6. Bahagia/Sakit(?)

542 13 0
                                    

Hari ini acara ulang tahun sekolahku.  Ada berbagai macam acara untuk merayakannya. Saat ini sedang berlangsung acara Market Day dimana setiap kelas wajib mengeluarkan makanan atau minuman untuk diperjualbelikan di stand yang telah disiapkan oleh para anggota osis.

Di kelasku aku kebagian menyiapkan barang-barang untuk keperluan Market Day dan menjaga stand.

"Manda rumahmu deket kan, ambil tempat buat naruh makanan ini ya," kata temenku menyuruhku untuk mengambil barang.

"Iya," jawabku lembut.

Aku pun bersama satu teman dekatku mengambil barang ke rumahku. Saat akan menuju parkiran, aku lewat kelasnya, dia sedang duduk-duduk di kursi panjang depan kelasnya. Aku melirik sebentar, melihat dia. Sepertinya dia sedang sibuk main game. Aku pun melanjutkan langkahku menuju parkiran bersama temanku.

****

"Anterin ke kelas yuk Man," ajak Wati kepadaku.

Aku mengangguk pelan sambil berjalan menuju kelas. Di tengah perjalanan langkahku terhenti.

"Wat fotbar yuk," ucap salah satu teman cowok sekelasku.

"Yuk," jawab Wati menyetujui ajakan temanku.

Aku menjadi kacang disana. Aku kesal dengan Wati. Pasalnya dia menyuruhku untuk mengantar ke kelasnya, tapi ia malah foto bareng dengan temenku. Aku jadi kesal sendiri. Lalu aku pun kembali ke teman-temanku yang menunggu stand.

"Ayok Man anterin ke toilet," ajak Wati lagi.

"Hmm, gak mau nanti aku cuma dikacangin lagi," ucapku sedikit kesal.

"Maaf tadi itu.."

"Udah gapapa,"

"Anterin yaa Man.. plis,"

Aku mengangguk pasrah. Lalu aku berjalan menuju kelas. Perjalanan menuju kelas melewati kelasnya Aksan. Aku menoleh sebentar ke kelasnya. Aku terkejut saat melihat dia yang sedang memegangi kakinya. Sepertinya kakinya terluka sehabis main sepak bola.

Terlihat jelas raut mukanya yang menahan kesakitan. Namun, di depan Aksan, ada seorang teman sekelasnya yang duduk berjongkok sambil mengobati lukanya. Hmm, hatiku sedikit panas. Tapi aku sadar aku ini siapa.

Aku langsung mengambil langkah cepat agar cepat sampai di kelas.

"Kok jadi buru-buru, ada apa Man?" tanya Wati.

"Ehh.. gapapa Wat, pengen cepet sampe kelas aja, udah gak sabar pengen ngadem di kelas," ucapku berbohong kepada Wati.

Dan Wati pun hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf -O-.

Ingin sekali rasanya mengobati luka dikakinya. Tapi, aku bisa apa. Aku ini siapa. Aku tersadar aku bukan siapa-siapanya. Teman bukan. Kenal tidak. Pacar apalagi. Hmm. Aku menundukkan kepala pasrah dengan keadaan.

"Yuk ke toilet," ajak Wati kepadaku setelah mengambil celana olahraganya.

Aku mengangguk pelan.

Keluar kelasku, aku menoleh kembali ke kelasnya. Aneh memang. Sudah tau pasti sakit melihat dia diobati lukanya sama temen ceweknya. Eh aku masih aja menoleh ke dia. Hmm. Aku cuma penasaran dengan dia. Apakah sudah baik-baik saja atau belum.

Saat aku menoleh sebentar, ternyata dia juga menoleh ke arahku. Entah ke arahku atau ke siapa. Tapi, di dekatku sedang tidak ada siapa-siapa. Hanya Wati yang masih berada di belakangku, di dalam kelas. Di dekatku sepi, tak ada satupun orang. Mungkin memang benar dia menatapku. Aku pun buru-buru mengalihkan pandanganku ke arah depan. Agar tidak ketahuan kalau aku sedang memperhatikan. Aku takut kalau dia sampai tau aku menatapnya.

Sehabis dari toilet aku masuk ke kelas kembali, tetapi di depan kelasnya sudah tidak ada lagi dia yang duduk-duduk di kursi panjang. Mungkin dia sudah masuk ke kelas.

Setelah Wati meletakkan pakaian gantinya, dia mengajakku kembali ke stand kelasku untuk menunggu pembeli.

Aku pun berjalan keluar kelas bersama Wati menuju Stand.

Aku menoleh sebentar ke kelasnya. Oh tidak. Ternyata dugaanku salah. Dia sepertinya habis dari kantin. Karena dia baru saja masuk ke kelas sambil menenteng seplastik es jeruk dan beberapaa makanann kecil. Aku tak sengaja menatapnya, dan dia, lagi-lagi menatapku. Aku pun buru-buru mengalihkan pandangnku kembali. Lagi-lagi aku takut. Takut jika dia tahu bahwa aku diam-diam memperhatikannya.

****

"Pulang yuk Man, udah boleh pulang keknya," ajak Mia kepadaku saat aku baru saja bangun dari tidurku.

Aku memang sengaja tidur sambil menunggu jam pulang. Karena memang kelasku sudah tidak ada acara lagi, jadi waktu ku habiskan untuk tidur di kelas.

Aku mengangguk sambil memasukkan semua barang-barangku ke dalam tas. Aku mendahului keluar kelas karena aku ingin mencuci mukaku sebentar agar lebih fresh.

Setelah itu aku dan Mia berjalan menuju parkiran. Di parkiran terlihat sangat ramai. Pasalnya sekarang masih ada lomba futsal antar kelas. Karena memang kelasku sudah tidak menang jadi aku tidak melihat. Tetapi langkahku terhenti ketika melihat sesosok laki-laki yang duduk di deretan penonton memakai kaos berwarna hitam. Ya siapa lagi kalau bukan Aksan. Aku melihat jelas dia. Aku jadi ingin menonton pertandingan tersebut, tapi aku sudah sangat lelah sekali. Aku pun mengesampingkan keinginanku tersebut.

Aku sudah siap di motorku. Tetapi Mia dan Wati masih belum bisa mengeluarkan motornya. Aku menunggu saja mereka sambil sesekali menoleh ke arah dia yang sedang asyik duduk-duduk di deretan penonton.

Saat aku sedang mengaca di kaca spionku aku menoleh sebentar ke samping. Benar saja firasatku. Aksan berjalan menuju kelasnya. Dan yang lebih menyenangkan lagi, dia menatapku. Tapi setelah aku menatap dia kembali, dia malah melengos. Balik memperhatikan ke depan. Hmm. Sakit.

Memang benar pepatah mengatakan. Bahagia dan sakit itu terjadi hampir bersamaan.

Dariku,
Pengagum Rahasiamu❤

Mengagumi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang