Menggapaimu

23 4 0
                                    

Menggapaimu.

   Karya: Mita9641


Saat ini yang sedang kurasakan risau dan gundah gulana.

Karena, sudah 3 minggu terakhir ini. Aku gagal mendapatkan gadis impianku. Berbagai cara sudah kucoba tapi tidak menghasilkan apapun. Kurasa perjuanganku kemarin belumlah cukup. Besok akan kucoba lagi menyatakan rasa sukaku.

Di sebuah meja pada pagi hari, tiba-tiba teramat sangat mengejutkan berlembar-lembar kertas berserakan. Kertas itu bukan sekedar hamparan kertas kosong tak bermakna, dari speaker kelas terdengar sebuah suara yang mewakili jawaban atas pertanyaanku.

"Sudah tiga minggu kuberjuang untuk menyatakan cintaku dan selalu berakhir dalam penolakan. Dengan ini aku menyatakan sudah tidak akan berjuang terlalu banyak untuk mendapatkanmu, apabila kamu sudah mendapatkan yang lebih baik daripada aku."

"Kumenunggu jawabanmu untuk kesekian kalinya di tempat yang sama saat pulang sekolah. Bukti kesungguhanku ada pada nilai yang tertera dalam kertas yang belum bermakna. Aku memang bukan Rama yang selalu akan mendampingi Shinta dan menghadapi semua marabahaya, tapi aku hanya sesosok pejuang yang tak menyerah untuk mendapatkanmu. Terimakasih dan maaf untuk semuanya, telah membuat kalian mendengarkan hal yang tak kalian suka."

"Wow, siapa dia?"

"Begitu beraninya ia,"

"Apa ia tak malu?"

"Dinda, kau mendengarnya? Dia berjuang untukmu lagi, tak maukah kau menemuinya?" tanya Elisa kepada Dinda yag sibuk merapikan kertas yang berada di mejanya.

"Dia memang sudah berjuang, dia juga bahkan bisa menaikkan nilainya dari angka 0 menjadi 100. Tapi dia belum membuktikan semuanya. Jadi aku akan memikirkan lagi, waktu untuk menemuinya," jawab Dinda terus terang.

"Jangan terlalu banyak menguji, jika sudah tak ada lagi yang sepertinya kamu akan menyesal." Nasehat Elisa sambil berlalu mengambil bukunya.

****

Di taman belakang tempat ia selalu datang menjawab pernyataan seorang Elang. Setelah 3 minggu berlalu lelaki payah itu sekarang sudah berubah mempesona.

"Aku menyisihkan sebagian uang hasil kerja pagiku membantu menjual koran pagi ini. Untuk membeli ini, apa kamu mau menerimanya?" tanya Elang dengan gugup sembari menyerahkan sebuah kotak.

Memberikan senyuman sebentar kepadanya dan mengambilnya. "Haruskah aku menerima pemberianmu ini setiap hari? Jika kamu bahkan tidak mengingatku, aku lelah di kejar olehmu yang tak mengingat siapa aku sebenarnya," jawab Dinda dengan menunduk.

"Apa maksudmu? Kamu murid bahkan hanya murid baru, dan sangat sedikit informasi yang kudapat untuk mengenalmu hingga aku memberanikan diri mengungkap isi hatiku."

Meremas rok seragam miliknya untuk menguatkan dirinya dan mulai mengungkapkan, "kamu memang tidak mengenalku, tapi aku pernah memberimu sebuah topi. Topi itu sungguh bermakna bagiku, karena itu janji kita yang akan tetap hidup setelah kamu menyelamatkanku dari rasa kesepian. Aku si gadis yang ingin bunuh diri di atas gedung di tengah hujan turun dengan derasnya. Dan kamu pahlawanku—penyelamatku yang tidak mengenaliku—mengejarku tanpa lelah. Apa yang seharusnya kulakukan?" ucap Dinda berderai air mata.

Beberapa detik Elang termangu menahan rasa haru dan sedih bersamaan kemudian berujar, "Maafkan aku yang tak mengenalimu, sungguh itu bukan hal yang bisa aku lakukan tanpa sebab."

"Kamu pahlawanku, pemberi semangat untukku dan aku ingin berjuang untukmu tapi kenapa justru kamulah yang selalu berjuang untukku?"

"Terimakasih kamu sudah sangat ingin berjuang untukku, tapi aku adalah seorang pria yang harusnya memperjuangkanmu dalam suka maupun duka. Jadi 'will you be my girlfriend, Dinda?"

Dinda terdiam sejenak mulai menghapus air mata yang berjatuhan di pipinya dan menjawab. "Yes, i will."

Life is SacrificeWhere stories live. Discover now