CHAPTER 5

3.3K 354 27
                                    

Masa lalu kadang menjadi hantu yang menakutkan untuk sebagian orang. Apalagi jika itu sebuah masa lalu yang buruk, memalukan atau menyakitkan. Rasanya seperti mengiris kembali luka yang bahkan belum benar - benar sembuh saat ada orang yang mengungkit masa lalu yang belum mampu untuk dilupakan karena terlalu menyakitkan.

Udara di dalam ruang interogasi terasa berat oleh aroma rasa sakit yang dikeluarkan seorang pria tua yang duduk diam dengan dua tangan mengepal di pahanya, berusaha menahan getaran karena serbuan emosi yang tidak mampu dia bendung. Hyuuga Hiashi tampak kesulitan untuk mengendalikan perasaanya saat Sasuke mengingatkannya lagi pada peristiwa mengerikan yang pernah dialaminya.

"Putriku,.. dia dibunuh oleh monster - monster itu. Monster yang hanya berani dengan seorang gadis kecil'' Hiashi mengangkat kedua tangan, memandangi telapaknya yang gemetaran ''Kau tahu, Hinata hanya seorang gadis kecil, usianya baru enam belas tahun saat itu. Saat....''.

Hiashi menghentikan ucapannya saat merasakan bahunya disentuh oleh Naruto yang duduk di sampingnya. Pria pirang itu menggeleng pelan, memberi isyarat pada pria tua itu untuk diam.

Naruto menatap Sasuke lama, ada rasa kecewa juga luka dalam mata biru itu, namun bisa ditutupi dengan baik.

"Aku ingin bicara denganmu, tanpa perekam dan petugas'' Naruto melirik Kiba yang sejak tadi diam memgawasi di ruangan itu.

"Oh.. apa kau akhirnya menyerah?'' Nada sinis terdengar dari mulut Sasuke.

"Sasuke, aku mohon''.

Helaan napas kasar dikeluarkan Sasuke untuk melampiaskan rasa frustasinya ''Kau keluar dulu Kiba''.

Sadar dengan situasi yang semakin tidak nyaman, Kiba menuruti perintah Sasuke untuk keluar setelah membereskan beberapa catatan yang dia buat. Memberi privasi pada atasannya.
"Kau pikir aku tidak tahu kalau kau tahu lebih banyak dari yang seharusnya'' ada kilatan kemarahan di mata hitam Sasuke saat dia berbicara pada Naruto.

"Aku minta maaf'' sahut Naruto singkat dan tegas.

"Kau..  kau minta maaf semudah itu, setelah merahasiakan banyak hal padaku'' Sasuke hampir menggebrak meja di depannya melihat ketenangan dalam diri Naruto yang akhirnya dia lampiaskan dengan mencengkeram rambutnya sendiri sembari mondar mandir di ruangan itu.

"Sasuke tolong duduk dan dengarkan aku'' pinta Naruto.

"Aku bisa mendengar sambil berdiri'' telunjuk Sasuke terarah pada wajah Naruto.

"Baiklah. Terserah kau saja'' Naruto mengangkat tangan, pasrah dengan kemauan Sasuke ''Aku sudah pernah bercerita padamu kan, soal Hinata. Dia seperti adik bagiku'' Naruto memulai ceritanya, matanya menerawang ke depan dengan pikiran yang kembali ke masa lalu.

"Ya, aku benar - benar menganggapnya sebagai adik, karena itu saat dia datang padaku, dengan penuh cinta dan ketulusan berharap aku bisa memandangnya lebih dari seorang adik. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak ingin memberinya janji jadi aku langsung mengatakan seperti apa perasaanku. Sesuatu yang sekarang aku sesali'' Naruto menarik napas dalam, mengumpulkan kembali kekuatannya agar sanggup untuk bicara tanpa terdengar kalau suaranya bergetar.

"Malam itu, setelah menolaknya, aku pikir Hinata akan kembali ke kamarnya dan membenciku sepanjang malam, karena memang itu yang aku harapkan. Tapi, ternyata Hinata justru keluar rumah. Kau tahu Sasuke, jalanan Edinburgh pada masa itu tidaklah aman di malam hari, apalagi untuk seorang gadis. Hinata bertemu dengan beberapa orang. Orang - orang yang bermasalah denganku. Orang - orang yang kupikir bisa aku hadapi. Mereka membawa Hinata dan kau tentu bisa membayangkan apa yang mereka lakukan pada seorang gadis sepertinya''.

Tentu saja Sasuke bisa membayangkan apa yang mungkin terjadi pada seorang gadis yang berjalan sendirian di malam hari. Di jalanan sepi dimana banyak pria mabuk yang sangat mungkin lewat. Tanpa ada pertolongan, ataupun bantuan.

BLEEDING HEART Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang