Episode 2

13.4K 681 29
                                    

•Sandryna•

Tengah ada dua orang wanita disebuah ruang makan. Satu orang wanita yang sudah cukup tua sedang memakan sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi diatasnya. Dan wanita yang satu lagu sedang fokus termenung sembari memainkan makanannya.

"Sandryna..." Panggil wanita tua itu dengan lembut kepada Sandryna yang dari tadi termenung. Sontak Sandryna terkejut oleh paggilan tersebut.

"Ah, iya ma ada apa?" Jawab Sandryna panik terhadap mamanya.

Mama Sandryna heran kepada anaknya yang dari tadi menung-menung sendiri. Biasanya Sandryna tidak pernah begini. Yang dia kenal, setiap pagi sebelum bekerja anaknya selalu tersenyum ceria.

"Mama lihat dari tadi kamu menung terus. Makanan kamu juga gak disentuh sedikitpun. Malahan dimainin gitu. Emangnya kamu lagi mikirin apa? Kok sampe menung gitu. Sandryna, pamali loh menung-menung pagi hari begini." Goda mama Sandryna supaya anaknya tersenyum.

"Ih, mama apaan sih. Iya Sandryna makan." Ujar Sandryna cemberut menyedok sepiring nasi goreng dihadapannya.

"San... Mama mau ngomong sesuatu sama kamu." Ucap mamanya meyeruput seteguk teh. Sandryna menatap serius wajah ibunya tanpa berbicara satu kata pun.

"Kamu kapan sih mau nikah?" Sandryna sedang makan tersedak karena pertanyan ibunya soal nikah.

Pertanyaan ini sering sekali ditanyakan ibu Sandryna. Bahkan setiap hari. Rasanya hati Sandryna tak tega dengan pertanyaan
Yang selalu dilontarkan ibunya.

"Tunggu Sandryna siap." Jawabnya singkat.

"Tapi sampai kapan? Mama ini sudah tua. Pengen rasanya punya cucu kayak orang-orang." Tanya mamanya lagi dengan muka memelas.

"Mama..., kalaupun Sandryna mau nikah, siapa coba calonnya? Gak mungkin langsung dapet semudah itu." Menuangkan air minum di gelasnya.

"Tenang, mama udah ada calonnya." Ujar mama sandryna tersenyum sombong melihat anaknya terkejut.

Melanjutkan kata-katanya lagi. "Intinya sekarang kamu mau nikah gak?" Tanya mama Sandryna dengan penuh harapan dimatanya.

°°°

Aku harus gimana? Gak mungkin aku nolak. Tatapan mama juga sudah sangat serius. Tatapan mama kali ini sangat beda. Haruskah aku menikah? Memang di Islam dianjurkan untuk segera menikah. Demi kebaikan Dunia Akhirat.

Tapi aku masih mau membahagiakan mama dulu, juga berkarir. Ginana ini? Aku harus segera memutuskan. Iya atau tidak?

°°°

"San, Sandryna...," Ucap gagap Sandryna. Mulut sandryna terasa terkunci, berat, tak bisa berbicara.

"Sandryna..., ma, mau menikah ma." Jawab lanjut Sandryna dengan muka terpaksa.

"Nah...! Gitu donk!" Teriak kencang mama Sandryna dan langsung berlari memeluk anaknya.

"Eits! Ini bukan berarti Sandryna setuju banget yah. Sandryna harus sholat istikharah dulu." Celoteh Sandryna ke mamahnya sambil melotot.

"Biarin. Yang terpenting anak mama setuju. Akhirnya mama bakalan punya cucu." Ujar mama Sandryna senang dengan wajah berseri-seri.

"Tapi Sandryna ada satu syarat yang harus mama penuhi." Mengacungkan satu jarinya.

"Apa?" Sahut mama Sandryna menatap serius mata anaknya.

"Tiga hari jelang Sandryna nikah, mama harus pakai hijab. Syar'i." Jelas syarat dari Sandryna.

"Oke, mama bakalan turuti syarat kamu." sahut mama Sandryna dengan mudah. Sandryna tersenyum menatap mamanya yang sangat bahagia.

°°°

Yaallah... Semoga keputusan hamba ini sudah tepat. Akan kuserahkan Kepada-Mu didalam sujud Istikharahku...

°°°

Bersambung...

Jomblo Fisabilillah (TERBIT CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang