"Seharusnya kau tidak asal terima tantangan Avior begitu saja! Sekarang kau terluka 'kan?!" Bentak Carla yang kini tengah membalut luka di lengan atas Lunellyn.
Yang dibentak hanya bungkam, memperhatikan sudut ruang UKS yang terdapat tanaman hias. Sama sekali tidak menghiraukan Carla yang sedari tadi berceloteh panjang. Audine dan Shafira pun ikut terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Ruang UKS yang sepi itupun dipenuhi oleh suara cempreng Carla.
"Lain kali mintalah luka yang lebih banyak!" Carla dengan sengaja menepuk luka Lunellyn dengan keras.
"Argh! Itu sakit, Carla!" Sambil memegangi Lukanya yang selesai diperban, Lunellyn menatap Carla tak terima
"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran kalian. Sebenarnya apa yang kalian perebutkan?" Gadis berambut merah muda itu tidak peduli, ia malah menatap Lunellyn tajam sembari melipat kedua tangannya di dada.
Lunellyn terlihat berpikir, tapi kemudian dia malah turun dari atas brankar dan berjalan santai meninggalkan teman-temannya. Membuat ketiga temannya yang lain tertegun melihat sikapnya yang acuh tak acuh itu.
Dengan gerakan cepat Carla membereskan peralatan yang tadi ia pakai untuk mengobati Lunellyn, lalu berlari menyusul Lunellyn yang sudah melangkah cukup jauh. Di belakang mereka Audine serta Shafira hanya mengikuti dengan tenang.
"Hei! Lunellyn! Aku sedang berbicara padamu dan kau malah pergi begitu saja! Kau mendengarkanku tidak?!" Teriak Carla cukup keras, sehingga murid-murid yang lain segera menengok ke arahnya.
Gadis berambut coklat yang baru saja diteriaki Carla itu terlihat memutar bola mata malas, ia bahkan masih tetap melanjutkan langkahnya tanpa melirik sedikitpun. Melangkahkan kakinya menuju cafetaria karena ia tahu betul perutnya sudah meraung-raung minta diisi.
"Lunellyn! Lunellyn! Jangan mengabaikanku dan jawab pertanyaanku!" Sekali lagi Carla berteriak sambil terus berusaha menyusul langkah Lunellyn yang kini sudah mencapai pintu masuk cafetaria.
"Lunellyn! Eh?"
Carla terpaku di ambang pintu tatkala dilihatnya Lunellyn sudah tenggelam dalam lautan murid-murid yang bergerumul. Mengerubungi Lunellyn seperti lebah yang mengerumuni madu. Gadis berambut merah muda itu mengedip-ngedipkan matanya berulang kali.
Shafira dan Audine yang baru saja tiba mengernyitkan dahinya begitu melihat hal yang sama. Kemudian dengan kompak menggelengkan kepala.
Dalam sekejap kepopuleran Lunellyn langsung naik ke level teratas di Aimatiros Academy. Tepat berada satu tingkat di bawah Avior.
"Lunellyn, kenapa kau bisa sehebat itu?"
"Aku tidak menyangka, murid baru sepertimu mampu menyaingi Avior!"
"Luar biasa! Lunellyn, tolong ajari aku menggunakan pedang!"
"Sudah cantik, hebat pula. Lunellyn, maukah kau menjadi kekasihku?"
"Sulit dipercaya, kau benar-benar bisa menyaingi Avior yang luar biasa hebat itu!"
Rasanya Lunellyn ingin sekali meneriaki orang-orang yang tengah mengerumuninya itu agar menjauh. Niat untuk makan pun jadi terhambat dan Lunellyn benar-benar sudah lelah.
Jika ada hal yang bisa mengambulkan permintaan, Lunellyn ingin berteleportasi ke luar angkasa agar dia bisa sendirian dan memperoleh ketenangan. Tentunya tanpa diganggu oleh orang-orang penasaran dan pencari perhatian seperti yang sedang mengerubunginya sekarang.
Apalagi jika harus diganggu oleh sekelompok gadis angkuh yang sering mencari sensasi. Lebih baik Lunellyn mengurung diri di dalam goa selamanya.
"DIAM SEMUANYA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystika Euphoria [END]
Fantasy[Sudah Terbit] Bagi Lunellyn kepindahannya hanya sebagai pelarian dari rasa jenuhnya di sekolah lama. Dia hanya menginginkan suasana baru, pengalaman baru. Itu saja. Namun, siapa sangka jika sekolah barunya ternyata adalah sekolah sihir yang banyak...