Chapter 2

4 0 0
                                    


Semua yang lo bilang baik sekarang dan bisa bikin lo tersenyum, belum tentu besok akan sama.

*****

Pagi-pagi sekali, Kerya dia sudah bangun, tumben sekali dia bangun sebelum subuh. Biasanya subuh juga lewat. Jarang sekali dia solat subuh. Kalau kemarin-kemarin Mamanya selalu membangunkannya untuk solat, sekarang tidak lagi. Kalau biasanya Mamanya selalu membangunkannya untuk berangkat ke sekolah, sekarangpun sama tidak lagi. Dan kalau biasanya Mamanya selalu membuatkannya sarapan, sekarang tidak.

Jadi, saat sekarang Kerya pagi-pagi sekali sudah bangun. Tanpa alarm dan tanpa toa mushola di sebelah rumahnya, dan itu harus di apresiasikan.

****

Kerya sudah berada di sekolahnya. Tiba-tiba ada salah satu siswi yang menggebrak meja didepannya.

"Heh lo!"

Kerya menautkan alisnya. Dia bingung, ada apa dengan Gita? Sepertinya dia tidak pernah cari masalah sama Gita sebelumnya.

"Jangan sok polos deh lo. Gue tau busuknya lo!" bentaknya.

"Lo kenapa sih? Lagian, lo sendiri udah merasa bener? nyampe gue dibilang busuk." Tanya Kerya. Kerya malas sebenarnya untuk meladeni Gita. Cuma dia juga ingin tau, kenapa Gita begitu emosi terhadapnya.

"Lo ngapain kemarin sama Elang, huh?" Gita balik bertanya.

Kerya menaikkan sebelah alisnya, "Elang siapa? Yang namanya Elang banyak, Mbak. Elang yang lo maksud yang mana?" Tanyanya beruntun.

"Elang yang kemarin jalan berdua sama lo!." Desis Gita.

Kenapa dia yang marah gue jalan sama Elang? batin Kerya. "Lah emang dia siapa lo? Sampai lo segitu marahnya sama gue?" Tanya Kerya, dia sangat penasaran dengan Gita, kenapa dia bisa segitu marahnya saat Elang bersamanya kemarin.

Suasana kelas yang awalnya tenang, ada beberapa yang sedang menyalin tugas, curhat, dan diskusi, sekarang mengalihkan perhatiannya ke arah Kerya dan Gita.

"Iya, lo busuk. Lo jalan nggak cuma sama Elang doang kan. Lo pernah jalan sama temen-temen Elang yang lain." Jelas Gita.

Kerya terkekeh "Apaan sih lo. Kalau lo gak tau apa-apa tentang gue, Elang, dan temen-temen gue yang lain mending lo diem aja dah. Jangan sok tau!" cecar Kerya yang membuat Gita dia membisu.

Karena kekacauan itu, para murid yang baru saja datang kesekolah dan melewati kelas Kerya dan Gita menoleh ke kelas mereka. Memenuhi koridor, membuat koridor penuh, tidak dapat dilalui, dan banyak pula siswa-siswi yang memilih jalan lain untuk sampai ke kelas mereka. Tapi buat para siswi yang penasaran malah memenuhi koridor.

Sebagian dari mereka kenal dengan Elang dan sebagian lagi penasaran karena yang membuat keributan adalah senior mereka, senior yang paling di puja-puja para junior.

Sampai bel masuk berbunyi, koridorpun masih ramai dengan para siswi.

"Woy, lo pada kaga kelar-kelar adu bacotnya. Lo juga, Git. Apaan sih tadi dateng-dateng udah marah-marah gitu." Kata Fathur.

Yang lain ikut meng-iyakan ucapan yang dilontarkan Fathur.

"Ini ada apa, ya? Kalian tidak dengar bel masuk sudah berbunyi?" tanya guru yang sedang keliling mengecek kelas-kelas yang tidak bertadarus.

Ya disekolah ini, setiap pagi mewajibkan seluruh warga sekolah untuk bertadarus untuk yang muslim, dan membaca kitabnya masing-masing untuk yang non muslim.

Melihat siapa yang datang ke kerumunan tersebut. Seluruh kerumunan yang meramaikan kelas itu pun membubarkan diri. Guru tersebut pun memasuki kelas yang tadi ramai. "Kenapa kelas kalian ramai sekali tadi?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang