langit-langit senja

602 3 0
                                    

                                                         LANGIT-LANGIT SENJA

 cerita ini masih perlu di perbaiki sana-sini, aku butuh banget saran nya dari teman-teman semua

            Kereta api ini penuh penumpang namun terasa sunyi, semua sibuk dengan aktifitas masing-masing, seorang pria tua tampak sibuk membaca Koran dan didepan nya perempuan dengan setelan jas tengah sibuk memoles wajah nya, menyapukan bedak, lipstick sampai perona pipi dan yang lain sibuk dengan aktifitas lain nya dengan earphone terpasang di telinga.

          Gerbong kereta ini sungguh sunyi, dan rasanya aku begitu merindukan naik kereta di di negara ku, meski penuh sesak dengan berbagai orang dan para pedagang tapi denyut kehidupan begitu terasa. Kehidupan individualis negara ini membuatku homesick,. Rasa rindu yang benar-benar tak tertahan kan lagi. Pernah ketika baru satu minggu aku berada di negara ini membuatku stress luar biasa yang membuatku sampai berpikir untuk bunuh diri, dan bunuh diri di rel kereta pernah terbanyang oleh ku, tapi begitu mendengar suara bunda dari telepon pikiran konyol itu segera sirna dari otak ku.

            Pikiran ku melayang ke keluarga ku di Jakarta, aku rindu bunda, ayah dan ivan, aku rindu bunda, wanita yang slalu bisa membuat kegundahan hati ku sirna, orang bilang aku dan bunda mirip, aku mewarisi kecantikan bunda yang masih tampak di usia nya yang sudah lima puluh tahun, hanya saja aku tidak berkulit putih separti bunda, aku mewarisi kulit coklat ayah.

          Bunda tipe orang yang ceria, bunda sosok yang menyenangkan dimata orang-orang, bunda mampu membawa suasana menjadi menyenangkan, tapi sayang nya sifat nya yang seperti itu  tidak menurun padaku, aku mewarisi sifat ayah yang tak banyak bicara, dan sulit akrab dengan orang baru, tapi akan jadi sosok yang menyenangkan bila sudah mengenal lebih dekat. Bunda seorang wanita karier dengan jabatan yang diperhitungkan di perusahaan nya, meskipun dia sibuk tapi bunda selalu ada untuk keluarga nya. tapi untuk urusan dengan anak-anak nya bunda tak pernah tawar menawar, apa yang bunda suruh akan jadi harga mati buat aku dan ivan, bunda mendidik  aku dan adik kun ivan untuk mandiri, kami terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, tidak ada pembantu yang akan mengerjakan itu, meskipun aku tau bunda bisa saja membayar orang untuk melakukan pekerjaan rumah, tapi bunda tak mau, dengan alasan agar kami mandiri,  terkadang aku sangat  terganggu dengan sikap bunda yang itu, tapi kemudian aku mengerti, sikap nya yang seperti itu untuk mendidik kami jadi orang yang mandiri.

Aku hanya punya satu saudara, aku punya seorang adik. Usia kami hanya terpaut tiga tahun, ivan kombinasi yang baik antara ayah dan bunda, ivan mewarisi hidung mancung, kulit putih dan bibir merah bunda, alis tebal,dan tubuh tinggi ayah, dengan perawakan yang seperti itu banyak orang yang bilang ivan berwajah cantik, bahkan lebih cantik dari aku jika ivan itu perempuan, tapi aku juga tidak bisa dibilang tidak cantik, setidak nya itulah penilaian ku terhadap diriku sendiri. aku juga mewarisi kelebihan orang tua ku itu, tapi aku tidak mewarisi kulit putih bunda seperti ivan, aku juga tidak memiliki tubuh yang tinggi meski tidak bisa dikatakan pendek.

            Bunda menelpon kemarin, teriakan bunda di ujung telepon lah yang slalu aku dengar pertama kali, “ senja, kamu baik-baik aja kan, kamu gak apa2 kan!”  aku kaget mendengar nada suara bunda yang penuh kekhawatiran

“ maksud bunda”

“ senja anandita, jangan pernah mencoba mengulang kesalahan untuk kedua kali nya, bunda bisa mati kalo itu sampai terjadi” aku masih tidak mengerti ucapan bunda barusan, tapi ketika bunda memanggil namaku dengan lengkap berarti perasaan  bunda sedang khawatir atau marah.

“ apa sih bun, ja gak ngerti deh”

“ adik mu bilang tadi pagi kamu bilang lagi stress berat, ivan bilang itu yang kamu tulis di jejaring social mu, bukankah kata itu juga yang kamu tulis sebelum kamu melakukan hal itu tujuh bulan lalu, dengar senja jangan berpikir untuk melakukan hal itu lagi mengerti!”

langit-langit senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang