Part 2

79 15 1
                                    

    Merekapun pulang ke rumah mereka masing-masing. Setibanya di rumah, Defi langsung mandi dan mengambil air wudhu untuk segera melaksanakan sholat Ashar. Setelah sholat, seperti biasanya dia pergi ke masjid dengan berjalan kaki untuk mengaji. Dia berangkat bersama Tiara, teman sekelasnya.

    Bu Sum, yaitu guru mengaji Defi mulai mengucap salam dan mengawali kegiatan dengan do’a bersama. Kemudian beliau mengatakan “kemarin sayan dan keluarga Defi menjenguk teman kalian Fitri. Saya pikir dia hanya sakit biasa, ternyata keadaannya sangatlah parah. Saya tidak bisa mengatakan pada kalian apa sebenarnya penyakit Fitri, tapi saya mohon kepada kalian semua untuk selalu mendo’akan kesehatan Fitri, agar dia bisa segera sembuh.”Setelah itupun mereka berdo’a bersama dengan dipimpin oleh Bu Sum.

    Kemudian mereka melanjutkannya dengan membaca surah Yasin.
Saat mereka tengah khusyuk mengaji, tiba-tiba ada seseorang yang datang. Ternyata itu Kak Fahrul. Kak Fahrul adalah anaknya Bu Sum. Kak Fahrul datang sore itu dengan membawa kabar yang tak pernah dilupakan oleh Defi. Kabar bahwa Fitri telah meninggal. Rasa tidak percaya dan sakit menyelimuti hati Defi. Tanpa ia sadari, air matanya mulai berjatuhan, menggenang di pipinya, dan membasahi jibab berwarna ungu yang dia pakai itu.

    Setelah Kak Fahrul pergi, Bu Sum kembali menegaskan bahwa Fitri benar-benar telah tiada. Merekapun menutup acara pada sore hari itu dengan bacaan surah Al-Fatihah yang dikhususkan untuk almarhumah Fitri.
“Sudahlah Def, ini kenyataannya. Fitri memang telah meninggal. Kamu harus bisa merelakan kepergiannya. Lagipula selama ini dia telah lama berada di rumah sakit, ikhlaskan dia. Biarkan dia tenang di alam barunya, dengan melihat senyuman termanis dari sahabatnya.” Kata Bu Sum untuk menghibur hati Defi, yang seolah mengerti apa yang sedang dirasakannya.
Di perjalanan pulang, Defi terus saja menangis. Ia tak kuasa untuk mengurung segala kesedihan yang dia rasakan. Setelah sholat Maghrib, Defi masih mengurung diri di tempat sholatnya. Kemudian kakaknya datang dan membisikkan sesuatu,
“sudahlah, ikhlaskan dia. Jangan menyiksa dirimu sendiri dengan tidak mau makan dan bicara seperti ini. Percayalah, air matamu hanya akan menjadi beban baginya. Dan apakah menurutmu dia bisa bahagia dengan melihat keadaanmu yang seperti sekarang ini? Dia akan sedih disana ketika mengetahui bahwa temannya sedang tersiksa. Lebih baik do’akan saja dia. Biarkan dia tenang di alam sana.” Jelas Kak Hari.

    Setelah mendengar ungkapan kakaknya itu, Defi mulai mau makan dan keluar dari tempat sholat. Dia mengerti bahwa saat ini yang dibutuhkan Fitri adalah do’a tulus dari sahabat-sahabatnya.

    Keesokan harinya, semua siswa kelas enam SD itu menangis mengetahui bahwa temannya telah tiada. Karena tidak tega melihat murid-muridnya bersedih, kepala sekolah akhirnya mengizinkan siswa kelas 6 untuk mengikuti acara pemakaman teman mereka.

    Setibanya di tempat pemakaman, semua orang mendo’akan Fitri, agar dia diterima di sisi Allah. Mereka kembali ke sekolah setelah acara pemakaman selesai. Kepala sekolah mengingatkan kembali bahwa kita harus selalu mendo’akan Fitri, agar dia diberi tempat yang terbaik.

                    ~ TAMAT ~












👉~Please Like, Follow and Comment🙏😍😍😍
👉Cerita Amburadul sana sini?,, maklum masih amatir😌😂😂

BEAUTIFUL LIFE💕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang