Hari ini cuaca sangat buruk sekali. Hujan turun tak berhenti dari pagi hari. Buat sebagian orang hujan di pagi hari membuat malas ke sekolah. Tapi tidak denganku, aku tetap bersemangat pergi ke sekolah. Sampai-sampai saat Ayahku menawariku untuk mengantar ke sekolah, aku tidak mau. Aku menolaknya.
Aku pergi ke sekolah terpaksa menggunakan jas hujan. Padahal aku paling anti kalau disuruh memakai jas hujan. Sesampainya di sekolah, keadaan masih sepi. Baru beberapa siswa saja yang sudah berangkat. Aku memasuki kelasku setelah tadi dari parkiran. Di kelas baru ada dua orang, Pradipta dan Inaya. Inaya sedang menyapu lantai, sepertinya ia hari ini piket. Kemudian aku meletakkan tasku di kursi tempat dudukku.
Wah kalo hujan kek gini bakalan dapet vitamin plus plus nih
Pasti semua orang bakalan lewat depan kelas
Aksan pasti lewat depan kelas
Ya! Pasti!
Ya kali lewat depan sana, kehujanan dia
Aha,
Nungguin depan kelas ah,
Sapa tau dapet keberkahan
Aku tersenyum kecil, lalu aku keluar kelas sambil duduk duduk di kursi panjang depan kelasku. Aku memerhatikan orang-orang yang berlalu lalang lewat depan kelasku. Tak lama kemudian teman dekatku, si eti (beti) dan idi (fidi) berjalan dari arah timur. Entah mereka janjian atau hanya ketemu di parkiran saja, mereka bisa bersama menuju kelasnya. Mereka pun masuk ke dalam kelas lalu keluar kelas duduk duduk di kursi panjang juga.
Banyak siswa yang berjalan sambil menundukkan kepala, siswa perempuan tentunya. Jarang sekali siswa laki-laki menundukkan kepala. Aku melihat jam yang ada di handphoneku. Jam menunjukkan pukul 06.55.
Kok dia belum dateng ya?
Apa dia telat?
Aku menengok ke arah timur sebentar, ke arah dimana para siswa bermunculan dari parkiran.
Loh loh
Bentar
Keknya itu Aksan deh
Arghh dia udah mau lewat
Jantungku plis deh gausah lebay!
Diem napa!
Kek mau copot aja nih!
Tarik nafas, keluarkan!
Aku menormalkan jantungku agar tidak terlihat salah tingkah di depannya. Saat sudah dekat jantungku semakin berdetak tak keruan. Tanganku dingin, badanku panas. Gemeteran tidak jelas. Aneh ya.
"Misi," suaranya lirih hampir tak kedengeran.
Hah dia bilang apa tadi?
Sisi?
Hmm ku kira dia bilang misi.
Pantesan aja dia bilang Sisi,
Orang di situ ada temen smpnya, Sisi.
"Iya," jawab Eti, Idi, dan Sisi bersamaan.
Aku tak menjawab. Aku masih bingung dengan pikiranku sendiri.
"Kok lo bilang iya? Emang tadi dia bilang apa?" tanyaku polos.
"Misi,"
"Ku kira Sisi,"
"Dasar bolot! Makanya kalo punya telinga tu di pake jangan dianggurin kan sakit," ucap Idi.
"Baperan heuh," aku menghela nafas pelan.
Arghh dia sopan sekali,
Saat semua cowok lewat tanpa bilang permisi,
Dia lewat bilang permisi sambil menundukkan kepalanya.
Arghh!
Dia semakin membuatku jatuh hati,
Senyumnya melelehkan.
Dedeqq gakuatt bangg!
*Kringgg *Kringgg
Bel berbunyi dengan nyaring, membuyarkan pikiranku tentang Aksan.
Aku pun masuk ke kelas dan mulai pelajaran jam pertama.
Pelajaran kali ini terasa sangat cepat, mungkin karena hatiku sedang berbunga-bunga.
Ya memang menurutmu itu hal biasa, tapi menurutku tidak. Itu sesuatu hal yang luar biasa dan sangat mempengaruhi moodku pagi ini.
Intinya hari ini aku senang sekali.
Terimakasih buat kamu,
Yang selalu bisa membuatku tersenyum walaupun hanya dengan menunjukkan sikap sederhana,
Aksan❤Dariku,
Pengagum Rahasiamu❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumi Dalam Diam
RomanceAdakalanya suatu perasaan itu tidak diungkapkan dengan kata-kata, cukup disimpan sendiri tanpa ketahuan. Terkadang memperhatikan dari kejauhan adalah pilihan. Dan melihatmu tersenyum adalah kebahagiaan. Teruntuk DIA sang pembolak-balik perasaan, ...