Dua

4 0 0
                                    

Nafas Diva semakin memburu sesampainya di area ospek. Bukan hanya Diva juga yang merasakan itu. Gila memang. Game ini cukup untuk hari terakhir penyiksaan -katanya-. Para junior seakan harus mengelilingi sekian meter universitas dan beradu akting demi 15 tanda tangan itu. Umpatan-umpatan pun tak lepas dari mulut mereka. Yup, adaptasi dengan keadaan seperti ini memang memalukan. Memakai pakaian yang super lugu. No make up.

"Yang terlambat langsung baris di sebelah sana." ujar salah satu senior itu.

"Hei ! Cepetan. Mahasiswa tuh harus gerak cepat. Ngga pake lelet !" salah satu senior cowok yang menurut para juniornya sedikit kejam. Ah sayang sekali. Padahal wajahnya tampan tapi sikapnya begitu jadi banyak junior yang jengah.

"Ah syukurlah aku tepat waktu."

"Dan yang tepat waktu baris sebelah sini, langsung kumpulin kertas kalian ke depan."

Diva segera mengiyakan perintah seniornya. Beres. Lalu dia segera memilih barisan nomor tiga dari depan. Di menit selanjutnya semua senior bagi tugas untuk mengurus kelompok yang terlambat dan yang tepat waktu. Barisan Diva ditangani oleh senior perempuan. Cantik parasnya tapi jutek sifatnya. Ya lumayanlah untuk ukuran senior, lumayan ditakuti. See the id card, Krystal Viona.

"Semuanya. Tetap berdiri tegap pandangan ke depan. ID Card masih digantung. Berani lepas, maju menghadap saya."

"Baik kak."

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

"Panas banget sih, huh ?!" kata cewek di depan Diva sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Tapi sayang Krystal sedikit mendengar keluhan itu. Lalu dia berjalan mendekati maba tersebut tanpa melapaskan kertas-kertas tadi dari genggamannya.

"Ada apa hm ?" kata Krystal.

"Ti .. tidak kak hehehe"

"Squat jump 10 kali."

"Ba .. baik kak."

"Bagus. Untuk yang lain ngga perlu banyak celometan kayak dia. Tukang ngeluh ya gitu jadinya. Paham ?"

"Paham." serentak jawaban dari barisan Diva.

"Diva Zifora." Panggilnya.

"Saya kak."

"Maju."

Beberapa langkah Diva maju menghadap Krystal. Dia menundukkan kepala karena terlalu malas melihat wajah senior yang menyebalkan. Dan sebagai junior yang baik, Diva tidak pernah membantah apapun yang seniornya katakan.

"Tanda tangan ke 15 tidak ada nama terang dan jurusan. Apa kamu tidak tau peraturannya ?"

"Iya kah kak ngga ada nama terangnya ?"

"Hei. Aku ini ngga main-main ya. Lihat ini !" Krystal mengangkat kertas milik Diva dan menunjukkan kebenaran bahwa tanda tangan terakhir tidak ada nama terangnya dan jurusannya.

"Maaf kak. Saya lupa ngga bilang kalau harus dikasih nama terang tapi 14 tanda tangannya udah ada nama terangnya kok kak. Hanya kelupaan satu aja. Saya minta maaf kak."

"Kamu berani bantah ya, yang namanya peraturan tetap peraturan !"

"Emm maaf kak, saya lupa. Sumpah saya lupa."

"Diam. Untuk semuanya. Mahasiswa tidak pernah mengeduakan peraturan. Melanggar peraturan berarti dia belum siap menjadi mahasiswa. Ini bukan SMA/SMK. Semuanya bisa diundur atau ditoleransi tapi ini dunia perkuliahan dimana kalian sedikit saja lalai semua akan rumit."

"Heleeeh ... menyebalkan sekali kau sist." keluh batin Diva.

"---" mereka para maba diam mendengarkan apa yang Krystal ucapkan begitu juga Diva yang mendengarkan cukup intens.

"Kamu. Diva Zifora sekarang lakukan hukuman putar gajah 25 kali putaran sambil membungkuk lalu langsung berdiri tegap dengan memperkenalkan identitasmu dengan lantang."

"What ??"

"Apa ? Kurang ?"

"Sangat cukup kak. Terima kasih."

25 berputar dan bergaya seperti gajah sambil membungkuk membuat kepalanya pusing. Saat sudah terpenuhi 25 putaran, Diva dengan sigap mencoba berdiri tegap tapi hasilnya badan dia sedikit oleng karena belum stabil namun dia mencoba melakukan perkenalan meskipun badannya goyang.

"Saya Diva Zifora. Jurusan Teknik informatika."

"Bagus. Kembali ke tempatmu semula."

Tanpa menoleh ke arah Krystal, dia langsung saja berjalan ke barisannya semula. Lagipula apa untungnya melihat wajahnya yang sedikitpun tak berseri. Barisan Diva rupanya hampir 99% tidak menyukai sifat Krystal yang seperti ini. Mimik wajah yang senior yang lain sangat ramah tapi mereka sedang bermain peran menjadi sosok antagonis. Lain lagi dengan Krystal, mimik wajahnya sudah terlihat garang. Kadang dia sering tertangkap junior sedang marah atau ketus dengan sebayanya di kantin atau di aula.

"Diva Zifora !"

Dengan geraka malas Diva membalikkan badannya bertatap muda dengan Krystal. Sedangkan Krystal menatap Diva dengan tangan yang bertopang dada. Belagu sekali kan dia ? Hahaha ...

"Apa lagi kak ?"

"Kamu ngga ngucapin apa-apa gitu ?"

"Ah iya lupa. Terima kasih kak atas hukumannya. Saya sangat menikmati itu"

"Cih. Cewek ketus."

"What ? Ngga salah kak ?"

"Hei ! kamu ini junior ya masih mau ngelawan ha ?"

"Maaf kak."

"Sudahlah, balik sana."

Ya begitulah diary maba yang selalu mereka kenang. Senior ketus, hukuman bejibun, pakaian cupu dan bullying. Tapi akhirnya lega juga hari terakhir ospek berakhir. Itu artinya istirahat untuk sementara bagi maba sebelum masuk jadwal kuliah.

Sore ini Diva sudah berbaring santai di atas kasur empuknya dengan gadget yang memainkan lagu Bruno Mars-Lazy Song.Sesuai dengan lagu yang di dengarnya, dia sedang malas melakukan apapun sekarang.

"Gara-gara kakak yang tadi nih aku dihukum. Ya ngga berat banget sih tapi mayan tau bikin pusing, bete ih nyebeliiin udah gitu sok keren lagi ... emang ngga tau apa 14 tanda tangan di atas dia kan udah ada nama terangnya juga. Udah gitu ngapain sih aku iyain besok dateng ke tempat itu lagi. Harusnya kan istirahat total. Lagipula sama saja, dapet 15 tanda tanganpun eh ada yang salah. Sama aja dihukum. Males bener nurutin kakak tadi."

"Ayah, Ibu aku merindukan kalian. Kalau ada waktu aku akan mengunjungi kalian. Bersabarlah."

Matanya lelah seharian ini tersengat matahari. Sekitar jam 4 sore dia merebahkan diri lalu tertidur dengan lelapnya. Huft ... perlahan matanya mulai memejam. Senja hari ini menemani tidur lelahnya. Semuanya terasa tenang, damai dan nyaman saat wajahnya terlelap seakan semua beban hilang.

Diva hanya hidup seorang diri di tanah orang karena kedua orang tuanya tidak tinggal bersamanya. Dia hidup apartement yang bisa dibilang cukup luas sedangkan orang tuanya berada jauh disana yang masih sibuk dengan pekerjannya. Ayahnya bernama Handy Pranata seorang CEO di suatu perusahaan fashion dengan brand yang sudah cukup terkenal di kalangan atas bahkan hampir di mall-mall sini memajang brand milik ayahnya, Vikas Zr nama brandnya. Lalu ibunya adalah seorang pemilik restoran seafood yang ramah dan anggun. Kalian tahu ? Vikas Dahlia adalah nama ibunya. Orang tuanya mengijinkan Diva menimba ilmu sesuai keingin Diva demi menggapai apa yang dia impikan. Dan tentunya mereka sangat mendukung apa yang putrinya inginkan selama itu masih positif. 

Special "D"Where stories live. Discover now