****
"Na ! Tunggu." kata Nalan sambil mengejar Alana di parkiranGadis yang dipanggilnya pun hanya menoleh sambil menatap malas laki laki yang sedang tersenyum jahil di depannya.
"Apa sih ?" jawab Alana dengan ketus.
"Ngomong sama ketua kelas ganteng tuh nggak boleh gitu !" ujarnya sambil cekikikan.
"Tertawa aja terus sampai Gorila bertelur." ucap Alana sambil menatap tajam mata Nalan.
Nalan hanya terkekeh mendengar respons Alana.
"Gue anter pulang ya, Na ?" tawarnya sambil tersenyum jahil.
Alana yang terlihat sedang terdiam itu sebenarnya sedang berpikir. Saat ini ia tidak ada teman pulang karena sahabat sahabatnya sedang ada urusan, sedangkan ia sendiri sudah tidak memiliki uang taksi. Karena terdesak, terpaksa ia menerima tawaran Nalan untuk mengantarnya pulang.
"He'em !" ucapnya berdehem.
Selama perjalanan, Alana hanya diam sepanjang perjalanan. Biasanya ialah yang paling suka berdebat dengan Nalan tentang hal yang tidak penting.
Sesampai di depan rumah Alana, Alana pun segera membuka pintu mobil milik Nalan dan langsung membantingnya dengan keras. Lalu bergegas ke pintu rumahnya tanpa sedikit pun berterima kasih ataupun menatap wajah Nalan.
"Oh. Jadi gitu, habis nebeng langsung cabut gitu aja ?" sindir Nalan yang baru saja keluar dari mobilnya.
Alana yang sudah di depan pintu dan hendak membuka pintu pun langsung membalikan badannya dan berkata "Sorry. Nyokap gue nyuruh gue cepet pulang, makanya gue lupa terima kasih sama lo. Thanks !" ucapnya dengan ekspresi tanpa dosa.
"Ya udah, gue masuk dulu. Kalo mau mampir, masuk ! Pintunya nggak gue kunci." tambahnya lagi.
Pada saat Aurel hendak membuka pintu rumahnya, tiba tiba pintu rumahnya terkunci. Dan pada saat yang bersamaan ponsel Aurel berdering karena ada notifikasi pesan di dalamnya.
Maa
Aurel. Maafin mama, ya ?Mama lupa ngasih tau, kalo mama lagi ada arisan. Dan mama lupa ngasih kunci rumah ke kamu. Berarti otomatis kalo pintu rumah terkunci kan ? Nah. Kamu sementara pergi ke rumah Leva dulu. Soalnya Mama pulang agak telat nanti.Alana yang membaca pesannya pun membulatkan matanya karena mamanya baru memberi tahu saat ia baru sampai di rumahnya. Padahal jarak rumah Alana dan Leva tidaklah dekat.
'Apaan sih mama ?!' batin Alana.
Nalan yang sedari tadi belum pergi dari depan rumah Aurel pun menatap wajah Aurel yang tengah kebingungan.
"Lo kenapa ? Kok muka lo pucet banget ? Lo sakit ? Perlu gue bawa lo ke klinik ?" tanya Nalan seraya menempelkan punggung tangannya ke dahi Alana.
"Apaan sih Lan ! Gue nggak kenapa kenapa kok." ucapnya menepis tangan Nalan dan menatap Nalan dengan kesal.
"Gue khawatir karna gue sayang sama lo." ucap Nalan dengan tulus.
Mata Alana membulat sempurna mendengar ucapan Nalan.
"Ada apa sih ?" lanjutnya.
"Bukan urusan lo !" jawab Alana sambil memelototkan matanya ke arah Nalan.
Nalan pun memutuskan untuk masuk ke dalam mobilnya.
Ketika hendak memasuki mobil, Nalan malah kembali ke Alana dan menanyakan hal yang sama
Alana tidak tau lagi. Bagaimana menghadapi orang seperti Nalan yang selalu membuatnya kesal setiap saat.
Alana pun menghela nafas dan berkata "Nyokap gue lagi pergi arisan dan kunci rumahnya dibawa. Trus gue disuruh dateng ke rumah Leva. Kan rumah gue sama Leva kan jauh tuh ?"
Nalan terlihat serius mendengar penjelasan Alana.
"Ya udah. Kalo emang lo nggak keberatan, gimana kalo kita jalan jalan ?" tanya Nalan sambil menaik naikan alisnya.
"Gimana ya ?"
Alana pun menyetujui pertanyaan Nalan karena ia juga bosan jika ia berada di rumah Leva.
"Laper ?"
"Gak !" jawab Alana dengan cuek.
"Oooo. Ya udah" kata Nalan yang fokus mengemudikan mobilnya.
Drutttttttt
Perut Aurel yang sedang keroncongan pun berbunyi. Padahal Aurel baru saja mengatakan pada Nalan bahwa ia tidak lapar.
"Laper nggak ?" tanyanya sekali lagi.
Aurel masih tidak menjawab pertanyaan Nalan.
"Ya udah kalo nggak laper. Oh ya, gue mau ke restoran Pizza nih ! Temenin gue makan, ya ?" ajak Nalan.
Akhirnya mereka sampai di sebuah restoran Pizza. Mereka pun segera duduk di tempat yang telah di sediakan. Tak lama kemudian seorang waiters pun datang menghampiri mereka. Nalan pun memesan 1 kotak pizza berukuran sedang. Namun Nalan juga membisikkan sesuatu kepada waiters tersebut. Tidak butuh waktu yang lama untuk menunggu Pizza tersebut datang ke meja makan mereka.
Nalan pun segera menyantap Pizza tersebut. Alana yang melihatnya pun berusaha menelan air ludahnya dengan susah payah. Pizza yang aromanya harum dengan lelehan keju Mozarella yang membuatnya sangat menyesal.
Alana menatapnya dengan wajah memelas sambil sesekali menelan air ludahnya sendiri.
"Mau ?" tanya Nalan sambil mencomot pizza dari kotaknya.
Alana hanya mengangguk sambil mengambil sepotong Pizza dari kotaknya.
"Kenapa nggak bilang dari tadi !" ucap Nalan mendelik kesal.
Aurel hanya menyengir.
"Hm.. Enak banget, ini sih Pizza favorite gue. Ummmm.." gumam Aurel sambil mencomot beberapa Pizza.
Nalan mengambil sepotong Pizza dan menyuapi Alana dengan Pizza tersebut.
"Kenapa nih ?" tanya Alana dengan keheranan.
"Jangan ngomong mulu ! Buka mulut ! Aaaaa......" ucap Nalan seolah olah sedang menyuapi anak TK.
Alana yang tidak curiga sedikit pun langsung membuka mulutnya untuk menerima suapan.
"Gue bukan anak TK kali !" ucap Alana sambil menerima suapan tersebut
"Arghhhhhhhhhh.. Pedes banget ! Sshh.. sshh.. Shit ! Pedes. Mana air ? Mana ?" ucap Alana dengan pandangan yang mencari air minum.
"Kampret lo ! Lo mau bikin gue mati ?" umpat Aurel.
"Eh. Gue ? Sejak kapan gue naruh bubuk cabe di atas Pizza ? Gue kan dari tadi sama elo !" ucap Nalan sambil tersenyum tanpa dosa.
"Gue cabut !" ucap Alana tanpa menatap Nalan sama sekali dan pergi meninggalkan Restoran Pizza, berlari mencegat taksi.
'Gue kan nggak bawa uang sama sekali. Trus, gue ke rumah Leva naik apa coba ?' ucap Aurel dalam hati sambil memukul mukul kepalanya.
~Nalana~
KAMU SEDANG MEMBACA
Nalana
Ficção Adolescente⚠CERITA INI TIDAK BAGUS UNTUK DIBACA 😹 Genre : • Teenfiction • Humor • Romance Berawal dari dari Ketua Kelas menyebalkan yang membuat Alana kesal. Yang akhirnya membuat cewek itu jatuh cinta. Tidak sampai di situ saja kisah hidup mereka. Bagaimana...