T

12.9K 251 8
                                    


"Ta, masa mantan aku udah punya pacar sekarang," Aku mengangguk tidak berniat menanggapinya dengan ucapan. Lagi, lagi, dan lagi topik pembicaraan kami tidak habis-habis membicarakan Nisa, mantannya itu. Dimas pria yang menyandang sebagai pacar aku selama dua tahun belakangan silam ini kini sedang mengibas-gibaskan tangannya di udara. "tapi gapapa deh, kan ada kamu."

"Kamu tau dari mana dia udah punya pacar? " tanya aku sambil menyandarkan tubuh di sofa berwarna hitam ini.

Dimas mengubah posisi duduknya lalu menatapku lekat. "Ta, sekarang tuh udah zaman modern. Aku salker dialah, masa aku nanya langsung, turun dong harga diri aku," ucapnya dengan penuh penekanan. Aku kembali terdiam, membiarkan dia terus-menerus menceritakan tentang mantannya itu. Biarkanlah, walaupun sakit, aku sudah terbiasa.

Dimas menepuk-nepuk tanganku pelan. "Tapi untungnya kamu ga cemburuan kalau aku cerita kaya gini, makanya aku betah lama-lama sama kamu. Nih ya, Nisa itu cemburuan, kalau aku ceritain tentang Luna, mantan aku sebelum dia, dia pasti langsung marah-marah, ga jelas banget kan. "

Aku membalasnya dengan senyuman.

"Ta, kok senyum-senyum saja sih. Lapar ya? Aku ambil makanan dulu yaa...." Dia berdiri bersiap untu melangkahkan kakinya menuju dapur, namun dengan cepat aku mencegat tangannya. Dia menoleh ke arahku, aku menggeleng seakan menolaknya.

"Mau pulang. "

Dimas kembali terduduk, dia memang wajah memelasnya. "Yah Tata, masa mau pulang, padahal aku mau ceritain tentang pacarnya mantan aku itu. "

"Aku ngantuk."

"Yah, yaudah deh gapapa. Besok aku jemput kamu ke sini lagi ya. "

Aku menggeleng cepat. Pikiranku langsung teringat mengenai hal yang akan aku lakukan besok. "Aku ga bisa, mau jemput sepupu aku di bandara."

"Kalau gitu aku ikutan ya? Aku sendirian di rumah."

"Yaudah iya."

Luka Tambah LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang