╰♥╯ Part 1 ╰♥╯

1.5K 33 15
                                    

Malam semakin larut. Semua orang pun sudah terlelap dibuai mimpi. Dan kenapa aku tiba-tiba jadi puitis? :)) Mungkin ini karena melihat kemesraan mas Yo. Aku tidak cemburu. Sudah tidak cemburu. Sumfeh deh! Aku masih sayang ke mas Toyo. Sebagai kakakku tentunya. Karena aku anak tunggal. Tapi aku tidak pernah tuh ngerasain yang namanya dimanja-manja berlebihan.

Aji' dan Meme' --semasa beliau masih hidup-- selalu mendidikku dengan keras. Makanya, aku jarang betah dirumah. Gak boleh begini. Gak boleh begitu. Meme' terlalu over protective. Tapi sejak Meme' tiada, Aji' agak melunak. Sepertinya beliau memperhatikanku yang kesepian dirumah. Aji' membolehkanku membawa teman sekolahku bermain dirumah hingga larut malam. Lalu Aji' akan mengantar mereka satu persatu kerumah masing-masing. Setiap sabtu dan minggu, ada tiga sampai sepuluh orang yang menginap di kamarku. Kasurku tidak besar. Cukup untuk dua orang saja. Kami lebih sering tidur di teras kamar. Sambil melihat bintang, dan menikmati sejuknya udara malam. Tiap kamar dirumahku memang terpisah dari rumah inti. Bangunan kamar menyerupai paviliun-paviliun yang bersisihan dengan taman dan kolam ikan.

Meme' suka sekali bercocok tanam. Berbagai macam bunga dan tumbuhan yang bahkan sampai sekarang pun tak kuhapal. Yang aku tau cuma mawar yang ditanam di depan kamar, anggrek yang ditempel pada dinding luar kamar yang dibawahnya adalah kolam ikan, lalu beberapa pohon kamboja di samping dekat jendela kamar saja yang paling kutau namanya. Meme' sering kali menaruh bunga-bunga itu di dalam baskom di sudut kamarku. Aromanya khas. Membuatku nyaman karena selalu mengingatkanku pada Meme'.

Sedangkan Aji', setiap senggang, selalu merawat ikan-ikan Koi di kolam. Letak kolam itu persis disebelah kamarku. Aku jadi ingat, dulu sering kali aku membuang nasi ke kolam itu tiap aku sedang tak nafsu makan. Untuk menghilangkan jejak. Tapi selalu saja, Aji' mengetahuinya. Entahlah Aji' tau dari mana. Mungkin para Koi di kolam yang melapor ke Aji' :D

Aji' juga sering keluar masuk kamarku. Alibinya adalah ikan-ikan di dalam akuarium kamarku. Razia kamar selalu dilakukan setiap waktu. Mengecek lemari pakaianku. Laptop pun tak pernah luput. "Aji' harus tau passwordnya, atau DISITA!" ucap Aji' tegas saat pertama kali membelikannya padaku. Waktu itu aku masih SMP. Selain beberapa pelajaran dari sekolah, aku cuma menyimpan foto dan video dengan teman-temanku. Aku tidak pernah dipusingkan menyimpan mp3 atau video film bajakan. Karena Aji' sudah memfasilitasi kamarku dengan home theater lengkap dengan LCD 50 inchi, yang membuat teman-temanku betah menginap.

Waktu SMU pun, aku tidak dipusingkan dengan pacaran. Karena prestasi belajarku tak begitu bagus, Aji' sering kali mendaftarkanku ke beberapa bimbel. Mana sempat pacaran kalau siang malam harus belajar dan belajar. Teman-temanku bisa memaklumi. Gak ada satupun yang menyinggung hal itu. Selain itu, hatiku pun tak pernah bergetar saat berdekatan dengan cewek manapun disekolah dan di bimbel. Padahal, aku menyadari ke populeranku. Bahkan ada salah satu temanku yang putus dengan ceweknya karena cewek itu naksir denganku.

"Tenang aja Ka. Aku gak marah sama kamu kok" Wira berujar bijak padaku. Saat itu aku meminta maaf padanya di depan temanku yang lain, diteras kamarku. "Kita sudah berteman sejak SD. Aku lebih tau watakmu ketimbang cewek gatel itu! Aku percaya kamu gak pernah godain dia, seperti yang dia katakan padaku kemarin" Aku sampai menitikan air mataku saat mendengar perkataannya itu.

Sayangnya, Wira udah gak ada. Pesawat yang ditumpanginya kecelakaan. Wira memang pandai. Selalu dengan senang hati membantuku belajar. Dan waktu itu dia baru saja diterima di salah satu Universitas bergengsi di Singapura. Aku terpukul dengan kepergiannya. Dia sudah seperti kakakku sendiri. Dia gak pernah marah. Selalu mengerti apa mauku, tanpa harus menjelaskan panjang lebar. Malah sering kali aku bermanja-manja dengannya. Sejak kepergiannya, aku benar-benar kehilangan dirinya. Sampai aku gak semangat belajar. Aku diterima di Udayana Denpasar. Tapi tiap kali memasuki gerbang kampus, aku selalu teringat Wira. Dia yang sering menyemangatiku agar masuk ke salah satu universitas bergengsi di Bali itu.

Y.O. Part 2 - SYAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang