Dari sekian banyak manusia yang Kau ciptakan, kenapa harus aku?
Dan
Kenapa harus lelaki itu?
***
Sepertiga malam aku kembali terbangun dengan peluh yang sudah membasahi sekujur tubuhku. Belum lagi rasa pusing dan sesak yang ku rasakan.
Ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi dan membasuh wajahku dengan kasar. Ku pejamkan mata sejenak sebelum melihat pantulan diriku yang ada dicermin. Pantulan itu menampilkan sosok yang sangat berantakan, wajah yang pucat, mata yang bengkak, kantung mata yang berlebihan, hidung memerah dan rambut sebahu yang acak-acakan. Jangan lupakan juga ruam di tubuh dan luka kecil disudut bibir bagian kanan.
Wajah yang berantakan itu selalu aku lihat beberapa tahun ini jika sedang bercermin. Bahkan bertambah parah seiring dengan berjalannya waktu.
Setelah membasuh wajah, aku menuju balkon kamar yang menghadap langsung ke arah perkotaan. Belum ada aktivitas yang signifikan saat ini, hanya terlihat satu-dua kenderaan yang melintas. Tak ku hiraukan udara dingin yang mulai menerpa tubuhku. Aku tak perduli jika esok aku akan terkena flu.
Aku termenung menatap perkotaan yang masih sunyi, fikiranku melayang-layang entah kemana perginya. Terlalu banyak masa lalu yang harus ku kenang. Tak sedikit juga kenangan menyakitkan itu datang menghampiri, bahkan kenangan-kenangan itu terasa sangat nyata.
Aku selalu terbangun tepat pada sepertiga malam dan selalu terbangun dalam kondisi yang sama persis seperti yang aku deskripsikan sebelumnya.
Ku rengkuh tubuhku sendiri, menatap langit dini hari yang masih gelap, aku berharap bisa merefleksikan diri ketika menatap langit. Ku tuturkan pertanyaan pada langit dini hari yang selalu ku pertanyakan ketika terbangun.
"Kenapa harus aku?"