Dentuman suara dari alat beside monitor, menemani sepi dalam ruangan yang didominasi dengan warna putih dan bau khas ini. Di dalamnya seperti ada kehidupan, namun nyatanya tidak. Diatas ranjang khusus itu, terdapat seorang gadis yang tengah terlelap. Anggun.
Wajahnya, menampakkan kedamaian. Warna kulitnya, sudah berubah menjadi putih pucat. Rambutnya yang semula pendek, kini sudah memanjang.
Matanya... masih menutup tak ingin terbuka. Hidungnya, terpasang alat bantu unntuk bernafas. Lengan kirinya ditempeli jarum infus.
Sudah hampir setahun ia terlelap.
"Tanggal enam april-" ucap lelaki itu seraya melihat jam yang melingkar ditangan kirinya, sedang tangan kananya memegangi lengan sang gadis yang tengah tertidur. "Happy anniversary kita yang ke dua puluh empat sayang." Mengecup punggung tangan sang gadisnya.
"Hari ini, aku bawa sesuatu buat kamu lho!" tak ada jawaban, yang ada hanyalah suara dari alat-alat medis tersebut. "kamu pasti suka!" lanjutnya.
"Hitungan ke tiga, kamu buka matanya yaa." Masih tak ada jawaban.
"Satu. Dua. Tiga!" lengan kirinya yang semula berada di belakang tubuhnya, kini sudah memegang sebucket bunga lily. "Taraaa! Kejutaaan!" masih, tak ada jawaban. "Nih, aku bawain bunga lily yang kamu mau. Sekarang, buka dong mata kamu. Emang kamu ga bosen apa, merem terus?" tanyanya seperti orang bodoh.
Matanya kini, terus menatap lekat-lekat wajah gadisnya itu. Ia masih tidak percaya, gadis yang dicintainya kini sedang terbaring lemah. Tak seperti biasanya. Ia, benar-benar merindukan gadisnya. Rindu disaat gadisnya itu tertawa dan bercanda padanya. Rindu saat ia merayakan anniversary bersamanya setiap bulan. Rindu akan kenangannya yang sekarang hanyalah kenangan.
Satu per satu, tetes air mata mulai mengalir dipipinya. Membentuk satu aliran. Namun dengan cepat, ia menghapusnya. Karena, ia tak ingin jika sewaktu-waktu sang gadis terbangun, melihatnya sedang menangis.
"Sayang, aku mau cerita deh." Mangambil lengan kanan sang gadis dan memeganginya sayang. "kemarin yaa, aku seneng banget deh, bisa nonton film spongebob di tv. Soalnya udah lama banget aku ga nonton film itu, hahaha."
Hening.
"Kok, kamu ga ketawa siih? Biasanya kan, kamu suka ketawa kalo aku lagi cerita." Ungkapnya kecewa. "Oooh, aku tau. Kamu pasti ga ketawa karena cerita aku ga lucu yaa?" tanyanya.
"Dulu 'kan waktu nonton spongebob kita masih SMA kelas dua belas yaa. Terus kita suka ketawa bareng pas si patrick ngelakuin hal bodoh, wkwk." Tuturnya.
Sedaritadi, ada sepasang bola mata yang terus memperhatikan lelaki itu. Memperhatikan semua yang telah terjadi melalui jendela pada sisi pintu. Ada rasa sakit saat melihat lelaki itu menangis karena putrinya. Sepuluh bulan belakangan ini, hanya dia yang setia menemani putrinya. Disaat yang lain, perlahan-lahan menjauh karena sudah pasrah dengan kondisinya.
Ceklek...
Suara pintu terbuka, menampilkan figur wanita setengah baya. Dan secara otomatis, lelaki itu menoleh kepadanya dan tersenyum.
"Chandra--" panggilnya seraya mendekat.Yang dipanggilpun otomatis berdiri dari tempatnya, "ya tante?"
Wanita itu tersenyum tulus, "sebaiknya kamu pulang, Chan." Menepuk-nepuk bahunya, "ini sudah larut, ga enak sama orang tua kamu."
Tersenyum, "ga papa tante. Sebelumnya, aku udah izin sama mamah, kok."
"Tetap saja, Chan. Lebih baik sekarang kamu pulang. Besok setelah kuliah, kamu kesini lagi. Kamu juga harus banyak istirahat, supaya bisa nemenin Calista terus 'kan?"
Chandra tampak memikirkan perkataan wanita tersebut yang dipanggilnya tente, "baiklah tante, kalo gitu aku pamit dulu." Mencium punggung tangan wanita itu, kemudian menghampiri gadisnya. "sayang, aku pulang dulu yaa. Besok pasti aku balik lagi." Mencium keningnya dan berlalu pergi.
========
A/n : haiii, semoga kalian suka yaa sama cerita ini. Klo ada salah-salahnya atau typo, jangan sungkan kasih tau aku yaa.
Jangan lupa vote sama comment nyaa makasih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You
Teen FictionBagaimana jika kamu berada di posisinya? Akankah kamu kuat menghadapi takdirnya yang datang secara tiba-tiba? Belum lagi, Chandra yang tiba-tiba saja meninggalkannya begitu saja. Tanpa pamit terlebih dahulu. Ditambah, dengan sosok Alisa yang meminta...