"Kak--kak Bali!" Tian tercekat. Sungguh. Lututnya tiba-tiba gemeteran liat sosok Bali di depannya yang cuman menatapnya kosong. "Kakak lagi ngapain disini?"
"Hmm..." Jawaban Bali malah bikin Tian jadi nggak nyaman sendiri. Gimana kalau misalnya dia liat Tian yang naruh kotak itu tadi? Bali kan deket banget sama Alex! Bali udah pasti mikir yang macem-macem nih tentang dia!
Gimana kalau misalnya Bali ini homophobia? Fix, diliat dari penampilannya dia pasti homophobia. Habis sudah riwayat gue, batinnya. Dia pasti akan dikucilkan oleh ketua senatnya itu. Lalu setelah itu dia akan menceritakan kalau yang ngasih kotak kado selama tiga hari belakangan ternyata adalah cowok. Kemudian Alex jadi jijik sama dirinya. Lalu Alex juga akan ikutan ngebully dia.
Tidak mungkin! Hidup Tian di kampus ini akan langsung berakhir jika itu semua terjadi! Tidak! Aaa!!!!
"Kamu abis ngapain? Minggir bentar, saya mau ngambil sesuatu nih di dalam jok motor teman saya." Kata-kata Bali membuat Tian menduga-duga apa yang sedang dipikirkan orang itu. Dia jadi takut sendiri, sumpah.
Jadi yang Tian lakukan selanjutnya adalah menggeser posisinya sedikit dan membiarkan Bali mendatangi motor Alex. Tian sebenarnya mau langsung balik badan dan lari menuju gedung tempat GR diadakan, tapi suara Bali kemudian menghentikannya : "Eh, Tian, kamu liat tadi siapa yang taro kotak di atas jok motor ini?"
Seketika Tian menghela nafas lega. Bali tidak melihatnya tadi. Rasanya mau sujud syukur saja saking leganya!
Tianpun menggeleng. "Ng-nggak kak! Nggak!"
Hmm, siapa ya yang bikin beginian? Mana isinya gelang kapuyuak segala. Masa Adrian sih? Bali jadi bertanya tanya sendiri dalam benaknya.
Sementara Bali kebingungan, Tian mengambil kesempatan itu untuk kabur dan segera masuk ke gedung acara.
***
Alex dan Tian berada dalam ruangan yang sama, tapi terpisah oleh lautan orang yang ikut GR.
Bali sibuk mengkoordinir para penampil yang akan masuk. Memberikan arahan kepada orang-orang di bidang perlengkapan dan mengoreksi beberapa hiasan panggung yang rasanya masih kurang. Dia juga mengobservasi stan-stan yang sudah didirikan di sepanjang jalan menuju gedung untuk memeriahkan acara. Bali juga sudah memastikan bahwa kelas yang akan dilakukan untuk lomba sains, dan tempat cerdas cermat sejarah sudah dalam kondisi steril.
Ayu yang mengurus bagian konsumsi sibuk dengan teman-temannya yang mendapatkan tugas yang sama dengannya. Mereka berkumpul di salah satu sudut ruangan untuk mendiskusikan makanan apa saja yang akan disajikan nanti untuk para tamu undangan dan peserta. Mereka tak akan menghambur-hamburkan budget yang ada.
Tian kedapatan bagian baru, yaitu bagian kelangsungan acara. Yang mana tugasnya berarti, Tian ditunjuk jadi MC untuk bagian pembuka acara. Artinya dia akan mendapatkan bagian formal. Dia tak pernah menebalkan suaranya sebelumnya, jadi sekarang dia belajar bersama temannya yang lain dari jurusan Teknik.
Orang itu cowok. Dia orang padang asli. Kulitnya agak gelap, tapi dia tinggi. Hidungnya mancung, matanya besar. Tidak terlalu tampan, tapi dia sangat jantan. Seimbang dengan aura Tian yang lebih lembut dan imut.
Sementara semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, Alex duduk seorang diri di sudut ruangan yang lainnya sambil menahan rasa sesak di dadanya.
Dia memperhatikan Tian yang tampak malu-malu berada di dekat teman satu MC yang ia ketahui bernama Irsyad itu. Sama cowok itu, dia bisa lebih ekspresif. Tapi kalau sama Alex kok dia jadi tanpa ekspresi gitu?
Alex jadi kesel sendiri. Kepalanya mendadak terasa panas meliat-liat kedekatan Tian sama Irsyad. Liat deh itu, bahkan Irsyad sampai pegang-pegang bahunya Tian segala. Gampang banget dia megang anak orang. Orang Alex aja susah setengah mampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Aku Suka Dia, Dia Suka Aku Nggak?
RandomAlex suka Tian. Tian suka Alex. Dua duanya saling suka. Tapi hidup ga pernah segampang itu. Iya kan?