3. Sebenarnya

28 6 0
                                    

Disini, aku mau kasih visual dari :

1. Calista Cabelio

 Calista Cabelio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Chandra Maheswara

 Chandra Maheswara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga cocok yaa. Selamat membaca

==============

“Gimana terapinya?”

“Ya gitu lah, nothing special.” Katanya yang masih duduk dikursi roda.

Kini Chandra mendorong kursi roda tersebut menuju halaman belakang rumah sakit, “masa sih ga spesial?” godanya, sedangkan calista hanya mengangguk meng-iyakan. “padahal dokternya ganteng, lho. Bahkan lebih ganteng dari aku.”

“Lha, terus kalo dokternya ganteng kenapa?” mendongak menatap Chandra yang tengah menatapnya juga. “kamu kira aku bakalan suka?”

“Siapa tau, kan.” Chandra mengedikkan bahunya.

“Iya sih. Soalnya perasaan manusia gampang berubah ‘kan?” lagi Calista mendongak, dan Chandra mengangguk. “Siapa tau besok atau lusa, aku jadi suka sama dokter itu.”

Chandra berhenti mendorong kursi roda tersebut disalah satu bangku taman yang dekat dengan kolam ikan. Ia memutar kursi roda tersebut menjadi menghadap kearah bangku taman yang akan didudukinya.
“Kalaupun bener kamu suka sama dokter itu, maaf-maaf aja, aku ga bisa ngelepasin kamu.” Menepikan anak rambut yang mengahalangi wajah Calista, lalu menyelipkannya kebelakang telinga.

Calista tersenyum, “memangnya kenapa?”

Chandra memajukan wajahnya kearah Calista, “kamu tanya kenapa?” Calista mengangguk, “waktu aku dapetin kamu aja susah.” Mencolek hidung Calista, “terus masa aku lepasin kamu gitu aja.”

“Iyalah susah, karena waktu itu status kita sahabatan.” Katannya seraya merapikan rambut Chandra yang mulai berantakan karena terpaan angin. “terasa aneh aja, kalo misalnya kita ngerubah status itu.”

Chandra mengambil tangan Calista yang masih menari-nari diatas kepalanya, “dan aku sedih banget waktu kamu tiba-tiba ngejauh.” Digenggamnya erat tangan Calista.

Entah harus bagaimana Calista menanggapinya, yang pasti ia sangat senang dengan jawaban Chandra. “aku menjauh, bukan karena aku gak suka sama kamu.” Mengelus tangan Chandra yang sedang menggenggamnya.

“Lantas?”

“Aku menjauh, hanya untuk berpikir.” Kali ini, Chandra tidak ingin menanggapinya, ia hanya ingin mendengar semua penjelasan Calista. “Apa benar, aku itu suka sama kamu? Apa bener aku itu jatuh cinta sama kamu?”

Chandra masih setia menatapnya dalam diam.

“Apa bener, perasaan ini bukanlah perasaan sementara? Aku takut jika perasaan aku sama kamu, hanyalah perasaan nyaman semata-mata. Karena aku takut jika kamu, nanti bakal ninggalin aku.” Kali ini, calista memberanikan diri untuk menatap Chandra.

Lelaki itu tersenyum kearahnya, “pokoknya waktu itu, banyak pertanyaan dan spekulasi yang muncul di otak aku. Tapi, setelah aku jauh dari kamu, aku ngerasain perasaan yang benar-benar ga bisa aku jelasin.”

“terus, kamu nemuin jawaban dari semua pertanyaan kamu?” tanya Chandra masih dengan setia menatap iris mata Calista. Perempuan itu mengangguk.
“Jawabannya apa?”

“Ternyata tanpa aku sadari, sebenarnya aku sudah terlalu jauh jatuh cinta sama kamu.” Calista menyunggingkan senyuman termanisnya?

Lelaki itu, tak menyangka akan mendapatakan pengakuan yang sebelumnya belum pernah ia dengar dari Calista. “Oh yaa?”
Perempuan itu mengangguk, “kamu ingat, waktu kelas sepuluh aku pernah marah-marah ga jelas sama kamu?”

Chandra mengerutkan dahinya, mencoba untuk mengingat kembali kejadian di kelas sepuluhnya dulu. Ah, iya. Waktu itu Calista tiba-tiba memarahinya saat Chandra membelikan susu kesukaannya. Dan itu membuat Chandra bingung seharian karena memikirkan kesalah apa yang telah diperbuatnya.

Lalu, Chandra hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Sebenarnya, waktu itu aku marah karena melihat kamu sedang dipeluk oleh Sarah.” Calista merubah raut wajahnya menjadi kecewa. Membuat Chandra tersenyum melihatnya.

“Ohhh, jadi gara-gara itu kamu marah-marah ga jelas sama aku?” Calista mengangguk. “Tapi ‘kan, pada waktu itu aku lagi pacaran sama dia.” Lagi-lagi Calista hanya mengangguk. “Nah, terus kenapa kamu marah?” mencubit pipi Calista.

“Ga tau.” Calista mengedikan bahunya.

“Kamu mau tahu satu kejujuran yang aku sembunyikan?” Chandra kembali menyelipkan anak rambut yang mulai berterbangan tak jelas menerpa wajah Calista.

Calista memainkan bibir bawahnya, membuat Chandra gemas sendiri melihatnya. “Apa memangnya?”

“Aku pacaran sama Sarah, bukan karena aku cinta atau suka sama dia.” Jedanya, kembali menatap iris mata Calista. “aku berpacaran denganya, karena aku ga bisa pacaran sama kamu.” Menyentuh pipi Calista.

“Jadi, Sarah cuman pelampiasan kamu?” tanyanya, seraya mengehentikan tangan Chandra yang terus mengusap-usap pipinya.

Chandra mengangguk sembari melontarkan senyum. “Intinya, pada waktu itu kita sama-sama takut.” Mengelus-elus punggung tangan Calista. “kamu yang takut untuk mengakui perasaanmu. Dan aku, aku yang takut untuk mengungkapkannya padamu.”

Calista tersenyum penuh makna, membuat hati Chandra kembali berdebar karenanya. “Kamu benar, Chan.”

“Dan yang paling terpenting, ending-nya kita bersama.” Chandra mulai memeluk Calista, dan dibalas olehnya.

Bersama dengan Chandra hari ini, membuat Calista sangat bahagia. Ia telah lama merindukan momen seperti ini pada hidupnya. Bahkan, Calista tidak ingat kapan terakhir kali ia merasakan momen bahagia bersama Chandra.

Jika ini adalah sebuah drama, sudah pasti Chandra akan membuat semua episodenya selalu menceritakan kebahagiaannya tanpa ada pengganggu yang akan datang kelak. Agar ia, tak perlu lagi was-was bila Calista mungkin saja akan pergi dan juga...

Kemungkinan fakta yang akan terungkap nantinya.

==============

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang