Sore itu aku bermain lempar tangkap dengan Bughs. Ya, itu kucingku, aku merawatnya sejak ia masih bayi. Bughs tidak seperti kucing lainnya, ia mirip seperti anjing dan termasuk hewan langka. Aku menemukannya di hutan saat aku sedang jalan – jalan sendirian di New York. Tempat tinggalku dulu. Bughs mempunyai badan besar seperti anjing namun dengan kaki yang sedikit panjang. Bulunya halus dengan warna coklat muda yang menyala. Perilakunya mirip seperti anjing, aku tak tau mengapa. Bughs sedikit galak dengan orang – orang yang belum dikenalnya.
"Tangkap ini!" teriakku.
Aku melangkahkan kakiku untuk menangkap bola itu kembali. Saat aku hampir menangkapnya, tiba – tiba kakiku ditarik oleh sesuatu.
"Oh ,tidak!" aku berteriak semampuku dan berusaha melepaskan diri, tapi semua itu sia –sia. Aku semakin dekat dengan pusat tumbuhan itu muncul dari tanah. Aku melihat sebuah tali berwarna hijau. Bukan, itu bukan tali, itu sesuatu yang lebih mirip sulur. Makin lama aku semakin tertarik ke pusat tumbuhan itu muncul.
"Ken!" Teriak seseorang memanggil namaku. Ajaib! Tiba – tiba saja tumbuhan itu berangsur – angsur melepaskan kakiku.
"Ken, apa yang kau lakukan dengan berbaring diatas tanah seperti itu?" tanyanya. Aku melepaskan pandangan dari tempat sulur itu muncul tadi. Oh.. ternyata itu Max, adikku yang menyebalkan. Dia selalu menggangguku atau mengejekku setiap dia mempunyai kesempatan. Seperti musim panas lalu saat di New York, Max menaburi baju liburan yang akan aku pakai dengan bubuk gatal yang ia beli dengan temannya. Aku memarahinya dan apa yang dia lakukan? dia malah membuatku terjatuh dengan kulit pisang saat aku berlari mendekatinya.
"Tidak ada, aku hanya sedang berjemur di bawah matahari," jawabku berbohong. Jika aku mengatakan yang sebenarnya, dia tidak akan percaya dan mengejekku sedang bermimpi.
"Kau yakin? kau malah mirip cacing yang sedang kepanasan saat ini!" ejeknya. Dasar menyebalkan!
"Hei! hentikan ucapanmu itu!" Mukaku menjadi merah dan panas saat aku marah.
"Apa yang aku bilang, mukamu menjadi merah karena kepanasan!" dia tertawa dengan keras seolah – olah dia sudah membuat lelucon paling lucu sedunia!
"Awas kau, akan aku balas nanti!" aku mencoba untuk berdiri tapi tumbuhan itu membuat kakiku sakit, mungkin sedikit terkilir.
"Coba saja kalau kau bisa!" tantang Max sambil tertawa penuh kemenangan.
"Aku bisa membantumu berdiri." Max mengulurkan tangan kepadaku. Aku mencoba menggapai tangannya. Dan saat aku hampir menggapainya, dia malah menarik tangannya kembali.
"Dasar menyebalkan!" teriakku sambil menahan sakit.
"Ayo, cepat berdiri, kau seperti monster jika sedang marah Ken!" Dia tertawa semakin keras dari sebelumnya.
"Aku akan beritahu kepada Mom tentangmu nanti!" Max memang sangat takut terlebih kepada Mom, Max ingin dirinya menjadi anak kesayangannya dan semua keinginannya akan dipenuhi. Tapi Mom tidak pernah membeda – bedakan antara aku dan Max.
"Tidak, jangan Mom! Baik, aku akan membantumu berdiri." Max mengulurkan tangannya kembali padaku.
"Tak perlu, aku bisa sendiri," kataku mencoba berdiri sendiri, lagi.
"Apa kau yakin tidak perlu bantuanku?" tanyanya sambil tersenum kecil. Aku bisa melihat dari wajahnya yang oval bahwa dia sebenarnya mengejekku.
"Baik, kau selamat kali ini!" kataku sambil menggapai tangannya.
"Oh, aku serius kali ini, apa yang kau lakukan tadi?" Tanyanya curiga.
"Ti – tidak, aku hanya terjatuh saat bermain lempar tangkap dengan Bughs tadi."
"Tunggu, dimana Bughs?" Lanjutku sambil melihat sekeliling tapi tetap tidak menemukan Bughs.
"Mungkin dia pergi jalan – jalan saat melihat kekonyolanmu tadi." Mulainya lagi.
"Itu tidak lucu Max! "Teriakku cemas. Bughs tidak pernah pergi kabur sebelum ini, aku yakin ada sesuatu yang membuatnya pergi seperti ini.
"Aku akan mencarinya." Gumamku sambil berlari menuju ke trotoar depan rumah.
"Tidak, ini sudah hampir malam, kau kan tahu jika malam tiba, banyak anak yang hilang di Ferebourn." Ucap Max sambil menarik tanganku kuat – kuat.
"Tapi aku harus," ucapku pelan.
"Jika kau pergi, aku akan memberitahukan pada Mom dan Dad bahwa kau pergi ke luar selarut ini hanya untuk mencari Bughs," ancamnya. Yah.. walau Max nakal dan menyebalkan, tapi dia tetap mempunyai sisi penyayang.
"Baik, aku tak akan mencarinya sekarang, tapi aku akan mencarinya besok pagi!" kataku sambil berjalan masuk ke dalam rumah dan Max mengikutiku di belakang.
"Terserah kau saja." Max mengucapkannya dengan lirih sampai aku hampir tak mendengarnya.
* * *
Aku membuka mataku dan melihat cahaya remang – remang menembus tirai berwarna biru tua dikamarku, warna kesukaanku memang biru, jadi aku meminta Mom dan Dad untuk mengecat dinding dan semua barang – barang yang ada di kamarku dengan warna biru. Aku merasa sangat malas umtuk bangun. Tiba – tiba aku teringat sesuatu yang membuatku terlonjak dari tempat tidur.
"Bughs!" aku baru ingat bahwa Bughs pergi kemarin sore. Aku segera berlari menyusuri koridor yang masih gelap, hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari ventilasi. Lantainya berdecit saat aku berlari, mungkin karena sudah termakan usia. Aku menuju ke ruang dapur untuk menemui Max.
"Max, apa kau sudah melihat Bughs pagi ini?" tanyaku cemas.
"Yah... sepertinya belum," jawabnya singkat.
"Ken, makanlah dulu!" kata Mom dari dapur. Aku bergegas makan dan langsung berlari ke halaman rumah. Masih sepi, tidak ada kendaraan maupun orang yang berlalu lalang.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Dark
Fantasy"Taman apa ini? Aku belum pernah melihatnya selama kita pindah ke sini," tanyaku pada Max. "Aku juga tidak, dulu saat perjalanan ke kota ini, sepertinya aku tidak melihat apapun disini," ucap Max sambil mengerutkan dahi. Masuk ke taman itu untuk men...