dua, jalan

41 14 5
                                    

"karena semenjak kamu hadir dan membuatku nyaman aku tak pernah tertarik dengan siapapun"

----

Sekarang Alex, Lucky, Alvaro, dan Aidan sedang berada di rumah Elang, lebih tepatnya di kamar Elang.

"Balikin!, Sini gak!"

"Gak!, Ini gue duluan yang ambil. Jadi ini gue yang makan"

"Tapi jangan yang rasa itu juga lu ngambilnya!"

Sekarang ruangan ini sudah tidak layak di sebut dengan sebutan kamar. Sangat berantakan, semua karena ulah mereka berdua.

"Kamar gue!!" teriak sang pemilik kamar saat baru masuk. Alhasil Lucky dan Aidan menghentikan aksi kejar-kejaran karena teriakan dari Elang.

"Kamar Lo kenapa?" ucap Aidan polos tanpa dosa.

"Berantakan lah!, make nanya lagi lu dugong".

"Selow dong paus terdampar"

Berbeda dengan Alex sekarang ini, dia sedang berfikir bagaimana bisa dia berteman dengan manusia bodoh seperti mereka?.

Alih-alih sedang berfikir tiba-tiba sebuah nada panggilan membuyarkan fikiran nya dan menoleh kearah ipod nya.

"Hallo, kamu lagi di mana?" suara dari seberang sana.

"Rumah Elang"

"Ooo, mama cuman mau bilang, kamu pulang ya adik kamu pingin jalan-jalan plus nyari makanan sama kamu"

"Dia kan bisa pergi sendiri"

"Ih kamu sama adik sendiri kok gitu, pokoknya kamu anterin adik kamu!"

"Hmm"

"Yaudah..bay sayang"

Alex berdiri dari duduknya. "Gue cabut dulu"

"Eh, mau kemana lo?"

"Nemenin adek jahanam"

Mereka hanya terkekeh karena mereka tau kalau Alex paling malas soal pergi atau sekedar menemani adiknya. Karena menurutnya adiknya itu sedikit tidak waras dan merepotkan, walaupun sebenarnya dia sangat sayang sama adiknya.

----

"Bang Devan, anterin Ava ke toko buku ya" minta Avalia, bak suara seperti anak kecil dan terdengar imut.

"Males" ucap Devan yang masih fokus pada hpnya. Ava mengambil kasar hp Devan.

"BALIKIN VA, BENTAR LAGI MAU VICTORI!"


"Peduli setan, cepetan anterin gue"

Devan mengubah posisi duduknya menjadi tegap.

Avalia berdecak sebal melihat kelakuan saudara kembarnya itu. Memang sih bukan kembar identik, tapi mereka lahir hanya berbeda tujuh menit saja.

"Ribet lo nyet, yaudah tunggu gue ganti baju bentar"

Avalia tidak menjawab dia hanya mengibaskan tangannya.

Setelah menunggu selama sepuluh menit darel tak kunjung datang.

"Mana sih si Devan, awas aja kalo sampe dia ketiduran!" batin Avalia.

"BANG DEVAN!" teriak Avalia memanggil nama Devan.

"Sabar bawel, baru juga Lo nunggu sepuluh menit" jawab Devan malas, sambil menuruni tangga.

"Yaudah ayo" ajak Avalia sambil menarik tangan Devan.

Devan bingung bagaimana bisa dia berperan jadi kakak. Devan agak menyesal menjadi kakak dari cewek teledor seperti Avalia. Keras kepala, kolot, cerewet lagi.

Sesampainya mereka di mall mereka langsung meluncur ke tempat dimana toko buku itu berada.

"Lo tunggin gue, sampe lo ninggalin gue, liat aja apa yang terjadi sama lo"

"Iya cepetan ah"

Avalia mulai berjalan ke deretan novel. Matanya dengan lihai mencari dan membaca satu persatu novel itu. Sebenarnya Ava tidak suka membaca novel, dia membeli novel hanya karena kado untuk Adelia. Karena besok hari ulang tahun nya.

Setelah satu jam memilih-milih akhir dia sudah selesai dan keluar satu kantong kresek.

Avalia melirik ke belakang disana Devan sedang mendumel tidak jelas sambil memajukan bibirnya. Avalia tau kalau kakaknya sedang kesal dengannya.

"Kak Devan mukanya asem banget dah kaya ketek"

Mendengar itu Devan bertambah kesal. Dasar adek laknat batin Devan

Oke jangan lupa vote, comentnya ya. Saya sudah nuntasin yang part 2 nih, gimana? Feel-nya dapet? Dah dapet-dapetin aja ya:v

Salam

-Shania

AlexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang