Aku menghela nafas pelan, ternyata belajar di Indonesia tidak semudah yang kubayangkan. Terkadang aku juga kurang mengerti ucapan-ucapan para dosen dan Mahasiswa lain. Aku masih butuh waktu untuk menyesuaikan diri disini.
"Hai neng bule, boleh kenalan kan?"
Sebuah suara membuyarkan lamunanku, bukankah ia pria yang tadi? Yang menanyakan berapa usiaku, dan menyebutku dengan nama Neng.
"I'm sorry, my name is Selena. Not Neng." Ucapku berusaha sopan.
"Kamu gak ngerti ya neng--" Belum sempat pria itu menyelesaikan ucapnya, Lucy sudah memotongnya.
"Sudah-sudah jangan mengganggu Selena, dia itu kurang ngerti bahasa Indonesia!" Ucap Lucy dengan nada tidak senang.
"Yaelah.. Gue cuma mau kenalan kali." Ucap pria itu dengan nada suara tidak senang pula.
"Udah pergi sana, atau gue laporin ke Pak Frans. Mau loe?" Ucap Lucy, tetapi apa yang Lucy ucapkan sama sekali tidak ku mengerti.
"Rewel amat loe.." Ucap pria itu kemudian berlalu pergi begitu saja. Apa yang mereka bicarakan? Mengapa pria itu pergi dengan wajah yang tampak kesal?
"Sepertinya aku harus menjagamu, Selena." Ucap Lucy kembali duduk ditempatnya.
"Memangnya kenapa?" Tanyaku heran.
"Lihat pria tadi, ia baru saja menganggumu. Kau itu cantik, jadi kurasa banyak sekali pria-pria lain yang akan mengganggumu." Tutur Lucy, apa maksudnya? Apakah pria tadi itu hendak menggangguku?
Tetapi aku tidak peduli, mungkin yang dikatakan Lucy itu benar."Nope Lucy.. Kau jauh lebih cantik dariku." Ucapku tersenyum kecil padanya.
"Kau ini terlalu merendahkan diri, Selena."
"No, No, No. You very beautifull, Lucy."
Aku tertawa kecil ketika melihat pipi Lucy yang sedikit memerah, ia tersipu. Aku memang sengaja menggodanya, agar pertemanan kita itu tidak membosankan. Tetapi aku tidak berbohong, Lucy memamg cantik. Lebih cantik dariku.
"Ya, ya, ya. Aku tahu aku cantik, bahkan sangat cantik."
Aku tertawa ketika mendengar jawaban dari Lucy, ia begitu percaya diri. Dan sedetik kemudian aku juga dapat mendengar Lucy ikut tertawa, tertawa lepas. Kami berdua pun larut dalam tawa kami, meskipun pada akhirnya ada yang mengacaukannya.
"Berisik! Sadar woy dikelas masih ada orang selain kalian berdua!"
Seketika itu juga tawaku dan Lucy terhenti saat mendengar suara bentakan itu. Aku melirik, mencari siapa yang membentakku dan Lucy. Aku menemukannya, kedua pria itu. Pria yang tadi menanyakan aku sudah memiliki kekasih atau belum, dan pria yang datang terlamabat tadi pagi. Dan kurasa yang tadi membentak itu adalah pria yang bertanya padaku tadi pagi. Sementara pria yang terlambat itu hanya diam, tetapi sungguh ia sangat tidak sopan. Bagaimana tidak? Lihatlah ia kakinya itu, kakinya berada di atas meja. Sungguh tidak sopan sekali, ya meskipun aku tidak melihatnya langsung karena duduk dibelakangnya. Tetapi itu sangat terlihat jelas.
Dan hey satu lagi, aku dapat melihat asap yang melayang diudara, bahkan dapat meciumnya baunnya. Apa ia merokok di dalam kelas, what the fuck! Sungguh keterlaluan!"Sebaiknya kita pergi dari sini, Selena." Ucap Lucy seraya beranjal bangkit dari tempat duduknya.
"Kita akan kemana?" Tanyaku seraya beranjak dari tempat dudukku pula.
"Cafeteria, aku lapar." Ucapnya lagi.
"Baiklah.."
Aku dan Lucy pun mulai melangkah meninggalkan kelas ini. Entah mengapa aku sedikit gugup saat melintas ke depan kedua pria itu. Aku dapat merasakannya, mereka terus menatapku. Untuk kesiakan kalinya, aku kembali menunduk. Aku tidak suka diperihatikan terus seperti itu.
Sampai akhirnya aku bernafas lega saat aku dan Lucy sudah keluar dari kelas itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Bad Boy
أدب الهواةPria gila! Ia selalu saja menggangguku, entah apa yang ada di pikirinya. Holy shit! Sungguh, aku bisa gila jika berdekatan dengannya!