Hiruk pikuk keramaian cafetaria membuat Lunellyn menguap bosan. Dia menopang dagu pada meja sambil menunggu Carla yang sedang mengambil makanan untuk mereka berdua. Manik mata orange nya bergerak liar kesana-kemari memperhatikan kesibukan orang-orang yang lalu-lalang di cafetaria. Tapi, tak ada yang menarik dari semua kesibukan itu.
Lunellyn mendesah lelah. Ia mengantuk, ingin tidur. Karena cahaya biru yang dilihatnya tadi malam ia jadi terlambat tidur dari jam yang sudah ditentukan pihak sekolah. Dia juga merutuki sikap dingin Avior semalam. Saat di kelas pagi pun, Avior masih bersikap sama dinginnya. Tidak ada satu katapun yang keluar dari bibir mereka berdua. Yang ada hanya tatapan tajam Avior yang mengintimidasi Lunellyn.
Dan Lunellyn benci itu. Ia benci Avior dan tingkah angkuhnya yang menyebalkan. Terutama dinginnya sikap pemuda itu yang menyamai es di Antartika. Ingin rasanya Lunellyn mencairkan es balok itu. Ah, tidak. Lunellyn lebih ingin meruntuhkan sikap angkuh dan arogan Avior agar pemuda itu berhenti mengintimidasi Lunellyn dengan tatapan tajamnya.
"Kenapa kau?" Carla bertanya setelah ia duduk di hadapan Lunellyn. Menaruh nampan berisi makanan di atas meja.
"Tidak ada" Lunellyn menjawab lesu, mengambil jus stoberi dan mengabaikan makanan yang sudah diambilkan Carla untuknya.
"Lalu ada apa dengan wajahmu? Kenapa ditekuk seperti itu?" Gadis berambut soft-pink itu menunjuk Lunellyn dengan sendok.
"Mengantuk. Aku ingin tidur Carla" Lunellyn mendesah frustasi. Ia benar-benar ingin menjatuhkan dirinya ke atas kasur sekarang juga.
Carla menyuapkan telur dadar gulung ke mulutnya, matanya masih mengamati Lunellyn yang hanya mengaduk-aduk minumannya tanpa minat. "Masih ada kelas sore, kau tidak bisa kembali ke asrama sekarang" ujarnya, membuat sinar mata Lunellyn semakin meredup.
Sepertinya Lunellyn benar-benar kurang tidur. Kantung mata gadis berambut coklat itu tampak menggantung di bawah matanya. Lunellyn setengah terpejam, kembali meminum jusnya, setidaknya dengan begitu kesadarannya tidak hilang saat ini juga. Carla jadi tidak tega. Teman ketusnya sangat jauh dari kata baik-baik saja.
"Mau kubuatkan alasan agar kau bisa beristirahat di UKS? Aku bisa berbohong kalau kau sedang tidak enak badan" usul Carla, tetapi langsung mendapat penolakan dari Lunellyn berupa gelengan kepala.
Biasanya diamnya Lunellyn membuat Carla gemas. Tapi kali ini diamnya gadis itu membuat Carla khawatir. Setidaknya, tolong beritahu Carla apa yang bisa dia lakukan agar Lunellyn merasa lebih baik walau sedikit?
"Mau kuambilkan kue muffin kesukaanmu?" Carla menawar, mungkinkah beberapa kue muffin bisa membuat Lunellyn lebih baik? Carla berharap iya.
Lunellyn terlihat menganggukkan kepalanya pelan, "Ya" sahutnya lemah.
Segera Carla berdiri dan berlalu mendekati etalase untuk mengambil muffin kesukaan Lunellyn. Tepat setelah Carla pergi, Lunellyn menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya yang berada di atas meja. Kurang tidur ternyata membuat kepalanya pusing.
Suara gesekan kursi dengan lantai marmer membuat Lunellyn mengangkat wajahnya. Manik mata orange-nya mendapati Revian sudah duduk di kursi yang berada di sebelah kursi yang tadi diduduki Carla. Pemuda berambut hitam itu tersenyum misterius padanya. Sontak, satu alis Lunellyn naik melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystika Euphoria [END]
Fantasy[Sudah Terbit] Bagi Lunellyn kepindahannya hanya sebagai pelarian dari rasa jenuhnya di sekolah lama. Dia hanya menginginkan suasana baru, pengalaman baru. Itu saja. Namun, siapa sangka jika sekolah barunya ternyata adalah sekolah sihir yang banyak...