Part 4

20 1 0
                                    

Huuuhh...

Helaan napas terdengar dari seorang gadis yang sekarang sedang berbaring di atas tempat tidur. Tampaknya gadis itu sedang mempunyai masalah yang sekarang sedang difikirkannya karena sedari tadi dia hanya terdiam merenung.

"Gimana ya caranya minta maaf sama kak Ferry?" tanya sang gadis tersebut  pada dirinya sendiri-- Alayya.

Alayya bingung, dia tidak tahan dengan kondisi yang ia hadapi sekarang ini, kakaknya begitu acuh dan dingin terhadapnya.

"Ya elah... kalau difikir-fikir minta maaf mah gampang, ngomong aja juga beres, tapi yang gue takut Kak Ferry gak maafin gue."

"Argh...pusing gue," kesal Alayya sembari mengacak hijabnya frustasi.

"Tapi gue harus semangat biar gak jadi beban buat guenya," positif Alayya.

"Tapi gimana ya?"

"Aha..gue punya ide," ucap Alayya semangat sembari bangkit dari posisi berbaringnya. Jika di film-film kartun, mungkin akan ada lampu yang menyala di atas kepala Alayya.

"Gimana kalau gue bikin kue aja buat Kak Ferry. Kak Ferry kan suka banget sama kue buatan gue." Senyum Alayya merekah.

"Gak papa lah uang jajan gue kepotong buat beli bahan kue, yang penting gue dapet maaf dari kak Ferry."

Dengan segera Alayya pun bersiap untuk pergi membeli bahan-bahan kue. Alayya  langsung mengganti baju santai nya dengan pakaian yang simple  dan tak lupa memakai kerudung yang dikira cocok dengan baju yang ia pakai.

Alayya pun keluar dari kamarnya dan segera menuju ke ruang tengah. Berhubung ibu, kakak ipar, serta keponakannya sedang berkunjung ke rumah pamannya, ia jadi bisa leluasa di rumah. Alayya pun segera menuju mini market yang berada tak jauh dari rumahnya.

                         ***

Setelah Alayya pulang dari mini market dengan barang belanjaan yang ia tadi beli, Alayya pun langsung menuju ke dapur untuk membuat kue. Alayya dengan semangat dan keterampilannya membuat kue yang disukai oleh Ferry. Alayya memang sudah terbiasa membuat kue dan rasanya juga tidak bisa diragukan, bisa dibilang Alayya jago dalam membuat segala macam kue, ia terbiasa melihat dan membantu ibunya membuat kue, sehingga dia sangat jago, dan tak lupa juga ia mempelajari resep-resep baru yang ada di internet, membuat keahliannya tak layak diragukan lagi.

Dulu ketika Alayya masih SMP, ia sering mencoba membuat kuenya sendiri tanpa dibantu oleh sang ibu, dan ternyata hasilnya tidak mengecewakan, bisa dibilang enak untuk ukuran orang yang baru pertama kali membuatnya. Sehingga kakaknya pun memuji dan sangat suka dengan kue buatan Alayya dan sahabat-sahabatnya pun banyak yang suka dengan kue buatan Alayya, ketika mereka mencoba kue yang dibawa oleh Alayya ke sekolah.

Kia pernah mengusulkan kepada Aya untuk menjual kue buatannya, walaupun itu hanya kepada teman-teman sekolahnya. Waktu itu Alayya juga berfikir tidak ada salahnya jika ia menjual kue buatannya, itung-itung belajar berwirausaha sekaligus membantu orang tuanya, tetapi semua itu tidak terlaksana karena ibunya melarangnya, berhubung waktu itu Alayya sudah kelas 3 SMP, ibunya menyuruh Alayya fokus untuk belajar dan tidak memikirkan apapun selain belajar, Alayya pun menuruti ibunya dan mengurungkan niatnya tersebut.

Setelah berkutat selama kurang lebih 1 jam, Alayya pun selesai dengan kue buatannya. Ia bangga melihat kue buatannya, ia pun segera menyimpan kue tersebut dan segera membereskan dapur agar bersih seperti semula, kalau tidak, ia bisa dimarahi oleh ibunya.

Ketika Alayya sedang mencuci alat dapur yang ia pakai tadi, terdengar suara motor di depan rumahnya. Alayya mengenal betul bahwa itu motor Ferry. Alayya segera memberhentikan acara cuci piringnya dan segera mengelap tangan nya dengan  lap kering.

"Assalamualaikum," ucap salam Ferry ketika masuk kedalam rumah.

Setelah mendengar salam dari Ferry, Aya pun langsung membalas salam sembari berjalan menuju kakaknya.

"Waalaikumsalam," jawab Alayya.

Ketika mendengar salamnya dijawab, Ferry pun melihat kearah suara tersebut, ia mendapati Alayya yang berjalan menuju ke arahnya, tanpa berlama-lama Ferry pun segera meninggalkan Alayya yang sekarang sudah berada di hadapannya. Ferry berlalu begitu saja tanpa menyambut uluran tangan dari Alayya.

"Kak, kakak baru pulang kerja?" tanya Alayya pada sang kakak yang kini berjalan menuju arah kamar.

"Hm," jawab Ferry dingin sembari melanjutkan langkahnya.

Alayya begitu sedih karena sikap kakaknya yang dingin dan selalu mengabaikannya seperti itu.

"Kak, tunggu! Aya mau bicara sama kakak," ucap Alayya ketika melihat ferry yang hampir masuk ke dalam kamarnya.

"Apa?" ucap Ferry sembari berbalik menghadap Alayya.
Seketika itu pun Alayya menghampiri sang kakak.

"Kak, Aya minta maaf soal kejadian beberapa hari lalu, Aya sadar Aya cuma buat kalian susah dengan segala macam mimpi Alayya, tapi Aya mohon kakak maafin Alayya. Kalau pun Aya gak bisa wujudin mimpi Aya, tapi Aya gak papa kok, mungkin itu bukan rejeki Alayya, tapi Aya mohon kakak maafin Aya yah?" ucap Alayya ketika tepat di hadapan Ferry dengan menundukan kepalanya.

"Dek, kakak tahu kamu punya mimpi, dan semua orang pasti punya mimpi, tapi ada kalanya kita lihat keadaan kita, apa kita mampu mewujudkannya atau tidak, kakak tidak melarang kamu punya mimpi ya! Mimpi yang tinggi itu hak kamu, tapi kamu harus sadar kamu itu siapa," ucap Ferry kepada Alayya.

"Iya, Kak," ucap Alayya yang masih menundukan kepalanya dan terlihat sedang menahan tangisnya.

"Kakak juga gak marah sama kamu, kakak cuman mau kamu introfeksi diri," ucap Ferry, "Kakak gak mau kamu kecewa kalau mimpi kamu gak tercapai, kakak sayang sama kamu, kakak gak mau lihat kamu sedih," sambung Ferry.

"Jadi kakak maafin aku, kan?" tanya Alayya, ia mendongakkan kepala untuk melihat Ferry karena tinggi Alayya hanya sepundak Ferry.

"Iya," jawab Ferry seraya tersenyum.

"Yeyy...Makasih ya kak," ucap Alayya gembira.

"Oh iya Aya hampir lupa, kakak mau kue gak?"

"Kue buatan kamu?" tanya Ferry yang dijawab anggukan oleh Alayya.

"Mau dong. Udah lama juga kakak gak makan kue buatan kamu."

"Ya udah kakak tunggu ya di ruang tengah, Aya Ambil dulu kue nya," ucap Alayya pada sang kakak yang dibalas anggukan oleh Ferry.

Ferry pun langsung menuju ruang tengah untuk menunggu Alayya. Tak selang beberapa menit terlihat Alayya yang membawa kue di atas piring menuju Ferry.

"Nih, Kak, cobain," ucap Alayya setelah sampai di ruang tengah kemudian segera memberikan kuenya pada Ferry. Ferry pun mengambil satu potong kue dan memakannya.

"Gimana rasanya, kak, enak gak?" tanya Alayya penasaran dengan rasa kue yang ia buat.

"Enak kok, makasih ya, dek."

"Iya, kak, sama-sama," ucap Alayya seraya tersenyum bahagia karena masalah ia dan kakaknya sekarang sudah selesai.

Tetapi Alayya masih yakin bahwa segala sesuatu yang niatnya baik pasti bisa tercapai, asalkan dengan tekad dan usaha serta rasa optimis yang sudah tertanam dalam diri kita. Tidak ada yang tidak mungkin selagi kita berusaha dan Tuhan menghendaki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DREAMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang