Oke. Jadi sekian lama author berhibernasi akhirnya author pun kembaliii hehe
Sorry ya authornya masih newbi sekali ((: harap maklum ya 😆Kau memberikannya
Ujian itu
Kau menganugrahkannya
Problematika itu
Engkau mengindahkannya
Akhir cerita itu❤❤❤
"Mir...."
Gadis berwajah mulus dengan bola mata yang menyerupai biji kelengkeng itu termenung, butiran air membendung di kelopak matanya. Seakan tak kuat menahannya, air itu tumpah membasahi pipi tirus yang kian lama mengurus.
"Sudah lama kau disini kang?" Mira mengusap air yang mengganggu pipinya itu.
"Apa yang kau pikirkan?" Jaja menatap bola mata Mira dalam dalam seakan ingin memasuki zona kesedihan gadis cantik itu.
"Tidak ada kang" Mira memberi senyuman kecut kepada Jaja.
Jaja sudah lama mengenal Mira, dia sudah cukup tau tentang Mira dan sikapnya. Jadi, Mira tidak pandai membohongi pria kekar ini.
"Yasudah kalo tidak mau cerita.. Akang nda mau maksa kamu"
Jaja meninggalkan Mira sendirian. Karena Jaja tau Mira ingin dirinya tidak diganggu oleh siapapun, Mira membutuhkan kedamaian. Mungkin sepi-lah yang mampu membawa Mira ke alam damai dimana Mira merasa tenang.
Jaja keluar pergi meninggalkan Mira yang duduk di pinggir dipannya.
"Mbok? Mira kenapa?"
"Eh jaja? Sejak kapa kamu disini? Kok tidak salam?" Wanita paruh baya itu berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Tadi Jaja sudah salam, tapi tidak ada yang menjawab jadi Jaja masuk saja"
Mak Inah hanya menganggukan kepala mendengar penjelasan Jaja. Mak Inah tidak bisa menyembunyikan kesedihannya, menurut dia bercerita kepada Jaja adalah hal yang terbaik. Namun, dia masih ragu akan hal itu.
"Emak kalo ada masalah cerita saja sama Jaja" Jaja merangkul pundak emak Inah dengan hangat, berusaha mengurangi kesedihan yang tercipta pada diri emak Inah.
Emak Inah tampak berpikir sejenak, menundukan kepala. Dan tak terasa, air mata menetes begitu saja dari pelupuh mata. Semakin deras datangnya hingga mak Inah terisak.
"Begini ja... emak bingung, Bapaknya Mira ingin mengambil hak asuh Mira, Bapaknya Mira ingin menjodohkan Mira dengan lelaki lain"
Didekapnya emak Inah, Jaja mengelus - elus pundak wanita paruh baya tersebut dengan halus bermaksud menenangkan hatinya. Sebenarnya, Jaja sangat kaget mendengar perkataan emak Inah. Karena tanpa disadari, hati Jaja seperti diserbu ribuan anak panah yang datangnya sangat cepat. Rasa itu muncul mendengar kata perjodohan. Hati Jaja seakan hancur.
"Sudah mak.. apakah emak sudah mencoba mendiskusikannya lagi dengan Pak Nawi?"
"Sudah nak.. Bapaknya Mira itu keras kepala. Dia tidak mau merubah keputusannya, emak tidak tau lagi harus bagaimana. Disisi lain, emak ingin Mira hidup bahagia karena saya yakin Nawi bisa menyekolahkan Mira sampai universitas. Namun disisi lain saya takut kehilangan Mira untuk selamanya..." Tangis Emak Inah membanjiri seisi ruangan yang sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah?
RomanceDia yang ku cinta kini tak lagi seperti dia yang ku miliki. Semuanya berubah. Entah kenapa. Mungkin karena langit yang tadinya biru berubah menjadi gelap seiring berubahnya sikapmu terhadapku