Five

11 1 0
                                    


Wildan dan Hanif sudah sampai dirumah. Pemandangan yang tidak bisa terlihat di ruang tamu, dimana kedua orang tua Wildan duduk manis di sofa.

Hardi yang menyadari kedatangan putranya itu langsung memberi tatapan tajam. "SUDAH PULANG KAMU ANAK NAKAL!!."

Tubuh Wildan mematung seketika saat mendengar suara keras ayahnya itu. Ia merasa aneh karena kedua orangtuanya jarang berada di rumah. Namun terkejutnya Wildan malah membuat kakinya menuntun ke kamar. Ia berjalan dengan santainya, merasa tak berdosa bahkan melirikpun tidak. Hanif yang berada di belakangnya menganga dengan tingkah laku sepupunya itu.

"Wildan, papa bicara sama kamu!."

Wildan masih berjalan dengan santai, namun langkahnya terhenti saat ayahnya menarik kerah bajunya dan menampar anaknya. "Kamu gak pernah di ajari sopan santun apa!."

Wajah Wildan memerah akibat tamparan ayahnya itu, sedangkan ibunya tak dapat berbuat apa-apa.

"Aku yang harusnya tanya sama papa. Kapan papa ngajarin sopan santun!?,kapan pa!!?. Papa cuma sibuk sama bisnis bisnis dan bisnis. Jadiin aja bisnis anak papa!." Kedua tangan Wildan mengepal sangat kuat, tetesan air mata mulai membanjiri ruangan itu.

Ayah Wildan masih terdiam, saat yang baik Wildan sudah sangat emosi tetapi dia memilih untuk diam dan berjalan menuju kamarnya. Hanif masih mematung di dekap pintu, suara panggilan dari ibu Wildan baru menyadarkannya. " Susul Wildan, Tante takut dia kenapa-napa." Pesan ibu Wildan kepada Hanif.

Hanif pun menuju ke kamar Wildan, ia mencoba mengetuk pintu kamarnya tetapi tidak ada sahutan dari dalam kamar.

Wildan terduduk di sudut kamarnya. Merasakan amarah yang begitu besar, tangannya mengepal dengan kuat,wajahnya memerah, air mata terus membanjiri pipi Wildan.

••••

Pagi pagi sekali Wildan sudah rapi dan menuju ke garasi rumahnya. Kali ini Hanif belum bangun. Wildan menyetater motornya, namun tertahan oleh ibunya yang memegang pundaknya.

"Kamu mau kemana pagi pagi seperti ini?."

Wildan terdiam,amarahnya yang semula padam kini mulai kembali bergejolak dalam dirinya. Seketika tangan ibunya di tepis dan ia langsung melajukan motornya membelah jalan pagi itu.

15 menit berlalu,kini motor Wildan sudah terparkir di gerbang sekolah. Suasana masih sepi, gerbang sekolahpun belum dibuka. Terdiam sesaat merenungi sikap ayahnya kemarin.

Hanif yang baru selesai sarapan mencari keberadaan Wildan,namun ia tak menemukan dimana Wildan berada.

"Tan, Wildan dimana??.belum bangun ya?."

"Udah berangkat tadi,kamu berangkat sama om aja nanti."

Hanif hanya menjawab dengan anggukan sambil mempercepat makannya. Sedangkan ayah Wildan sudah siap dengan jas dan tas kantornya.

" Udah selesai, ayo kita berangkat sekarang."

" Mah,awasin anak kamu itu." Kata ayah Wildan. Dan di balas dengan anggukan.













🌲🌲🌲🌲

Haihaiiii, sudah memasuki bulan November nie. Musim hujan juga sudah dimulai. Ngomong apa sii.🆙






Warning!!
Typo bertebaran, alur gak jelas,huft

Pokoknya happy reading guys😁😁

Come BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang