A Love Letter To Kasih

CHAPTER 3

***
"Thanks ya Bintang. Gue Kasih Rinjani biasa dipanggil Kasih" ucap Kasih pada Bintang.
"Rumah lo dimana gue antar ya! Gak baik cewek jalan sendiri malam-malam" ajak Bintang sembari menggandeng tangan Kasih dan menuntunnya ke motor yang dibawa Bintang.
Kasih pun menunjukkan arah rumahnya pada Bintang, sesampainya Bintang dan Kasih didepan rumah. Kasih pun membuka helm dan mengembalikannya pada Bintang.
"Rumah lo disini Kasih? Dekat dong sama rumah gue?" tanya Bintang pada Kasih.
"Iya. Emang rumah lo dimana Bin?" tanya Kasih balik.
"Itu rumah gue" tunjuk Bintang pada rumah yang berada disamping rumah Kasih.
"Oh jadi lo anaknya Pak Mahendra yang tinggal di Jakarta? Bukannya lebih enak di Jakarta ya?" tanya Kasih lagi.
"Sumpek gue di Jakarta. Gue mau menikmati suasana disini. Sejuk, adem dan gak bikin sumpek" terang Bintang.
"Oh. By the way lo juga pindah sekolah? Dimana?" tanya Kasih.
"Di SMA Negeri 1 Bandung" jawab Bintang.
"Berarti kita satu sekolah dong" kata Kasih riang.
"Oh ya? Asyik dong kalau begitu" terka Bintang.

~~~
Keesokan harinya.
Bintang sudah berdiri didepan rumah Kasih untuk mengajaknya berangkat sekolah bersama. Kasih pun sedikit terkejut melihat kedatangan Bintang, padahal seperti hari-hari biasanya Pandu sudah stand by jam 6.30 pagi didepan rumah Kasih. Namun untuk pertama kalinya Pandu belum datang untuk menjemput Kasih. Dengan raut muka sedikit kecewa Kasih menerima ajakan Bintang untuk berangkat bersama. Merekapun pergi dengan Kasih yang diboncengi Bintang dengan motornya.
"Lo gak keberatan kan gue ajak berangkat sekolah bareng?"tanya Bintang pada Kasih.
"Engga kok" jawab Kasih datar.
"Soalnya ini hari pertama gue, dan gue juga belum punya teman. Kan baru lo aja teman pertama gue" kata Bintang.
"Iya Bin" kata Kasih lalu mereka berdua pun terdiam.

Sesampainya di parkir sekolah, Bintang pun memarkirkan motornya tidak lupa juga Kasih mengembalikan helm pada Bintang dan mengucapkan terima kasih.

***
Saat mereka akan berjalan ke kelas tak sengaja mata Kasih menangkap kedatangan Pandu dengan membonceng Cinta diatas sepeda yang notabenenya sering dipakai Pandu untuk berangkat bersama dengan Kasih.
'Jadi Pandu berangkat sama Cinta ya. Makanya tadi gak ada didepan rumah' terka Kasih dalam hati dengan sendu.
'Jadi Kasih berangkat sama cowok itu yang dibilang tante Maya namanya Bintang' kata Pandu dalam hati dengan menatap Kasih dengan sedih dari kejauhan.
"Pandu makasi banyak ya lo udah mau boncengin gue tadi. Kalau enggak pasti gue udah telat datang ke sekolah" kata Cinta yang membuat Pandu tersadar.
"Ah. Iya. Untung tadi gue lihat lo lari-lari dijalan jadi sekalian aja kita berangkat bareng" kata Pandu.

Oh Tuhan ternyata ada kesalah pahaman pagi diantara Pandu dan Kasih. Entah sampai kapan kesalah pahaman itu akan hilang. Cemburu buta yang ada pada diri mereka masing-masing membuat mereka berasumsi bahwa sudah tidak ada lagi kesempatan untuk merubah status mereka yang awalnya SAHABAT JADI CINTA.

~~~
Seminggu berlalu kini ada jarak yang membatasi hubungan antara Kasih dan Pandu. Meski mereka duduk sebangku namun gengsi dan ego mereka masih mendominasi diri mereka untuk tidak saling bertegur sapa satu sama lain. Teman sekelas mereka pun sedikit tercengang dengan hal ini yang biasanya mereka selalu melihat kejahilan dan brosis romance tiap harinya kini menjadi suasana seperti di kutub utara antara Pandu dan Kasih. "Teman-teman ada pengumuman. Seminggu lagi kita akan merayakan ulang tahun sekolah yang ke 70. Jadi sekolah akan mengadakan Pentas Seni.  Setiap kelas harus mempersembahkan satu penampilan. Bisa jadi itu drama, tari, menyanyi atau perkusi. Jadi apa ada diantara kalian yang may berpartisipasi?" terang sang ketua kelas memberi pengumuman.
"Pandu sama Kasih duet aja lagi. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Kelas kita selalu menang juga karena duet mereka" cetus salah satu siswa memberikan usul yang membuat kaget baik Pandu maupun Kasih.
"Iya benar itu" pinta beberapa siswa-siswi lainnya.
"Bagaimana Pandu, Kasih apa kalian setuju?" tanya ketua kelas mereka sedangkan yang ditanya hanya terdiam.