Dua

240 27 0
                                    

Hujan mulai reda ketika lelaki bernama Oh Sehun tersebut tiba di kamar flatnya. Dengan langkah gontai Sehun bergegas melepaskan sepatu sekaligus kaos kaki basah yang ia gunakan. Membuangnya sembarang kemudian melangkahkan kaki menuju kamar tidur.

Mengganti setelan kemeja dan jeans birunya yang tadi basah kuyup. Kaos hitam dan celana training dengan warna senada yang kini melekat dengan sempurna di tubuh lelaki jangkung itu.

Sehun melangkahkan kaki jenjangnya menuju balkon di kamar flatnya. Yang terhubung langsung dengan kamar tidurnya. Langkahnya terlampau amat pelan. Terkesan mengendap-endap. Seolah ada seseorang tidur disana yang tak ingin ia bangunkan.

Menyandarkan diri pada pembatas balkon di flatnya. Sehun menatap kosong bangunan-bangunan yang berjejar rapi di depannya. Dihiasi lampu berwarna-warni. Pemandangan khas dari tempatnya berada kini.

Titik-titik air kini kembali turun dari langit. Membasahi daratan yang belum sepenuhnya kering. Seolah mengerti dengan perasaan Sehun yang tengah kalut. Seperti langit yang tengah digerogoti awan mendung.

Tangan Sehun kini mencengkram kuat terali pembatas balkon. Perlahan ia menengadahkan kepalanya. Menatap langit yang tiada henti menurunkan titik-titik air. Sesaat dengan lekat menatap titik-titik air yang jatuh membasahi bumi kemudian menutup matanya.

Tanpa sadar air mata perlahan memaksa keluar dari pelupuk matanya. Layaknya langit malam yang dengan setia menjatuhkan bulir-bulir air dari pangkuannya.

Hembusan napas berat dapat terdengar dari lelaki itu. Senyum miris kini tersungging di wajah lelaki itu. Mengiba kepada dirinya sendiri yang dengan mudahnya menitikkan air mata. Untuk hal yang mungkin terbilang sepele.

Hal yang kejelasannya pun belum ia ketahui dengan benar. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh sebagian dari diri lelaki itu.

Sehun berusaha menerawang kembali kejadian yang telah membuat hatinya nelangsa. Layaknya sekelabat awan hitam tengah menggerogoti hatinya. Tidak habis pikir bahwa ia dapat merasa amat terluka karena seorang gadis.

Im Yoona. Nama gadis yang saat ini membuat hatinya terasa amat berat. Seolah memikul beban yang amat berat. Gadis cantik yang entah sejak kapan berhasil merebut dan menaklukan hatinya. Membolak balikkan hati Sehun pun gadis itu mampu lakukan.

Sehun, lelaki yang dikenal karena citranya yang amat dingin itu bertekuk lutut kepada sahabat sendiri. Gadis yang notabenenya amat berbeda dengan citra Sehun sendiri.

Awalnya, Sehun ingin menyatakan perasaan "cinta"nya kepada Yoona. Gadis yang telah menjadi sahabatnya semenjak menuntut ilmu di universitas yang sama tersebut. Gadis yang dengan mudahnya mendekati dirinya yang terkenal dingin itu.

Untung tak dapat diraih, malang pun tak dapat ditolak. Sehun yang berencana menyambangi kediaman Yoona mesti menelan pil pahit ketika melihat sebuah peristiwa yang terlalu berat diemban hatinya.

Gadis yang menjadi primadona dalam kehidupannya itu tengah dalam pelukan seorang lelaki. Lelaki yang tentu saja bukan dirinya di depan pintu flat gadis itu. Parahnya, Yoona membalas pelukan si lelaki tadi.

Melingkarkan kedua tangan mungilnya di pinggang lelaki itu. Senyum manis di paras cantik gadis itu menambah rasa sesak dihatinya. Masih terngiang jelas dalam ingatan Sehun, bagaimana lelaki tadi kemudian mencium puncak kepala Yoona.

Membenamkan wajahnya di antara rambut sang gadis. Senyum manis kedua insan tersebut pun bagai racun mematikan bagi Sehun.

Tak mau merasakan sakit yang berlebih, Sehun kemudian mulai mengambil langkah seribu dari kejadian perkara tersebut. Menerobos hujan yang amat lebat. Mendapat tatapan aneh dari orang-orang di jalanan kota Seoul. Hingga dirinya tiba di flat miliknya.

Perlahan Sehun membuka matanya. Tangannya kini mulai menyeka bulir-bulir air mata yang menggenangi pipinya. Melangkahkan kakinya meninggalkan balkon. Masuk ke kamar tidur.

Membaringkan dirinya yang lelah akan pergolakan dalam dirinya. Meratapi nasib diri yang menurutnya amat malang. Berusaha menata hatinya yang kalut.

Berharap ketika memasuki alam bawah sadarnya ia mampu melupakan rasa sakit yang tengah ia rasakan. Meskipun rasanya hal tersebut takkan terjadi.

If It's YouWhere stories live. Discover now