One

47 2 0
                                    

"Wildan Alatas!!!!." Bu Ika melempar penghapus papan tulis dan memanggil nama seorang siswa kelas X IPS 2. Bukannya bangun dari tidurnya di meja ia hanya memindah posisi tidurnya dan kembali tidur dengan pulas. Adegan ini membuat seisi kelas tertawa. Namun Bu Ika terlihat marah,dengan sepatu high heels ukuran 5,5 cm ia berjalan mendekati Wildan.

"BANGUN!!!." Bu Ika berteriak tepat di telinga Wildan sehingga membuatnya terkejut dan duduk manis tanpa dosa.

"Iya ibu guru cantik.saya cuma tiduran kok,abis saya nggak enak badan abis begadang juga bu." Dengan suara yang dibuat buat dan mengeluarkan jurus jitunya yaitu senyuman manis yang menurutnya dapat melelehkan hati Bu Ika.

Tiba tiba Anas menjawab pernyataan Wildan sebelum Bu Ika menjawab "Begadang?? Kayak judul lagu. Toettetettoet." Sontak seisi kelas bernyanyi dipimpin oleh Anas "come on every body,begadang jangan begadang kalau tiada artinya begadang boleh saja a a a a kalau sama Bu Ika ha haaaaaa."

"Cie cie Anas ketahuan sering ngapelin Bu Ika."

Bukannya meredam suasana dewi,siswi paling centil di kelas X IPS 2 ini malah memperparah keadaan dan membuat Bu Ika semakin emosi. Guru pelajaran Ekonomi ini terkenal galak dan super disiplin,tetapi anak baru tahun ini sangat sulit dikendalikan.walaupun rentetan nasihat sering di ingatkan, tetapi ada saja tingkah yang mereka lakukan dan memaksa Bu Ika bekerja ekstra. Karena ulah murid ini lah yang maksa Bu Ika juga menjadi guru BK, dan setiap pelajarannya selalu membawa buku catatan point. Sehingga setiap anak yang melanggar peraturan disekolah langsung di catat dan mendapat point seketika.

Bu Ika mulai berjalan dari deretan bangku belakang menuju meja guru di depan kelas ia duduk dan mulai mencari nama Anas dan Dewi di tumpukan buku pelanggaran siswa.

"Hadeh gaswat darurat nih. Bu Ika ngambil buku point. Nah lo makannya gak usah ikut ikutan dew." Bisik Iin pada Dewi

Wajah Dewi berubah pucat.namun tak lama setelah itu nama Dewi dan Anas di panggil untuk maju ke depan. "Ini buku point kalian,silahkan berikan kepada orang tua kalian untuk ditandatangani. Dan satu hal lagi saya mau buku ini ada di meja saja pukul 06.30 pagi. Paham??."

"Waduhhhh bu. Orang tua saya ada di luar kota,gimana bu??."

"Saya tau kamu berbohong.pokoknya buku ini harus ada puk....." Belum selesai Bu Ika berbicara Dewi memotongnya.

"Bu saya udah banyak piring bu di rumah. Masa dapet piring lagi jadi gak usah aja ya bu pointnya kebanyakan. Di ganti vocher salon mau bu saya."

"Kamu kira ini pasar?? Yang bisa ditawar!!. Enggak point tetap point malah jadi vocher. Besok pagi ada di meja saya titik."

Pelajaran ekonomi ternyata lebih menguras tenaga di bandingkan lari maraton 10 km.

***

Kringg kringgg kringggg!!!!

Bel tanda istirahat sudah berbunyi, Bu Ika segera mengemasi barang barangnya ke dalam tas dan segera berjalan meninggalkan kelas, tatapan tajam Bu Ika kepada Anas dan Dewi seakan mengingatkan kepada mereka untuk mengembalikan buku catatan point kepadanya pukul 06.30.

"Kapok dah pelajaran Bu Ika bikin rusuh di kelas." kata Dewi dengan wajah memelas.

"Santai aja Bu Ika nggak bakal kepancing klu lo nggak mancing duluan"Wildan mendekati Dewi

"Santai santai, enak aja lo bilang gitu."Dengan wajah sedikit marah Dewi memukul lengan Wildan.

Semua siswa yang ada di kelas menertawai tingkah laku mereka. Bukannya meminta maaf Wildan malah semakin menggoda Dewi yang semakin emosi dibuatnya. Seisi kelas dibuat berantakan oleh merekan bahkan ruang kelas sudah tidak berbentuk kelas lagi. Sebagian siswa yang sedang belajar pun merasa terganggu dan menyuruh mereka untuk berkelahi di lapangan.

"Eh, kalian tu kayak kucing sama tikus ya. Mana kejar kejaran kayak film India lagi. Kalau mau main film tu di TV bukan di sini."

"Alah udah lah. kalau mau belajar ya belajar aja gak usah mikirin hidup orang." Wildan tertawa terbahak.

Setelah urusannya dengan Dewi Wildan menuju ke kantin sekolah untuk mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan apalagi tenaganya sudah terkuras habis untuk melawan Dewi yang tidak mau kalah dengannya.

Sesampainya di kantin ia langsung menuju warung kang Uun,tempat langganannya.

"Kang,es teh satu sama bakso. Jangan lupa kuahnya di bakar ya kang."

"Siap boskuh." Sambil mengacungkan jempolnya.

Tak lama kemudian pesananya datang. Es teh manis yang dingin ditambah semangkuk bakso. Ah aroma yang mengiurkan apalagi kondisi perut Wildan yang sedang kosong rasannya ia akan menelan mangkok bakso itu sekaligus.

Kang Uun pun meletakkan pesanan Wildan dan berbalik."kang?.kuah bakarnya mana?." Kang Uun menjawab " Mas Wildan yang paling ganteng,paling manis,paling cakep pokoknya. Mana ada bakso kuahnya di bakar?. Kalau ada pasti bakso bakar namannya." Kang Uun mengelus dadanya.




****

Hai haii haiii apakabar semuannya. Makasih banget ya udh mau mampir di cerita pertama aku, semoga kalian suka yaa. Maaf klu banyak typo ato gak nyambung, hihihihihi

Come BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang