Chapter 2

73 7 2
                                    

Kota yang indah.. -_-
(Maaf author lagi bingung mau nulis apa :p)
Baik, sekarang fokus..

"Kemana Bughs pergi,"kataku sambil melihat jalanan.

"Ken, tunggu, aku ikut!"kata seseorang di belakangku. Aku menengok, ah.. ternyata Max.

"Ikut saja, kalau kau berani." Aku menggoda Max. Kalian tahu, Max anak yang pemberani namun dia sebenarnya takut dengan hal - hal yang berbau mistis.

Setahun ini memang banyak anak yang tiba - tiba hilang tanpa jejak. Anak yang hilang rata - rata berusia 13 - 18 tahun. Max berusia 13 tahun sebulan yang lalu. Dia jadi anak yang penakut semenjak hari itu.

"Jika ada kau kenapa aku harus takut," ejeknya. Sial, dia tidak takut. Max hanya akan menyusahkanku jika dia ikut.

"Terserah kau saja," kataku sambil berjalan mengambil arah kanan.

Aku mempercepat langkahku dan menengok apakah Max membuntutiku atau tidak.

"Kenapa kau melihat kesini?" tanya Max tiba - tiba.

"Tidak ada," kataku berbohong.

Selama beberapa saat suasana menjadi hening sampai kami tiba di depan sebuah taman.

"Taman apa ini?aku belum pernah melihatnya selama kita pindah kesini," tanyaku pada Max.

"Aku juga tidak, dulu saat perjalanan ke kota ini, sepertinya aku tidak melihat apapun di sini," ucap Max sambil mengerutkan dahi.

Taman itu mempunyai beberapa tumbuhan merambat yang membuatnya seperti pintu gerbang taman itu. Tapi jika dilihat dari luar, bagian dalam taman itu tak terlihat.

"Ayo kita masuk," ajakku sambil berjalan melewati tumbuhan merambat itu.

Tiba - tiba Max menarik tanganku dan berkata,"Tidak, bisa saja ada sesuatu yang berbahaya di dalam sana," katanya ketakutan.

"Dasar penakut! tenang saja, ada aku. Tidak akan terjadi sesuatu pada kita," kataku meyakinkan.

Setelah beberapa detik suasana menjadi hening, dia mengangguk dan mengikutiku masuk, yah.. walau dia memegang tanganku dengan erat sampai tanganku menjadi kemerah - merahan.

Kami melewati tumbuhan itu dan tiba - tiba mendengar suara lolongan.

"Suara apa itu?" tanya Max tiba - tiba, "apa itu suara werewolf?" lanjut Max dengan suara gemetar.

Yang benar saja, ini sudah modern, apa werewolf masih hidup di abad ini?

"Ayolah, kau terlalu sering menonton film Max, itu pasti bukan suara werewolf," kataku meyakinkan.

"Tapi jika benar itu suara werewolf bagaimana?" tanya Max sambil terus memegang tanganku, dan sekarang pegangannya menjadi semakin erat dari sebelumnya.

"Aku akan memotong kepalanya dengan alat ini," kataku sambil menunjukkan benda seperti sebuah pisau namun mempunyai dua sisi yang tajam.

"Tunggu, bagaimana kau bisa mendapat alat semacam ini?" tanya Max heran.

"Tadi saat kau masih berfikir untuk ikut masuk ke dalam atau tidak, aku melihat ada benda ini tergeletak di bawah tumbuhan yang merambat itu. Aku mengambilnya saat kau tidak melihat ke arahku dan langsung memasukkannya ke dalam sakuku," jelasku.

"Kau lebih cocok jadi agen mata - mata karena semua gerakanmu sangat cepat, sehingga orang tidak akan tau apa yang kau lakukan," ucap Max sambil tertawa kecil. Yah.. setidaknya itu mengurangi kecemasannya.

Saat kami sedang asyik mengobrol, tiba - tiba ada seorang anak laki - laki yang seumuran denganku berdiri di belakang kami.

"Siapa kau?" tanyaku.

"Aku Kevin Smyth, dan siapa kalian?" tanyanya kepada kami.

Belum sempat aku menjawab, tiba - tiba Max berteriak.

"Hei, itu Bughs!" teriaknya senang.

Bughs duduk di samping anak itu, ia terlihat tenang dan nyaman dengan anak itu.

"Bagaimana Bughs bisa akrab denganmu? Bughs tidak pernah bisa secepat itu akrab dengan seseorang yang baru dikenalnya," kataku heran.

"Aku menemukannya di depan taman ini saat aku sedang berjalan - jalan kemarin, dia terlihat sendirian jadi aku mengajaknya ikut bersamaku," jawabnya sambil terus melihat ke arah tangan kananku yang sedang memegang alat tadi.

"Bukankah itu milikku?" tanya anak bernama Kevin itu.

"Oh maaf, aku menemukannya di depan taman tadi," kataku sambil menyerahkan pisau itu.

"Oh ya, kalian belum memperkenalkan diri tadi," ucap Kevin.

"Benar, namaku Kenny Routh dan ini adalah adikku, Max Routh kami tinggal di gang 3," kataku memperkenalkan diri.

"Dan kau tinggal di mana?" sambungku.

                                *   *   *

In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang