- 13 -

181 32 6
                                    

...

15 April 2016

Detik berselang menit, dan siang berganti malam, ternyata hari kian terlewat begitu cepat. Tanpa disadari, nyaris dua bulan telah berlalu.

Sejak mendapat informasi mengenai sooyoung dari bibi pemilik toko "present house" waktu silam, sooyoung dan sungjae masih tak pernah terpisah. Hingga detik ini sooyoung masih mengikuti sungjae kemanapun, tapi bedanya, sooyoung tak pernah lagi merengek dan memohon pada sungjae untuk membantunya.

Sejak mendengar penjelasan bibi waktu itu, sooyoung seperti pupus harapan. Bibi itu saja tak tau ia sudah meninggal, dia juga mengatakan tak tau rumah sooyoung. Bagaimana caranya lagi untuk mencari informasi? Rasanya mustahil sekali ia bisa mendapat petunjuk lain. Layaknya tersesat di hutan dan mendapati jalan buntu, pupus sudah harapannya untuk bisa melewati pintu surga seperti teman-teman arwahnya yg lain. Mungkin sooyoung memang tidak ditakdirkan untuk melewatinya dengan mudah. Ini semua tentu saja membuat yeoja cantik itu terlihat lebih banyak diam dan banyak melamun 2 bulan terakhir ini.

Seperti yg ia lakukan saat ini. Sooyoung duduk termenung di sebuah kursi kayu di pinggir kolam renang milik sungjae di backyard rumahnya. Netranya terus memandangi permukaan kolam renang yg tenang itu tanpa mengedip.

Tanpa ia sadari, ia tengah diawasi sepasang mata dari salah satu jendela kamar di lantai dua. Perlu kuperjelas? Kedua mata yg mengawasinya itu adalah pemilik kamar. Ya, itu sungjae.

Sebenarnya bukan satu jam, dua jam sooyoung terdiam disana, tapi sejak pagi ia terus berada di pinggir kolam sambil termenung, dan saat ini matahari sudah kembali ke peraduannya beberapa menit yg lalu. Kelihatannya memang sungjae sangat cuek dan seakan tak peduli dengan apapun, tapi melihat keadaan sooyoung yg semakin hari semakin memprihatinkan, membuat hati kecil sungjae terketuk untuk merasa iba padanya.

Sejak awal, sooyoung memberikan image yg ceria dan menyenangkan, penuh tawa dan pembawa suasana. Sungjae juga memberikan nama "joy" padanya karna sooyoung tak pernah lelah menghiburnya. Tapi sekarang? Dua bulan sudah senyuman yg harus sungjae akui manis yg dimiliki sooyoung tak pernah ia lihat lagi. Tiap kali diajak bicara, sooyoung hanya berdeham dan tak bertenaga. Ingin sekali rasanya sungjae abaikan karna sooyoung bukan siapa-siapa yg patut diperhatikan, tapi sepertinya detik ini pemikirannya tentang sooyoung itu harus ia kubur dalam-dalam. Sungjae sungguh tak tahan melihat sooyoung sediam ini, sefrustasi ini, dan sesedih ini.

Sungjae mulai membalikkan badannya dan melangkah perlahan menuju meja belajarnya yg berada sejajar dengan tempat tidurnya di sisi kanan ruangan. Diatatapnya sejenak salah satu laci meja belajarnya, dan membukanya perlahan. Ia kemudian mengambil sebuah kotak polos berwarna merah dan meletakkannya di atas meja. Sungjae membuka kotak itu dan ia dapat melihat sebuah benda persegi panjang yg setiap orang pakai untuk komunikasi dengan frame berwarna merah jambu dengan gantungan berbentuk bulan sabit di ujungnya. Kalian tau benda apa itu??

Klikk!

Sungjae menekan tombol power di sisi samping benda itu dan walaa. Benda elektronik yg biasa kita sapa dengan handphone itu menampakkan layar yg menyala dengan gambar seorang gadis berambut hitam dan bergelombang di ujungnya, dengan sisi kiri rambutnya diikat dengan jepitan pita berwarna nude. Gadis itu tersenyum manis sekali sampai kedua matanya tak terlihat, menampakkan eye smilenya yg indah. Gadis itu memang tak asing bagi sungjae. Dia adalah gadis yg selama ini bersamanya, dan saat ini tengah termenung sedih dibawah sana. Dia, park sooyoung.

"Uljima"

Sungjae yg sejak tadi menatap layar ponsel itu sambil mengusap layar touchscreen ponsel itu bergumam perlahan, seakan ia berbicara dengan wanita itu saat ini juga.

SungJoy - Give Me One Chance to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang