Hembusan angin meniup helai demi helai rambut yang memutih karena dimakan waktu. Suara ayunan kursi goyang yang berdenyit dimainkan dengan hembusan nafas pria tua.
Sekian banyaknya tragedi di masa lampau, yang kini hanya bisa lenyap diiringi waktu. Kacamata yang menggantung di wajahnya, tak bisa memalingkan wajahnya dari kenangan ibunya.
Masa-masa pahitnya dahulu kala, memory tentang pahitnya serangan dari Jepang, siksaan dari para penjajah, burung-burung besi yang berkeliaran, kembali terputar di ingatannya.
"Andai saja dapat kuputar waktu, aku ... ingin terus bersamamu, ibu." batin pria tua itu.
Masa kecil yang suram tanpa ibunda, dan juga hasil penekanan dari sang penyerang, membuatnya seperti kucing dengan mata yang ditutup, hanya berjalan mundur dan kebingungan. Teriakan anak-anak kecil yang bermain di dekat lapangan seberang sana, membuat suasana hati menjadi lebih buruk adanya.
"Andai kulahir disaat-saat seperti ini, negara yang telah membaik ini, teknologi yang bertebaran seperti ini, bahkan perlindungan bagi anak-anak seperti mereka." ucapnya.
Setetes air mata turun dari ekor matanya. Tersenyum, ia terbatuk-batuk. Tangan kanannya ia gunakan untuk menutup mulutnya, serasa cairan kental dan hangat ada di telapak tangannya. Darah.
"Teruslah menghargai jasa para pahlawanmu, wahai generasi muda"
Fin
:3 ... sekian cerita yang sangat sangat sangat pendeeek ini :'v cerita ini dipersembahkan untuk mading kelas :3 Daripada nyangkol aja di laptop, berbagi lebih baik :v
Sekian '-'
NKA
YOU ARE READING
Semuanya Telah Berubah
Cerita PendekGa ada lanjutan, hanya satu cerita yang tak berkepentingan. kisah dari sang pria tua.