Dua hari berlalu tanpa kabar apa pun dari Katya.
Alden yang duduk bersama keluarganya untuk sarapan bersama hampir tidak bisa menahan dirinya untuk mengecek ponsel. Selama makan, ibunya menerapkan peraturan untuk mematikan ponsel. Ayahnya yang tegas bahkan mengikuti peraturan itu dan tidak pernah melanggarnya, membuat Alden pun tidak berani melanggarnya.
Rasa penasaran itu harus ditahannya sedikit lebih lama.
"Alden, kau baik-baik saja?"
Pertanyaan itu menarik Alden dari kemelut pikirannya. Ibunya—Cecily Antares—melayangkan pandangan khawatir.
Alden tersenyum. "Tentu, Ibu."
Percakapan di sekitarnya tetap berjalan. Ayahnya sibuk menanyakan perkembangan perusahaan pada Jared, sementara Chander harus bersabar menghadapi Vivian dengan rentetan pertanyaan mengenai barang-barang terkenal yang iklannya ditangani oleh perusahaan Chander.
Alden kembali larut dalam lamunan, namun suara perdebatan ayahnya dengan Jared semakin keras dan mustahil diabaikan.
"Jika kau tidak bisa melakukannya, seharusnya kau meminta bantuan!"
Jared membalas, "Pada siapa? Declan? Kau pikir anak kesayanganmu itu bisa membantuku? Kau pikir apa yang selama ini dilakukannya? Ia hanya pergi menghamburkan uang sementara aku berusaha menyelamatkan perusahaan!"
Setiap pasang mata langsung menatap Jared, termasuk Declan.
"Aku lelah menjadi bonekamu. Aku sudah melakukan segala hal yang kau inginkan, namun tetap saja aku tidak cukup di matamu. Tetap Declan yang menjadi anak terbaikmu," ucap Jared.
Setelah mengatakan itu, Jared meninggalkan meja makan. Vivian segera menyusulnya. Sementara keadaan di ruang makan sunyi senyap.
Cecily menatap suaminya—William Antares—dan berkata, "Kali ini apa lagi masalahnya? Bukankah sudah kukatakan, jika kau ingin membicarakan tentang pekerjaan, lakukan itu di ruanganmu. Kau menghancurkan sarapan keluarga kita."
Cecily pun meninggalkan makanannya begitu saja. Tidak menunggu jawaban suaminya.
"Ayah...." Alden memulai.
Namun ayahnya memotong dengan berkata, "Declan, ruanganku."
Alden hanya bisa menghela napas. Chander yang duduk di seberangnya pun tidak mengeluarkan kata.
Sejak kecil, Declan memang selalu menjadi anak yang paling diperhatikan oleh William Antares. Semua orang mengira hal itu dikarenakan Declan adalah anak tertua, sehingga nantinya Declan bisa menjalankan perusahaan sesuai harapan. Menjadi pewaris yang membanggakan. Namun ketika usia dewasa menjelang dan Declan tidak menunjukkan tanda-tanda keseriusannya pada perusahaan, kewajiban sebagai pemimpin jatuh pada anak kedua keluarga Antares; Jared.
Masalah mulai timbul ketika William selalu membela Declan, sementara Jared yang bekerja keras demi perusahaan tidak pernah mendapatkan perlakuan serupa.
Alden memahami perasaan Jared, namun Alden tidak bisa menyalahkan ayahnya. Bukankah memang selalu ada satu anak spesial yang mendapat perhatian utama di sebuah keluarga? Untuk keluarga Antares, anak itu adalah Declan. Karena dia anak tertua, yang selalu mendapat perlakuan istimewa sejak lahir.
Alden tidak pernah benar-benar mengkhawatirkan masalah di keluarganya itu, karena pada kenyataannya keluarga Antares tetap baik-baik saja. Alden berpikir, sedikit drama tidak akan membunuh siapa pun. Jared akan segera melupakan amarahnya dan Declan tidak akan tersinggung karena ucapan Jared.
Semua akan baik-baik saja.
"Kurasa kau harus menggantikan Jared untuk bermain basket bersamaku," ucap Chander memecah keheningan.
Alden tertawa, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan mengaktifkannya. Satu pesan yang masuk langsung menyita perhatiannya. Pesan yang sudah ditunggunya selama 48 jam terakhir.
Malam ini. Beritahu aku tempatnya dan kita akan bertemu di sana pukul 7. -Katya
Senyum Alden terulas begitu saja. Tanpa membuang waktu, Alden segera menyiapkan segalanya. Ketika Alden berdiri, pertanyaan Chander menghentikannya.
"Ke mana kau akan pergi?"
Alden menjawab, "Aku juga tidak bisa bermain basket bersamamu. Ajak saja Declan setelah ia selesai bicara dengan Ayah."
Setelah itu Alden keluar dari ruang makan dengan semangat menggebu.
Ia akan bertemu dengan gadis bermata birunya.
Malam ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Lies (Revenge #1)
RomanceSinopsis : Cerita ini dimulai ketika musim gugur menyelimuti kota Manhattan. Pada sebuah kehilangan, yang membuat hati pergi, menyisakan perih juga siksa tanpa henti. Kehilangan yang membuatnya tenggelam dalam lautan dendam. Katya Kaveirs di...