1.The Day Before

1.1K 34 4
                                    

"Hidup itu simple, hati saya tenang dan keluarga pun senang. Enough."

Mari berkenalan! Nama ku Dira Alfira, teman temanku biasa memanggilku dira. Sebenernya sih mau panggil aku Dira, Fira, atau mau panggil Al gituh biar keren. It's okay, selagi itu bukan nama orang lain.

Di 2k17 ini aku menginjak umur 17 tahun. Keteblak lah ya, kelahiran taun 2000. Dan ya, aku sekarang kelas 3 SMK Jurusan TGB (Tekhnik Gambar Bangunan) Di salahsatu Smk di Tasikmalaya.

17 tahun yang lalu ibuku melahirkan aku di kota ini, tasikmalaya, kota kecil berjuta peristiwa. Tapi sekarang aku dan keluarga tinggal di bogor.Ya, 1 tahun lalu kami pindah karena ayah kebetulan dipindah dinaskan ke sana. Ke kampung halaman ibu. Aku sempat beradu ego dengan ibu kala itu, ibu yang bersikeras ingin ikut ayah, dan di sisi lain aku yang bersikeras gak mau pindah sekolah.

Akhirnya ayah memutuskan untuk tetap memboyong keluarganya ke bogor, dan aku tetap sekolah di tasik. Lagian aku juga tinggal di pesantren, jadi gak masalah lah ya.. kalo pun mau pulang, tinggal pulang ke rumah nenek dulu. Kan keluargaku banyak disini.

Tapi liburan kali mama menyuruhku untuk pulang ke bogor. Ya.. 2 minggu lumayanlah, buat kumpul keluarga katanya. Meski realitanya aku sering sendiri.

"Tulalit..Tulalitt" HP ku berbunyi, ohh ini salsa. ngapain dia nelpon malam malam begini? dasar kurang kerjaan

"Halo, gimana sal?"

"Kamu belum tidur?"

"Baru mau, napa emang?"

"Gak kok. Mastiin doang"

"Dasar....

"Tutt..Tutt..Tutt"

Sialan, gara gara ke-gajean dia, napsu tidur ku berubah jadi napsu makan. dasar si penyakit malem. ok, kayaknya malem malem yang dingin kaya gini enaknya nyantep mie + secangkir teh anget + nonton film romantis + ditemenin gebetan. Eh kokk? Ahh ini hayalan udah ngawur tingkat nasional.

Sebelum ni otak makin ngelantur, segera aku pergi ke dapur cari pemuas perut. Ya kalian juga pasti tau jargon "lo rese kalo lagi lapar". Sumpah, itu really fact. Dasar korban iklan.

Segera aku merebus dua bungkus mie instan. Yap, makanan terlezat yang bisa aku buat. Eh btw, meskipun badan aku mungil gini jangan aneh dengan porsiku yang bisa dibilang super. Semangkok berisi dua mie pun siap. Langsung aku bawa ke kamar dengan tak lupa segelas teh hangat. Aku tau kok, besok aku harus prepare sebelum pulang ke habitatku. tapi gak salahkan kalo malem ini nyantai gitu? Rilekskan otak dan tentunya perut mhehe.

"Heh!"

"Mashaa alaah, ngapain sih lu?" ujarku terkejut melihat kedatangan mahluk tak diundang bernama aldo itu. Yap, dia abangku, abang yang paling ganteng tentunya. Yaiyalah, orang one and only.

"Kebiasaan, banyak lagi porsinya."

"Ah elu bang, kaya gak tau gua aja."

"Rakus."

"Tuh, lu tau bang."

"Dih, ngaku lagi luh."

"Biar lu seneng."

"Yaudah, kalo gitu kita makan berdua, ok?"

"Lah, apaan. Udah ngejudge, sekarang gak tau malu mau minta? Gak, gak ahh."

"i dont care." Ujarnya sambil merebut mie yang aku bawa.

Percayalah, aku gak bisa ngapa ngapain. Cuman bisa pasrah liat dua bungkus mie aku di lahap bang aldo. Lah daripada harus bergulat sama bang aldo yang badanya dua kali badan aku. Entah dia yang terlalu gede atau aku yang terlalu mungil. Hemmm.

"Gubrak..." suara benda jatuh yang membuat bang aldo terbengong beberapa saat. Sumpah, kalo ditanya saat saat tersue muka nya bang aldo, aku pikir saat itu. Hha.

"Paling kucing di atap." Timpal ku tiba-tiba. Mengerti atas keterkejutan bang aldo.

Dia hanya mengangguk lalu melanjutkan makannya. Dan aku, cuman liatin dia makan, sambil makan buah apel bang aldo di kulkas. Siapa lagi yang sering nyimpen buah buahan selain dia? Dengan alasan menurunkan berat badan, wk.

"Tok, tok. Tok.." Ketukan yang membuat aku dan bang aldo saling menatap.

"Assalamualaikumm" salam dari luar tiba tiba.

"Ah.." ujarku lepas dari rasa tegang, mengelus dada. "Waalaikumsalaam yahh.. bentar." Akupun beranjak untuk membukakan pintu buat ayah.

Dia berdiri di ambang pintu dengan senyum liciknya. "Ayah kebiasaan. Suka ngagetin." Ujarku belum menginjinkanya masuk.

"Enak aja ngagetin. Tadi ayah kepeleset" jawab ayah langsung. Sambil menerobos masuk ke rumah.

"Masa, ayah kepeleset?" tanya bang aldo dengan nada meledek.

"Itu human error." Ayah membalas.

"Enya, da kamera yah." Sambungku. "Ibu udah tidur" sambar ku. Sebelum ayah mengatakan pertanyaan yang sama setiap malamnya.

Ayah yang merebahkan badanya di sopa hanya terkekeh. Sepertinya hari ini ayah sangat sibuk. Bisa terlihat dari peluh di seragamnya yang sangat jelas.

"Siapa yang bilang ibu udah tidur?" Bunda keluar dengan masih bermukena. Sepertinya baru beres solat.

"Yakan biasanya bu." Aku menjawab sekena nya.

"Aldo kok makan sendiri?" tanya ibu yang baru menyadari bang aldo yang tengah menyantap mi.

"Gak sendiri bu, tadi sama dira." Jawabnya tanpa dosa dan tanpa bukti.

"Boong banget. Bu, itu mi aku yang masak. Belum aku makan juga, udah dia embat." Adu ku.

Ibu hanya tertawa kecil memperhatikan kedua anaknya yang saling adu mulut.

"Udah udah. Sekarang kita masak lagi mi porsi berempat. Setuju?" ayah mencairkan suasana. Ya, kami berdua semakin memanas. Ditambah aku yang merajuk.

"Asiiik setuju setuju yah." Ujar bang aldo antusias. Ibu pun begitu. Aku tidak.

"Gimana ra, mau gak?" Ayah lagi lagi bertanya.

"Emhhh Ok, tapi yang masak bang aldo." Jawabku sambil menatap bang aldo sinis.

"Kalo ayah sih yes." Ayah menirukan gaya juri indonesian idol.

"Ibu juga." Tambah ibu.

"Eh.. kok perut aldo kok tiba tiba sakit ya?" Ujarnya bohong. "Aww" ringisnya dengan wajah tak bisa menipu yang membuat wajahya terkesan menggelikan.

Aku tertawa lepas, ayah juga, ibu juga, bang aldo juga.

_

***

Ayo Lanjut!! Gak dosa kokk.-_- Cuman Sedikit Un-Faedah aja..

SantriMasaGitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang