our promise 3

1K 51 4
                                    

"Al kita pulang naik becak aja yok.. lagi males nih aku naik angkot." Teriak Gita dan menghampiri tempat dudukku.

Aku yang lagi memasukkan semua buku ke tas pun menoleh kearah Gita.

"Aku enggak pulang sama kau Git." Aku pun menggangkat tas dan menggendongnya ke punggungku.

"Emangnya kau pulang sama siapa Al? Tega ya kau ninggalin aku, nyuruh aku pulang sendiri. Nanti kalau aku diculik sama om-om gimana?" Gita menunjukan wajah kasihannya.

"Mana mau om-om nyulik kau. Rugi nanti dia kalau nyulik kau."

Astaga aku ingat. Aku buat alasan kalau Gita enggak ada teman pulang dan aku tidak akan diantar oleh  Sean.
Makasih banyak Gita.

Aku pun senyum menatap Gita dan mengedip-ngedipkan mataku kepadanya.

"Apaan sih Al serem tau kau kayak gitu.."

"Ayok kita keparkiran.. "

"Ngapain? Bagusan aku langsung pulang aja. Nanti aku,kau tinggalin, kau kan enggak pulang samaku."Gita berjalan keluar dari kelas.

"Gita aku pulang sama kau kok. Tenang aja." Ucapku  menghampirinya dan mengajaknya ke parkiran.

Sesampinya diparkiran aku melihat  Sean berdiri dengan salah satu temannya yaitu  Kevin.

"Astaga Al kayaknya mata aku dah rabun deh" Gita menggusap-usap matanya.

"Emangnya kenapa Git? Kau emang udah rabun kan?"

"Iya sih, tapi kayaknya min aku tambah deh Al.. masa aku lihat  Sean lagi berdiri disampingnya  Kevin."

"Min kau enggak bertambah bodoh. Itu emang Kevin."

Aku lupa menceritakan tentang Gita yang menyukai  Kevin. Dia sudah menyukai  Kevin sejak awal masuk sekolah dan itu sudah 3 tahun. Bayangkan 3 tahun Gita menyukai seorang Kevin.

"Astaga,mimpi apa semalam aku kok bisa lihat dia. Aku gak bisa Al"

"Enggak bisa apa?"

"Enggak bisa dekat sama dia.. nanti jantung aku berdetak lebih cepat tau." Jawab gita dan menempelkan tangannya ke arah dadanya.

"Lebay amat sih.. biasa aja kali."

"Eh, udah sampai. Ayok kita pulang" Sean berjalan  menghampiriku.

"Emmm,Sean kayaknya aku gak bisa pulang sama kamu deh." Ucapku dengan nada tenang.

"Kenapa?" Balasnya dengan penasaran.

"Gini sih aku kan selalu pulang sama Gita, jadi kan kasihan kalau Gita pulangnya sendirian. Kata Gita dia takut diculik sama om-om."

"Apaansih Al ngapain bilang kalau aku takut diculik om-om. Malu tau." Bisik Gita kepadaku sambil melirik ke arah Sean dan Kevin.

Sedangkan mereka berdua hanya menatap kami sambil tersenyum?.

Gita yang melihat Kevin tersenyum kepada kami hanya bisa terdiam seribu kata.

"Astaga kalau gitu mah gampang Al. Kamu tetap pulang sama aku"
"Gampang maksudnya?"

"Ya kamu pulang sama aku. Kalau Gita takut pulang sendirian kan ada  Kevin yang bisa nganterin."

"Apa?" Balasku dan gita bersamaan.

"Iya kan nanti Gita enggak akan diculik sama om-om. Nanti abang Kevin ini akan mengantar Gita sampain kerumah dengan aman dan selamat. Tanpa lecet apapun. Bukan begitu Vin?" Ucap Sean dan menepuk pundak Kevin.

Sedangkan aku dan Gita hanya bisa terdiam mencerna semua perkataan Sean. Heloww biasanya seorang Sean hanya bicara seadanya dan sangat sangat pendiam. Tapi sekarang lihat apa yang baru saja dia katakan.

"Oke kalau gitu ayok Gita aku yang nganterin kau." Kevin menatap Gita dan hendak berjalan ke arah keretanya.

Bukannya mengikuti Kevin, Gita malah memegang tanganku dan kami pun saling tatap-tatapan.

Astaga bukannya tadi aku berniat mengajak Gita ke sini untuk menjadi alasan supaya aku tidak dianter oleh Sean. Tapi lihat yang terjadi disini.

Menyadari Gita hanya terdiam ditempatnya Kevin pun menghampiri aku dan Gita dia pun menarik Gita pelan.

Kevin pun memegang tangan Gita dan mereka berjalan menuju motornya.

"Udah enggak ada alasan lagi kan Al? Jadi aku akan mengantar kamu sampai tujuan" ucap Sean menyadarkanku dan aku hanya bisa pasrah mengikuti Sean untuk mengantarku pulang.

Rencana yang sudah ku susun ternyata gagal total.

----

"Loh An ini bukan jalan ke rumahku deh kayaknya" aku menepuk pundak Sean untuk memberi taunya bahwa ini bukanlah arah menuju rumahku. Barangkali dia lupa dimana rumahku.

"Iya memang ini bukan arah ke rumahmu Al.. aku mau ngajak kamu ke gramedia dulu enggak papa kan Al?"

"Eh? Emangnya mau ngapain?"

"Beli buku Al. Soalnya adik aku mintak dibeliin novel. Aku kan enggak tau selera cewek soal novel. Jadi aku ngajak kamu aja. Enggak papa kan Al?"

"Eh iya enggak papa kok tenang aja."

----

Sesampainya di gramedia aku dan Sean pun memilih novel.

"Al yang mana nih yang seru novelnya. Aku bingung nih. Enggan ngerti lagian yang mana adik aku suka."

"Emangnya adik kamu nitipnya novel yang kayak mana?"

"Entah.. katanya sih dia maunya yang remaja remaja gitu."

"Oh. Kalau remaja yang ini seru deh. Aku pastiin adik kamu suka sama itu novel."

Aku pun memerikannya salah satu novel. Sean membaca bagian belakang novelnya. Setelah dia selesai membaca dia pun langsung menatapku.

"Kenapa?"

"Emangnya cewek itu sukak banget ya sama cerita kayak gini ya? Udah disakitin masih aja mau balikan sama cowoknya."

"Karena cewek itu kalau udah nyaman sama seseorang susah untuk melepaskannya. Lagian bukannya harus ada kesempatan untuk memulai semuanya dari awal?"

"kalau gitu kenapa kamu enggak ngasih aku kesempatan untuk memulai semuanya dari awal dan untuk membuat kamu nyaman sama aku?"

-----

Our Promise { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang