empat

27 1 0
                                    

Lula segera turun dari taxi. Sekarang ia sudah sampai di apartemant milik Bima. Pasalnya ia baru dapat kabar dari Bima. Kalau Bima hari ini bolos sekolah. Padahal Bima sudah janji kepada Lula kalau masalahnya selesai Bima akan balik lagi kesekolah. Tapi Bima malah mengingkarinya.

Dengan malas Lula berjalan masuk ke dalam apartement. Pintu lif sudah terbuka, lula segera masuk dan langsung menekan lantai kamar yang ditempati bima. Dengan iseng Lula memainkan ujung seragam rompi sekolahnya.

Pintu lif terbuka dan Lula langsung melangkahkan kakinya ke kamar Bima. Tanpa memencet bel terlebih dahulu, Lula langsung menekan passwordnya. Pintu terbuka dan menampakan para remaja laki-laki yang sedang berkumpul.

Lula hanya tersenyum membalas tatapan datar dari mereka. Jonny yang sadar segera menghampiri Lula "Oh lo Lula kan ya? Pacarnya Bima? " tanya Jonny

Lula hanya mengangguk "Bima nya ada dikamar La. Badannya lumayan panas, dari pagi dia cuman makan roti doang."

Jonny langsung menuntun Lula untuk ke kamar Bima berada. Lula tidak mempedulikan tatapan para teman-temannya Bima, yang Lula butuhkan hanya Bima. Ingin melihat bagaimana keadaannya.

Lula berhenti di kamar Bima "La gw ke ruang tamu dulu, kalo lo butuh apa-apa panggil gw atau yang laen juga boleh. Gue tinggal gak papa kan yah?" Lula mengangguk.

"Iya gak papa kok ka, makasih kak" Jonny hanya tersenyum dan langsung kembali ke ruang tamu.

Lula segera membuka pintu kamar Bima. Yang Lula lihat, Bima sedang tidur dengan nyeyak dan dibalut selimut tebal. Lula mendekatinya, Lula taruh tangannya didahi Bima, cukup panas juga. Lula guncangkan tubuh Bima agar bangun.

"Kak... Bangun Ka" namun nihil, Bima tidak merasa terganggu sedikit pun.

Lula tidak habis fikir mengapa Bima bisa tidak merasa ternganggu dengan Lula membangunkannya. Lula mencobanya lagi. 

Kali aja Bima akan bangun; fikir nya.

"Kak bangun dong sayang" sepertinya caranya kali ini berhasil. Buktinya b Bima segera membuka matanya samar-samar.

"Ngapain kamu sayang, kok kamu ada disini?" tanya Bima.

Lula hanya menggelengkan kepalanya. Bagaimana Bima bisa lupa, kan dia yang meminta Lula untuk pergi ke apartement nya sehabis pulang sekolah.

"Kamu pikun atau amnesia sih, kan kamu yang minta aku kesini" kesal Lula.

Bima menggaruk rambutnya yang tidak gatal sambil tersenyum tanpa berdosa "Oh iya ya lupa."

Lula yang baru sadar jika di wajah Bima terdapat beberapa lebam "Itu wajahnya biru kenapa Pak?"

Bima yang refleks langsung menunjukan wajahnya "Ini?" Lula segera mengangguk cepat.

"Oh ini. Abis di cium buldok komplek rumah, sayang" Lula yang geram mendengar jawaban dari Bima, langsung memegang luka lebam di bibir Bima dan menekannya. Sehingga Bima mengaduh kesakitan.

"Kamu ih sakit tau."

"Lagian kamu ngapain berantem lagi sih, mau jadi jagoan pasar hah?! Kaya anak kecil tau gak. Kan udah aku bilang jangan suka berantem lagi. Kamu ngerti nggak sih."

Bima yang dimarahi hanya menunduk kebawah menatap kasurnya. Seperti seorang anak yang dimarahi oleh Ibunya karena melakukan kesalahan.

"Iya aku tau sayang."

Lula menghembuskan nafas nya "Kamu tuh nyebelin tau gak."

Bima langsung membawa Lula kepelukannya. Bima elus-elus rambut Lula dengan sayang "Udah ya jangan marah-marah lagi dong. Nanti jelek nya nambah lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang