03. TERNYATA TIDAK ADA CELAH?

29.6K 1.5K 23
                                    

***

"Mencintai tanpa di buat bodoh oleh cinta,  ternyata sulit ya?!"

 
***

Melody memanyunkan bibirnya kesal, bagaimana tidak? Hari ini adalah hari Rabu, dan itu adalah jadwal olahraga untuk kelas XI IPA 2, kelas Melody.

Berbeda dengan Melody, Dena terlihat semangat empat lima dan mulai melakukan pemanasan dengan berlari keliling lapangan sebanyak tiga kali putaran.

"Melo sayang, semangat dong!" Kata Dena.

Ucapan Dena membuat Melody menghembuskan napas kasar.

"Aku nggak tahu main basket.” Melody berucap dengan lirih sembari masih berlari kecil.

"Entar gue ajarin," Dena berusaha menenangkan Melody agar Melody sedikit lebih tenang.

Mendengar ucapan Dena, Melody sontak berdecak.

"Gimana mau ngajarin? Kamu aja nggak tahu mainnya." Dengus Melody sambil berhenti berlari dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Heheh iya ya?!" Cengir Dena sambil menampilkan wajah polosnya.

Sementara dari arah lain tiga lelaki tengah berlari, peluh membasahi wajah mereka. Ketiga lelaki itu adalah Alan, Eza dan Gio.

Alasan mereka berlari adalah karena mereka bertiga tengah membolos pada jam pelajaran Matematika.

"Gue berasa pengen mati tahu nggak?!" Ungkap Eza sambil menetralkan deru napasnya.

Mulut Eza terlihat mangap-mangap khas orang yang telah berlari.

"Gue juga gitu, " timpal Gio dengan ekspresi yang tidak jauh berbeda dari Eza.

Alan?

Entahlah lelaki itu nampak biasa saja meski kini peluh jelas membanjiri wajahnya. Dan sebagian rambutnya yang jatuh menutupi keningnya terlihat sedikit basah.

Melihat pemandangan itu Melody langsung menampakkan wajah kesenangannya. Seketika ia melupakan bahwa tadi ia tengah gusar karena akan berhadapan dengan salah satu olahraga yang paling ia tak kuasai.

Bukan hanya itu, sebenarnya Melody harus mengakui jika kekurangannya ada pada bidang olahraga. Tidak tahu kenapa, ia merasa sangat lemah di mata pelajaran itu jika secara praktik. Tapi, jika secara teori Melody tentu bisa saja mengimbangi yang lainnya.

Dengan langkah cepat, Melody berlari ke arah pohon yang di bawahnya ada tempat duduk panjang. Di sana tadi Melody meletakkan sebotol air mineral.

Lalu Melody mengambilnya dan kemudian berlari lagi ke arah tiga lelaki yang masih berdiri di pinggir lapangan sembari mengobrol.

Awalnya Melody enggan mendekat. Tapi, ia terus memberanikan diri.

Dengan rasa tak menentu, Melody berusaha meyakinkan diri. Mengumpulkan keberaniannya hingga ia bisa memberikan sebotol minuman itu ke Alan.

Dena yang melihat tingkah Melody hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala. Dena merasa jika perasaan suka Melody memang berlebihan. Tapi, kalau kita berbicara cinta, memang siapa yang bisa menaruh takaran yang benar?

Tapi, sepertinya Dena harus mengingatkan Melody. Ya, jangan sampai karena kelewat cinta dia malah direndahkan oleh Alan.

Saat sudah sampai di dekat ketiga lelaki itu. Melody langsung mulai membuka suara.

"Kak Alan?!” Panggil Melody.

Nada suaranya masih terdengar bergetar.

“Ini ada air minum buat Kakak, pasti Kakak haus kan?" Lanjut Melody. Suaranya masih bergetar.

ALAN | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang