Satu minggu kemudian...Mentari pagi mulai memancarkan sinarnya, menembus awan menyapa para siswa yang memasuki gerbang sekolah. Nampak seorang pria tampan dari kerumunan siswa yang berlalu-lalang menuju ruang kelas masing-masing. Ia tampak rapi dengan atasan putih dan celana panjang abu-abu, khas anak SMA.
Namanya Angga, seorang bintang sekolah di SMA Garuda. Pria ramah dengan senyum menawan. Senyum yang dapat meluluhkan hati siapapun yang melihatnya. Tak ayal banyak perempuan disana yang tertarik dengannya. Meskipun begitu, hingga saat ini masih belum ada perempuan yang mampu menakhlukkan hatinya.
Angga terus melangkahkan kaki menyusuri koridor sekolah sembari menyapa teman-temannya. Sebenarnya, Angga adalah tipikal pria yang bergaul dengan siapa saja. Namun, sampai saat ini, teman-teman yang telah mewarnai hari-harinya adalah para siswa terpopuler seantero sekolah. Karena alasan itulah banyak pasang mata yang sedang memandang kearah mereka saat ini.
Terdengar bunyi bel sekolah menandakan dimulainya pelajaran. Angga dan teman-temannya memasuki ruang kelas mereka yang sudah cukup ramai. Ia mendudukkan diri diatas kursi miliknya. Detik berikutnya, suara langkah kaki telah membuyarkan keramaian yang ada. Mereka seakan familiar dengan bunyi itu, suara langkah kaki dengan sepatu hak milik salah seorang guru Matematika.
Pembelajaran berlangsung seperti biasa. Para siswa terfokus menatap papan tulis putih yang kini dipenuhi dengan berbagai rumus. Cukup rumit, cukup membingungkan. Tapi tidak bagi Angga, ia dengan cepatnya dapat memahami keseluruhan materi yang telah dijelaskan. Mungkin itu adalah salah satu dari begitu banyak kelebihan yang ada pada dirinya. Meski ia terlihat sebegitu sempurna, sebagai seorang manusia biasa, ia jelas memiliki kekurangan yang mungkin temannya-pun belum mengetahui akan hal itu.
Sepulang sekolah, Angga dan teman-temannya berkumpul di cafe yang terletak tidak jauh dari sekolah. Mereka asik bercengkrama dengan diiringi suara nyanyian slow yang dibawakan salah seorang penyanyi di kafe itu. Tak lama kemudian, salah seorang pelayan cantik mendatangi mereka hendak menanyakan pesanan. Selang beberapa saat setelah sekembalinya, pelayan itu mendatangi mereka lagi sembari membawa nampan berisi pesanan mereka.
Angga, dengan white coffe pesanannya, sibuk memainkan ponsel. Ia mengernyitkan dahi, menatap jam yang tertulis di ponselnya. Ia harus pergi ke toko buku sebelum toko itu tutup. Ia melihat jam di pergelangan tangannya untuk memastikan. Seketika itu juga ia memutuskan untuk pamit dan meminta maaf kepada temannya karena tidak dapat meluangkan banyak waktu untuk berkumpul bersama.
Pria itu menyalakan mesin motor miliknya. Motor itu kini melaju kencang, membawa sang pemilik menuju tempat yang hendak ia tuju. Semilir angin berhembus liar. Hawa dingin itu menelusup masuk meski ia tengah mengenakan jaket. Terpaan angin itu semakin mereda seiring ia memperlambat laju motornya. Bangunan itu kian tampak jelas didepannya.
Angga memarkirkan motornya di pelataran toko. Ia turun dari motor dan melangkahkan kaki memasuki toko megah yang menjual begitu banyak buku di dalamnya. Toko itu terlihat indah dan sangat rapi. Ia mencari buku yang hendak ia beli. Sebuah buku yang akan mengobati rasa keingintahuannya akan banyak hal. Ia mendapati sebuah buku yang menarik perhatiannya. Kemudian ia melangkahkan kaki menuju meja kasir yang terletak tak jauh dari pintu keluar.
Sesampainya dirumah, ia menatap lekat buku itu. Buku yang memiliki judul The space encyclopedia : Universe itu ia buka perlahan. Dengan cahaya remang-remang ia membaca setiap bagian demi bagian. semakin banyak halaman yang telah ia baca, membuatnya semakin takjub. Sudah semakin larut malam, penglihatannya-pun semakin kabur, hingga ia tak sadar dan tertidur diatas meja belajar dengan posisi terduduk.
- - - -
Maafkan saya teman.. part kali ini hanya ada versi narasi. Ntar kalau sempat ditambahin deh dialog-nya
Maafkeunn :)
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mistakes
Ficțiune adolescențiPenyesalan, itulah kata yang tak seharusnya ada dalam hidupnya, jika dulu ia tak melakukan kesalahan itu. Kesalahan yang membuat dirinya kehilangan orang yang sangat ia cintai. Seharusnya ia lebih bisa menghargai perasaan dirinya sendiri, dan juga...