Kini Jiya terbaring di rumah sakit, satu persatu kenangan muncul dalam dirinya. Tiba-tiba Deramemberikan pesan :
“Jiya, sekarang aku tahu bahwa dirimu sedang berjuang sendirian. Mengapa kau menyembunyikannya dariku? Kau tahu, aku sangat kesepian. Kau tidak seharusnya menjauhiku. Aku akan berada disampingmu apapun keadaanmu. Bagaimana bisa kau menjauhiku hanya gara-gara itu? Kamu adalah hadiah dari Tuhan yang diberikan untukku, sahabat terbaikku... aku menyayangimu.”
Tak terasa air mata menggenang dipelupuk mata Jiya, kini Jiya tak dapat menahan isak tangisnya.“Aku juga terlalu takut untuk melewatinya sendirian Dera, aku sangat kesepian” lirih batin Jiya.
Keesokan harinya Dera menghampiri Jiya yang terbaring lemah di rumah sakit. Ia sudah tidak tahan untuk bertemu dengan Jiya, Dera juga ingin tahu apa alasan Jiya merahasiakan itu darinya.
[Kamar Inap Jiya]
“Jiya...” Suara pelan Dera memanggil Jiya.
Jiya yang kala itu bersama ibunya menoleh ke arah sumber suara. Ibu Jiya tersenyum dengan menyapa Dera, tak lupa Dera mencium punggung tangan dari ibu Jiya tersebut. Senyuman manis tadi berubah menjadi bibir yang menahan tangis, saat ibu Jiya pergi untuk memberikan waktu sendiri kepada mereka berdua. Jiya tidak bergeming dan hanya duduk mununduk dengan rambutnya yang mulai menipis.
“Jiya...” panggil Dera sekali lagi.
“Mengapa kamu merahasiakannya dariku? Mengapa Jiya"
“Aku tidak ingin merepotkanmu” Suara jiya lirih.
”Kau tidak boleh sepert itu, aku sahabatmu apapun keadaanmu aku akan disampingmu.” Mata Dera telah berkaca-kaca
“Maaf Dera aku memang salah, maafkan aku. Aku hanya ingin kau menemukan penggantiku” jawab Jiya dengan isak tangisnya.
Dari kejadian itu mereka kembali bersahabat seperti dahulu, menikmati waktu yang akan datang dan berlalu. Hampir setiap hari Dera mengunjungi Jiya, tertawa bersama, bersenang-senang, bercerita dan bersuka ria. Kesedihan itu mampu ditepisnya. Ya kedua sahabat itu kini telah bersatu.
***
Hari itu wajah Jiya memucat, tubuhnya lemah. Alat-alat mengelilingi tubuh Jiya, tangisan-tangisan itu telah menggema di lorong rumah sakit itu. Dera yang mengetahui kabar itu seperti tak percaya, tidak dia tidak ingin mempercayainya. Namun, apalah dikata kenyataan tetaplah kenyataan.
Pagi hari tepat tanggal 05 Maret 2016. Gundukan tanah merah tersebut telah basah oleh air hujan, seakan tahu langit ikut bersedih. "Jiya Ananda Putri" tulisan dalam batu nisan itu telah terpampang jelas, namun seperti tidak nyata bagi Dera. Tetes demi tetes air hujan telah membahasi gundukan tanah yang masih baru itu."Jiya.. Tenang di sana, aku akan merindukanmu.. Sahabatku"
~TAMAT ~
●
○
●
○
●
○
●
○
●
○
●
○
👉~Please Like, Follow and Comment🙏😍😍😍
👉Cerita Amburadul sana sini?,, maklum masih amatir😌😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL LIFE💕
Short StoryKehidupan memang penuh dengan lika-liku, namun dibalik itu semua terdapat rencana indah yang akan menunggu💞 ● ○ ● ○ ● ○ IT'S BEAUTIFUL LIFE