Suara hentakan sepatu Converse menggema di lorong sekolah mewah ini. Pria dengan penampilan menawan sedang berjalan melewati beberapa ruangan yang ada di sekolahnya untuk menuju ke area mading sekolah yang bertujuan untuk melihat daftar nama siapa saja yang akan menjadi teman sekelasnya ditahun terakhir dia belajar di sekolah ini.
Langkahnya terhenti ketika melihat kerumunan orang-orang yang menghalangi papan besar berwarna biru itu. Rafka berdecak kesal karena dirinya telat datang ke sekolah dan tidak mendapatkan tempat kosong untuk melihat namanya ditempatkan di kelas berapa dan siapa teman sekelasnya kelak.
Melihat banyak sekali kerumunan orang-orang di papan pengumuman, Rafka memilih untuk pergi ke kantin dan akan melihatnya nanti setelah orang-orang pergi. Tapi Langkahnya terhenti ketika tidak sengaja telinganya menangkap suara teriakan dari orang yang sudah tidak asing lagi.
"Yeay, kita satu kelas Ra," Nadya berteriak histeris, sambil keluar dari kerumunan dan langsung memeluk Tirani.
Rafka mendekat ke arah Nadya dan Tirani yang masih berpelukan, Rafka melihat siluet yang sudah dikenali dan mencoba untuk mendekatinya.
"Kesel, Gue nggak satu kelas sama Tirani dan Nadya lagi." Kezya mendengus kesal setelah melihat namanya terpisah dengan Nadya dan Tirani kemudian membalikan badannya untuk keluar dari kerumunan.
Sebelum Kezya keluar dari karumunan, dia merasa bahwa ada seseorang yang menghalangi Langkahnya. Kezya mendongak secara spontan dan melihat Rafka sedang berdiri sambil tersenyum hangat. "Kita satu kelas Dik," ucap Rafka pelan dan ikut berbalik menarik pergelangan tangan Kezya untuk memisahkan diri dari orang-orang yang masih sibuk sendiri.
"Gue masuk IPA 3," Kezya segera melepaskan tangan Rafka yang melingkar dipergelangan tangannya setelah berkumpul dengan kedua sahabatnya.
"Uh tayang, kita berpisah." Nadya langsung menyambut Kezya dengan pelukan yang di buat-buat dan terkesan alay.
"Gantian, kemarin gue yang sendirian aja." Tirani ikut memeluk Kezya.
Ketiga sahabat itu saling berpelukan satu sama lain, dan Rafka hanya berdiam diri menyaksikan kisah persahabatan Kezya yang terkesan alay namun penuh kesetiaan.
"Terus lo satu kelas sama siapa?" Tirani bertanya setelah melepaskan pelukannya.Kezya mengarahkan dagunya dan menunjukkan ke arah Rafka yang berdiri tak jauh di belakang Tirani dan Nadya.
Tirani dan Nadya langsung menengok ke belakang mencari tahu siapa yang dimaksud oleh Kezya. "Cie satu kelas sama mantan." ucap keduanya berbarengan dan diselingi tawa mengejek.
Rafka tersenyum miring mendengar ejekan dari sahabat Kezya, sedangkan yang diejek malah cemberut karena kesal.
"Awas lo CLBK," lagi-lagi Nadya sengaja menggoda.
"Cerita Lalu Belum Kelar," Tirani ikut-ikutan juga menggoda Kezya dan juga Rafka.
Bukannya menganggapi dengan lelucon tapi Kezya lebih memilih mengatakan yang sebenarnya, karena dia ingat janjinya Karel dahulu, dan Kezya percaya bahwa Karel akan menepati janjinya. "Tenang aja, gue mah setia sama si sayang." ucap Kezya mantap sambil tersenyum tak peduli dengan semua godaan sahabatnya.
Ada sedikit nyeri yang Rafka rasakan ketika mendengar ucapan terakhir dari Kezya, Seharusnya dari awal Rafka sadar bahwa dirinya dan Kezya tidak akan pernah bersama lagi. Seharusnya dia sadar, bahwa satu kelas dengan Kezya dana risiko yang amat tinggi karena itu akan menghambat usahanya untuk melupakan semua kenangan bersama Kezya. Tapi, dia teringat akan janjinya pada Karel bahwa akan selalu menjaga Kezya.
"Iya setia iya, kita percaya kok ya ngga Ra?"
"Iya percaya kok."
Kezya hanya tersenyum mendengar ocehan kedua sahabatnya. Matanya melirik ke arah Rafka yang masih berdiri tenang mendengarkan obrolan tidak jelas itu.
Suara pengumuman dari arah kantor membuat mereka harus menghentikan obrolannya karena Pak Supri sudah berteriak di speker sana memerintahkan segala murid untuk segera menuju kelasnya masing-masing untuk menyimpan tas dan setelah itu mereka semoga harus segera ke lapangan upacara untuk melakukan upacara sekaligus pembukaan acara penerimaan siswa-siswi baru.
"Mampus," Nadya menepuk dahinya sendiri dengan tangan kanannya. "Kita kan panita acara penerimaan siswa-siswi baru."
"Iya, gue lupa Nad." Kezya juga ikut-ikutan menepuk dahinya karena dia sama lupanya dengan Nadya.
"Yaudah ayo ke kelas, Kita ketemu di lapangan upacara aja." Tirani langsung menarik tangan Nadya untk segera ikut dengannya menuju kelas.
Tinggal Kezya dan Rafka yang masih berdiri di depan papan pengumuman. Kezya milik Rafka sebentar mengajak Rafka untuk segera masuk kelas. Untung saja kelas Kezya dan Rafka memang berhadapan dengan papan pengumuman itu.
"Ayo masuk," Kezya menarik tangan Rafka untuk segera mengikutinya.
Mata Kezya mencari tempat duduk yang masih kosong dan sayangnya hanya bangku deretan kedua paling pojok yang masih kosong. Terpaksa Kezya harus duduk bersama Rafka.
"Dik, Tuhan itu baik ya." Rafka berbicara setelah menyimpan tasnya di atas meja berwarna putih. Dia berjalan mengikuti langkah kaki Kezya yang terburu-buru.
Kezya mengheningkan langkahnya dan berbalik badan menatap Rafka, karena Kezya merasa arah pembicaraan Rafka sulit untuk dipahami.
"Ngomong apa sih Ka?" Kezya mengelirik ke arah Rafka, dan berdiri menghadap Rafka.
"Kita satu kelas, itu artinya gue semakin mudah untuk menjaga lo."
"Gue bukan anak kecil yang harus dijag." kata Kezya ketus, kadang dia merasa kesal pada Karel karena memberikan perintah pada Rafka untuk menjaganya.
"Sekeras apapun usaha lo menolak. gue akan selalu menjaga lo." Rafka membalas cepat perkataan Kezya barusan.
"Terserah Ka," Kezya meninggalkan Rafka dengan malas karena merasa kesal.
"Sekeras apapun usaha lo menolak, gue akan selalu menjaga lo. Itu semua bukan semata-mata karena keinginan kekasih lo. Jauh dari itu semua ada alasan yang tak pernah lo tahu." Rafka berbicara sendiri sambil. Menatap kepergian Kezya dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terhebat
Teen Fiction[BOOK 2] (Sequel Kekasih Terhebat) Tidak semua orang yang pernah hadir dalam hidup kita hanya dijadikan sebagai kenang. Ada sebagian yang masih saja tetap bersama kita, berteman baik dengan mereka yang pernah mengisi hati kita dihari lalu. Tidak s...