indonesia.

"Assalamualaikum."

"WA'ALAIKUMSALLAM!!"

"Gimana? Ada PR, kan?"

"ADA!!"

"Oke, sekarang kumpulkan kedepan, ya. Ada yang gak bawa?"

Afina pun mengangkat tangannya takut.

"Kenapa gak bawa?" Tanya Bu Sabrina. Dengan nada yang lembut.

"Saya gak tau kalo ganti jadwal, Bu. Jadwalnya kan di share via group kelas, terus kemarin itu paketan saya abis." Jawab Afina jujur.

"Oh gitu, yaudah, gak apa-apa. Pake buku yang lain aja dulu, nanti sampe rumah langsung di salin, ya."

"Iya, Bu." Jawab Afina.

"Emm.. Afina, kamu ambil buku paket SI yang biasa di pake itu, ya." Titah Bu Sabrina.

"Oh, iya, Bu."

Afina pun beranjak ke perpustakaan yang berada di lantai bawah.

"Assalamualaikum, Bu. Mau pinjam buku paket SI kelas sepuluh." Ujar ku kepada Bu Sri. Penjaga perpustakaan.

"Wa'alaikumsallam, oh, iya, itu bukunya di rak yang jurusan Akuntansi."

Afina segera mengambil buku itu sesuai murid yang masuk sekarang.

"Isi buku pengunjung sama buku jurusan, ya."

Setelah selesai urusan mengambil buku, Afina langsung bergegas kembali ke kelas. Dengan jalan yang perlahan-lahan. Karena buku yang lumayan tebal.

"Sudah berapa kali kalian telat?! Apa kamu gak bosan?!"

Suara itu membuat Afina menolehkan kepalanya dan masih terus berjalan.

"Saya sudah kehabisan cara buat ngehukum kalian!"

PRANK!!

Suara itu membuat Afina tersentak kaget dan menoleh ke arah suara itu.

"Afina!" Teriak Bu Fajar yang ditabrak Afina barusan.

Afina membulatkan matanya terkejut melihat Bu Fajar dengan tatapan murkanya, dan satu piala yang jatuh berserakan di lantai dalam keadaan terpatah-patah.

"Lain kali kalo jalan lihat kedepan!"

Afina menelan ludahnya susah payah.

"Ma..maaf, Bu. Saya gak sengaja."

"Maaf, maaf! Lihat itu! Pialanya jadi patah!"

"Saya gak sengaja, Bu." Ucap Afina merasa bersalah.

"Sekarang taruh buku itu di kursi ini! Dan kamu ikut saya!"

Afina menuruti saja apa yang di perintahkan oleh Bu Fajar. Daripada nanti masalahnya akan lebih parah lagi.

Kalian pasti tau, tujuan Bu Fajar mentitah Afina agar ikut bersamanya adalah untuk apa. Yaps, sudah pasti akan menghukumnya.

"Kamu pungut serpihan-serpihan piala itu, kemudian perbaiki serapih mungkin. Saya kasih kamu waktu sampai bel jam istirahat pertama selesai."

"Satu lagi, kamu jangan kemana-mana, tetap kerjakan hukuman ini disini. Saya tinggal dulu. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsallam."

Kini Afina sudah duduk manis di depan ruang laboraturium pemasaran. Yang posisinya langsung menghadap ke lapangan. Walaupun di lapangan hanya ada tiga orang yang sedang dihukum oleh Bu Dewi, tapi tetap saja Afina merasakan malu.

Oke. Daripada berlama-lama, Afina pun segera memulai hukumannya dengan berhati-hati, agar yang sudah patah tidak tambah patah dan yang tidak patah tidak akan patah.

Satu persatu serpihan piala itu Afina susun agar menjadi seperti piala yang sebelum patah tadi.

Sepertinya hari ini adalah hari tidak beruntungnya Afina. Buktinya, masih pagi saja, Afina sudah mendapat dua masalah. Pertama salah membawa jadwal, dan kedua menabrak Bu Fajar yang baru keluar dari ruang BK sambil membawa piala yang ukurannya cukup besar, membuat piala itu patah menjadi serpihan-serpihan.

Afina tetap berfikir positif. Mungkin ini cara Allah mengingatkan Afina agar lebih berhati-hati dan teliti lagi.

Sudah hampir mendekati jam masuk istirahat pertama, tapi Afina masih belum selesai melaksanakan hukumannya. Karena setiap satu serpihan terpasang, satu serpihan lain yang sudah terpasang malah lepas. Dan itu cukup membuat mood Afina bad.

"Masa cuma nyusun puzzle aja gak bisa." Celetuk seseorang yang berjalan mendekati Afina.

Afina hanya menoleh ke arah laki-laki itu. Kemudian kembali fokus pada hukumannya.

"Gue bantu mau, gak?"

"Gak. Makasih."

Afina membereskan piala yang masih belum selesai itu, kemudian meninggalkan Daffa dan kedua temannya yang sedang berdiri.

"Daffa ditinggal kabur cewe bro!!" Seru Reza heran.

"Mungkin kegantengan Daffa turun kali, Za." Sahut Galih.

Daffa menatap kedua temannya dengan tatapan tajam, "Berisik lo berdua!"

Lalu Daffa beranjak pergi ke kelas. Karena bel masuk istirahat pertama sudah bunyi.

HADHIH MUBARA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang